NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5M
Nilai: 5
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penggalan novel

Marissa mulai menikmati menjadi Wu Li Mei, berendam di air hangat dengan banyak bunga mawar di dalamnya. Sungguh hal yang sangat ia dambakan selama ini.

Semalam saat ia tidur, ia berharap bisa terbangun sebagai dirinya yang asli. Tapi nihil, ia justru kembali menjadi Wu Li Mei.

"Dayang?" panggil Marissa.

Salah satu dayang mendekat, "Iya, Yang Mulia."

"Tolong tambahkan air hangat lagi, kurasa air ini sudah mendingin."

Dayang itu gelagapan, menoleh pada dayang-dayang yang lain. Sayang sekali Dayang Yi sedang tidak ada disana, jadi mereka bingung sekaligus takut untuk menghadapi Wu Li Mei.

"Ta-tapi, Yang Mulia." sanggah dayang itu takut.

Marissa menaikkan alis kanannya.

"Anda sudah berendam cukup lama, bagai---"

"Oh, pantas saja air ini mendingin, sudah berapa lama aku berendam?" tanya Risa.

"Sekitar dua jam, Yang Mulia."

Marissa merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia terlena dengan berendam selama itu. Tidak baik untuk kesehatannya jika berendam terlalu lama, lihatlah jari-jari lentik Wu Li Mei, sudah mengeriput di ujungnya.

"Ambilkan pakaianku, dayang. Kurasa cukup."

Para dayang dengan sigap mengeringkan tubuh Wu Li Mei dan memberinya pakaian yang hampir mirip dengan hanfu, hanya saja lebih tipis. Mungkin ini seperti handuk atau bathrobes di masa modern.

Segalanya sangat mudah disini, ada dayang-dayang yang siap melayaninya. Bahkan untuk sekedar memakai pakaian, para dayang itu dengan sangat baik melayaninya.

"Anda ingin mengenakan hanfu yang mana, Yang Mulia?" Dayang Yi datang bersama dengan dayang lainnya.

Marissa mengerjap, benar juga, jika dirinya adalah selir agung kekaisaran, maka ia pasti memiliki banyak perhiasan dan baju yang bagus. "Dimana lemari pakaian ku?"

Dayang Yi menatap bingung.

"Aku ingin memilih sendiri pakaianku."

Dayang Yi mengangguk, menuntun Marissa menuju tempat penyimpanan pakaian dan perhiasan.

Sejenak Risa benar-benar takjub melihat betapa banyaknya perhiasan milik Wu Li Mei yang menyilaukan mata.

"Wanita ini sungguh sangat luar biasa."

Marissa memilih satu set hanfu berwarna biru cerah dengan motif bambu, dan sepasang tusuk konde berbentuk angsa.

"Anda ingin berdandan seperti apa, Yang Mulia?"

"Seperti biasanya saja." balas Marissa enteng.

Para pelayan pun dengan telaten mendandani sang selir, meskipun mereka masih merasa aneh, mengapa Wu Li Mei tidak memakai hanfu warna mencolok seperti dia biasanya, dan mengapa hanya dua tusuk konde yang ia kenakan hari ini. Biasanya sang selir akan memakan empat atau lima tusuk konde.

"Selesai, Yang Mulia."

"Tolong berikan aku cermin." Marissa menatap pantulan dirinya di cermin, ia terbelalak melihat penampilannya. "Apa ini?" sentak wanita itu.

Para dayang saling tatap, mereka sudah pasrah menerima murka dari Wu Li Mei seperti biasanya.

"Aku tidak mau berdandan terlalu berlebihan, ini terlalu menor, aku jadi tampak lebih tua." keluh Marissa. "Apa kau tahu make up natural sedang menjadi trend saat ini, kalian sungguh kuno."

"Tapi, anda biasa berpenampilan seperti itu Yang Mulia." sanggah para dayang.

