Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Mamamu
Dua orang terlihat baru saja turun dari pesawat. Seketika mereka menjadi pusat perhatian karena parasnya yang rupawan. Alvin menggenggam tangan Aya lebih erat dari sebelumnya.
Beberapa lensa kamera menangkap langkah tegap keduanya yang terus berjalan ke depan tanpa menghiraukan.
Sebuah mobil mewah telah terparkir rapi. Dua pria membukakan pintu untuk Tuan dan Nona muda mereka.
"Om, Masih lama ya?" Tanya Aya tak sabaran ingin segera sampai.
"Sebentar lagi. kamu kenapa? lapar? atau haus?"
Aya menggeleng. "Ngantuk." jawabnya sambil mengucek kedua mata indahnya.
"jangan di kucek. Nanti iritasi." Alvin menggenggam kedua tangan Aya.
"Kalo mau tidur, tidur aja By. Sini." Alvin menidurkan kepala Aya di pahanya. Tangan pria itu menepuk lembut punggung Aya agar merasa nyaman.
Aya segera tidur karena benar benar mengantuk. Selama di pesawat Ia tidak tidur, hanya diam dalam pelukan Omnya yang sedang terlelap. Ia tak mau mengganggu tidur Om nya karena semalam sebelum berangkat Alvin lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Empat puluh lima menit perjalanan di tempuh. Mobil berhenti di halaman sebuah mansion besar bergaya Eropa. Semua menyambut kedatangan mereka dengan antusias. Merasa tidak ada pergerakan akan turunnya seseorang, Mommy dan Daddy memutuskan untuk mengetuk kaca mobil itu agak kencang.
Alvin menurunkan kaca mobilnya. "Apa sih kak, By lagi tidur nih." jawabnya setengah berbisik.
"Maaf. kakak kira ada apa apa."
Alvin menggendong Aya keluar dari mobil.
"Kamarnya dimana?"
"Sini Om." Jawab Ano dan Darren sambil menuju kamar kakaknya.
Dibukanya pintu kamar itu. Sebuah kamar mewah dengan ranjang super besar dan fasilitas lengkap ada di sana.
Alvin membaringkan Aya dan menyelimutinya. Sebelum pergi kecupan dari semua orang mendarat di wajahnya. Tidur gadis itu tak terusik sama sekali. Malah Ia lebih mengeratkan selimutnya.
Gadis itu tampak cantik dengan short pants dan kaosnya. Ia baru saja mandi setelah bangun dari tidur singkatnya tadi.
Alvin menggandeng tangan Aya menuruni tangga. Semua orang tengah berkumpul di ruang tengah. Ada beberapa orang juga yang menurut Aya asing baginya. Dua pasang suami istri. Aya berasumsi bahwa sepasang adalah Ayah dan Ibu, serta pasangan yang muda adalah anak dan menantunya.
Aya dan Alvin masih berdiri di dekat sofa. Sepersekian detik kemudian pelukan menghujani tubuh mungilnya. Ada getaran tangisan dari ketiga orang. Aya dapat merasakan kini bajunya sedikit basah karena Air mata.
Memorinya berputar kembali. Ia baru menyadari bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya. Tepatnya saat Ia genap berusia empat tahun. Saat itu ia masih kecil dan belum tahu apa apa. Mereka yang Aya panggi Om dan Tante dulu. Kata Kakek dan Nenek Ia bukanlah anak kandung Daddy, tapi anak dari Kakak Dady. Jika benar mereka Om dan Tante Aya. Berarti mereka adalah kakak dan Ipar dari Daddy. Jika begitu mereka......Mata Aya membulat. Sebelum pikirannya berlanjut, suara isakan terdengar lebih jelas dengan ucapan yang sedikit tersengal. "Aku Mama mu sayang. Maafkan Mama."
"Ini Papa dan Kakakmu nak." lanjut seorang pria mirip Daddy sambil menepuk pundak anak lelakinya.
"Apa kabar Aya? Aku Zahwa, kakak iparmu. Suamiku bercerita banyak tentangmu." Kata wanita berhijab itu.
Aya memundurkan langkah, Ia bersembunyi di balik punggung Omnya yang masih setia menggenggam tangannya.
Alvin membalikkan badan memeluk tubuh Aya dengan erat. Membawa gadis itu duduk bergabung dengan yang lainnya.
Hening beberapa saat.
"Sayang, Ikut Mama pulang ya." Katanya sedu menatap Aya dengan lekat.
"Jangan tinggalkan Mommy." bisik Mommy di sebelah pelan tanpa mengubah posisi duduknya. Aya menggenggam tangan Mommynya memberikan kekuatan. Wanita itu tampak jelas sedang cemas akan namanya perpisahan dengan putrinya.
"Mama mohon. Mama dan Papa akan memperbaiki semuanya. Kami minta maaf. Kami khilaf. Beri kami kesempatan." Pintanya yang sudah duduk berjongkok di depan Aya. "Tante berdirilah."
Aya membantunya berdiri.
"Aku tinggal dengan Mommy." Putusnya dengan cepat.
"Ibu katakan sesuatu." Pinta Papa namun Kakek dan Nenek tetap diam.
"Panggil aku Mama sayang. Aku ingin kata Mama keluar dari mulut cantikmu." Aya melirik Daddy-nya dan diberi anggukkan.
"Mama." kata Aya dipaksakan, Ia merasa aneh dengan panggilan yang baru saja keluar dari mulutnya.
Mama mengeratkan pelukan pada anak perempuannya itu.
"Terimakasih."
Papa Aya berdiri dan memeluk putrinya.
"Aku Papamu sayang. Papa kandungmu."
"Papa." Lirih Aya masih bisa didengar.
"Dan aku kakakmu." Kata Adam memeluk adiknya.
"Kakak." Sebutnya dengan suara yang lebih lirih dari sebelumnya.
Alvin segera bertindak mencairkan suasana canggung pertemuan keluarga ini.
"By waktunya minum obat." katanya sambil menggenggam tangan Aya.
"Iya Om."
Alvin membawa Aya pergi untuk minum obatnya. Sementara suasana kembali hening lagi sejak kepergian dua orang itu.
Alvin tergopoh gopoh sedikit berlari kecil sambil membawa gelas yang isinya masih tiga perempat bagian. By nya pergi entah kemana semenjak Ia tinggal untuk ke kamar kecil sebentar. Ia mulai panik, pikirannya berkecamuk. Takut gadis kecilnya keluar tanpa pengawasan.
"Kak Aya kemana? jusnya belum dihabiskan."
tanya Alvin pada Ano dan Darren yang sedang menonton Tv.
"Shut......lagi tidur Om. Itu." Tunjuknya pada Aya yang tertidur di karpet dekat meja.
Alvin bernafas lega lalu menggelengkan kepalanya. Pria kekar itu menggendong Aya untuk dibawa ke kamar agar tidur malaikat kecilnya lebih nyaman.