"Aku tidak mau!" Risa menatap sengit para dayang yang ketakutan, oh, apa dirinya terlihat seperti Wu Li Mei sekarang. Marissa menghela napas pelan, "Tolong hapus riasan ini, aku mau yang lebih sederhana." ujar wanita itu melembut, menyadari tatapan ketakutan para dayang membuatnya merasa bersalah.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya para dayang selesai merias Wu Li Mei. Risa menatap pantulan wajah rupawan sang selir dari kaca, Li Mei memang sangat jahat, tapi Jessy menggambarkannya bak malaikat. Risa patut berterima kasih pada sahabatnya itu, karena kehidupan keduanya terasa sangat nyaman.

...****************...

Sejujurnya tidak banyak yang bisa ia lakukan disini, banyak waktu hanya Risa gunakan untuk bersantai. Apa selir tidak mengurusi pemerintahan atau semacamnya? Risa mendadak rindu akan kesibukannya sebagai dokter. Mengingat itu, ia jadi khawatir dan merasa bersalah kepada para pasien kecilnya. Dan Dokter Ridwan, pria tua itu pasti kebingungan mencari pengganti dirinya.

"Yang Mulia."

Risa tersentak sedikit, ia menatap Dayang Yi bingung.

"Apa anda tidak mendengar apa yang saya sampaikan?"

Risa menggaruk pelipisnya, "Maaf, aku sedang tidak berkonsentrasi."

"Kon... sen..kosetrasi.....maksud anda?"

"Ah, lupakan Dayang Yi." sela Risa, ia lupa jika banyak kata terapan belum dipahami disini. "Jadi, bisakah kau ulangi apa yang tadi kau sampaikan?"

Dayang Yi mengangguk, "Yang Mulia Kaisar mengirimkan tabib untuk memeriksa keadaan anda."

"Bukankah aku sudah baik-baik saja." balas Risa.

"Maaf, tapi ini perintah Yang Mulia Kaisar."

Risa mengangguk, "Ya, kalau begitu panggil tabib itu kemari."

Dayang Yi menunduk dan pergi, beberapa menit setelahnya, ia kembali bersama seorang pria paruh baya berpakaian putih. Serupa dengan tabib tempo hari, hanya saja terlihat lebih berwibawa dan meyakinkan. Oh tunggu! Risa membelalak saat wajah tabib itu tidak asing.

"Dokter Ridwan!" pekik Risa. Wanita itu melompat turun dari kursinya untuk menghampiri sang tabib.

Semua orang disana menatapnya aneh, "Maaf, Yang Mulia?"

"Dokter Ridwan, benarkan itu kau?" tanya Risa penuh binar. "Oh, aku tidak percaya kau dan aku terdampar di dalam novel Jessy. Saat berhasil keluar nanti, kita harus membalas dokter ****** itu!"

"Sa-saya Tabib Zhong, Yang Mulia." jawab pria paruh baya itu. "Sepertinya Yang Mulia Selir kurang enak badan, silahkan kembali ke kursi. Saya akan memeriksa anda."

Risa terdiam, wajah ini sama dengan Dokter Ridwan, tapi mengapa. Ah, Risa lupa jika ini novel fantasi. Mungkin, Jessy menggambarkan wajah Tabib Zhong seperti Dokter Ridwan.

Tabib Zhong mulai memeriksa keadaan sang selir dengan hati-hati, dalam hati ia membenarkan berita yang ramai diperbincangkan oleh para dayang. Bahwa, Selir Agung Wu Li Mei tidak dalam keadaan sehat. Beberapa waktu lalu, dayang dari paviliun selir agung melaporkan hal itu pada Kaisar. Bahwa Wu Li Mei sedikit berbeda, ia mulai berbicara dengan bahasa yang aneh, dan sifatnya berubah drastis. Sang selir kini menjadi lebih sederhana dan membenci warna merah.

"Apa Yang Mulia sering merasa pusing?"

"Ya." Risa mengangguk, "Biasanya setelah bangun tidur."

"Apa anda ingat kejadian sebelum anda jatuh?"

"Jatuh." gumam Risa, ia lupa menanyakan perihal bagaimana selir ini bisa berganti jiwa dengannya. "Aku jatuh?" tanyanya pada Dayang Yi.

Dayang Yi mengangguk, "Apa anda tidak mengingatnya?"

Risa menggeleng pelan.

"Yang Mulia terjatuh dari paviliun di danau utara, anda tenggelam dan tidak sadarkan diri selama seminggu."

Marissa memutar kembali ingatannya, seingatnya tidak ada penggalan kisah di novel itu tentang Wu Li Mei jatuh dan tenggelam. Tunggu! bukankah yang seharusnya tenggelam adalah Permaisuri Yang Jia Li.

Risa meringis memegangi kepalanya yang terasa pening, pandangannya mulai berputar. Dayang Yi dengan sigap membantu sang selir berbaring.

"Silahkan anda istirahat dulu, Yang Mulia. Saya akan kembali membawa racikan obat." Tabib Zhong segera berlalu menuju pusat kesehatan istana untuk mengambil beberapa obat.

Di tempatnya, Risa merasakan pening yang semakin hebat, kepalanya berdenyut dan ingatan itu berputar.

"Jaga ucapanmu Wu Li Mei!" Permaisuri Yang mengacungkan telunjuknya tepat di wajah Wu Li Mei.

"Ku rasa kau lupa Permaisuri Yang, anak-anak yang kau jadikan boneka pemerintahan itu adalah darah dagingku!" ujar Li Mei marah.

Permaisuri Yang semakin memerah, napasnya memburu. "Kau tidak tahu apapun Li Mei, berhenti mencampuri urusanku, urus saja cintamu pada Kaisar yang tidak berbalas itu."

"Tidak!" balas Wu Li Mei, "Aku tidak akan diam saja jika kau perlakukan anak-anakku semena-mena, mereka masih sangat kecil. Tidak mengerti kekuasaan!"

Plakkkkkk, rona merah muncul di pipi kiri Wu Li Mei akibat tamparan dari Permaisuri Yang.

"Kau terlalu banyak bicara Li Mei."

"Aaaaaaaaaaaa!"

Wu Li Mei berteriak saat tubuhnya didorong dengan kuat hingga jatuh menghantam bebatuan dan berakhir di danau, bunyi debur air danau yang tenang menjadi saksi malam itu. Di sinari rembulan cerah, napas Wu Li Mei tercekat saat air menerobos masuk ke hidung dan mulutnya. Li Mei menyibak air, mencoba meraih permukaan tapi nihil. Wu Li Mei jatuh semakin dalam, dengan setitik kesadaran hanya siluet seorang laki-laki yang terakhir di ingatannya sebelum menutup mata.

"Yang Mulia? Yang Mulia?"

Risa tersadar dengan napas memburu, peluh mengalir di pelipisnya. Raut khawatir para dayang membuatnya kian bingung. "Kenapa aku?"

"Anda tidak sadarkan diri, Yang Mulia. Apa anda merasa sakit? di bagian mana?" tanya Dayang Yi.

"Ini Yang Mulia." tabib memberikan semangkuk cairan berwarna hitam, "Saya meracik obat untuk meredakan pusing anda."

Risa menerimanya, tanpa aba-aba ia menenggak air itu hingga tandas. Sial, Risa butuh air untuk menenangkannya tapi mengapa obat ini sangat pahit.

Para dayang dan tabib terdiam beberapa saat, menunggu keadaan sang selir membaik. Sedangkan Risa masih berdebat dengan pikirannya, tentang plot novel yang melenceng jauh. Seharusnya Permaisuri Yang jatuh ke danau, dan Wu Li Mei di hukum penggal. Seharusnya begitulah akhir yang ia tahu.

"Yang Mulia, apa anda kehilangan ingatan anda?"

Risa menatap sang tabib.

"Melihat kondisi anda, mungkin memang benar Yang Mulia Selir kehilangan sebagian ingatan akibat benturan di kepala." jelasnya.

"Aku.. mengalami benturan di kepala?"

Dayang Yi dan tabib istana mengangguk.

"Bahkan, air danau yang jernih sampai berwarna merah Yang Mulia."

Risa bergidik ngeri.

"Saya sudah putuh asa saat anda tidak kunjung bangun dan semakin melemah." tutur Dayang Yi.

"Sepertinya anda benar mengalami hilang ingatan." tambah Tabib Zhong.

Benar juga, sepertinya kisah novel Back In Time sudah melenceng sangat jauh dari plot aslinya. Risa mengangguk dalam lamunannya, hilang ingatan akan menjadi alibi yang sangat baik untuk menjelaskan keanehan yang terjadi pada diri Wu Li Mei saat ini. Maaf Jessy, tapi kali ini ia harus merubah jalan cerita agar tidak berakhir menyedihkan seperti Wu Li Mei. Risa bertekad untuk hidup lama dan bahagia disini, sekalipun ia tidak dicintai seperti protagonis tapi ia enggan dibenci seperti tokoh antagonis.

"Kau benar!"

"Maksud anda?" tanya Tabib Zhong.

"Aku mengalami amnesia, retrograde amnesia." jawab Risa yakin.

Dayang Yi dan Tabib Zhong melongo, tidak paham dengan apa yang dikatakan sang selir agung.

"Ahh!" Risa memijit pelipisnya pelan, "Aku sepertinya tidak bisa mengingat beberapa kejadian di hidupku karena benturan itu." ujarnya berpura-pura sedih.

"Oh, tidak, aku bahkan melupakan kenangan-kenangan indahku." Risa menatap sendu para dayang. "Bagaimana aku harus menjalani hidup ini, wahai dewa."

Dayang Yi segera meraih tangan halus Wu Li Mei, "Jangan sedih, Yang Mulia. Saya dan dayang-dayang akan membantu anda mengingat kembali." ujarnya, diangguki dayang-dayang lain.

"Sebaiknya anda kembali beristirahat, Yang Mulia Selir. Saya pamit undur diri."

"Ya, Tabib Zhong. Terima kasih."

Tabib Zhong terdiam sejenak, Wu Li Mei baru saja mengucapkan terima kasih. Pasti sang selir ini sedang sangat sakit.

1
Tiena Ismiati
peran utama booodoh
Tiena Ismiati
bodoh
Tiena Ismiati
peran utamanya bodoh
Tiena Ismiati
bodoh bodoh bodoh wu li
Tiena Ismiati
bodoh wu li mei
Maureen Aliha Srikandi
wahh akhirnya kaisar ada di pihak wu li mei
#ayu.kurniaa_
.
Jio
Luar biasa
Anna Susiana
semangat...selir wu li mei untuk membalaskan kejahatan ketidakadilan yg terjadi padamu dan anakmu
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
iya sama
Anonymous
Qok rasa2nya kaisar peran nya bodoh banget. Masa kaisar mau bicara takut di dengar tengok kanan kiri wkwkwk konyol
Anonymous
ok
Ulfa Indah Putri
ancoorrrr ini gimana siii,kenapa banyak yg di skip, awal nya ok masi di maklumi, tapi semakin kesini kek nya emang terus-terusan di skip de, ke kurang jadinya, banyak masala konflik yg belum selesai tapi kok tiba2 ber alih lagi ya, astaghfirullah tho thor
Anonymous
ok
Win Wiwin
kisah pngeran dan putri thor lanjut
Juliatni andiani Andiani
Luar biasa
Theresia Sri
lanjut tor
Rini Puspitayani
seperti disinetron kisahx kalah mulu engga asik
missyy
Luar biasa
missyy
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!