NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Warga Desa

Misteri Kematian Warga Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

menceritakan tentang kisah dyah suhita, yang ketika neneknya meninggal tidak ada satupun warga yang mau membantu memakamkannya.

hingga akhirnya dyah rela memakamkan jasad neneknya itu sendirian, menggendong, mengkafani, hingga menguburkan neneknya dyah melakukan itu semua seorang diri.

tidak lama setelah kematian neneknya dyah yaitu nenek saroh, kematian satu persatu warga desa dengan teror nenek minta gendong pun terjadi!

semua warga menuduh dyah pelakunya, namun dyah sendiri tidak pernah mengakui perbuatannya.

"sudah berapa kali aku bilang, bukan aku yang membunuh mereka!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bingung

Rizky menggelengkan kepalanya beberapa kali, memastikan apa yang dia lihat itu tidak salah.

Sosok dyah yang sangat mengerikan, terlihat begitu nyata di belakangnya jendela sana. Tetapi entah kemana sekarang perginya.

"Mas rizky kenapa sih? Bukannya nemenin mbak siska, malah berdiri di sini!" Ucap dewi yang merasa heran dengan kakaknya ini.

"Um... nggak apa. Iya sudah ayo!" Rizky beranjak dari sana, dadanya sedikit gemetaran, membuat ia sesekali melirik ke arah jendela itu.

Dewi yang memawa air minum langkahnya terhenti sesaat. Matanya tak menemukan keberadaan siska yang jelas tadi dia tinggalkan di ruang tamu.

"Loh, mbak siska mana? Mas!" Tanya dewi yang kebingungan.

"Mana mas tahu, dari tadi mas ada di dalam rumah." Ucap rizky kemudian ia duduk di kursi, tanganya sibuk mengupas buah yang tersedia di meja.

Dewi menghela nafas kasar, melihat kakanya itu sama sekali tidak khawatir dengan kondisi calon istrinya.

"Mas. Mas kok sama sekali ndak perduli dengan keadaan mbak siska sih? Mbak siska nggak ada loh! Kok mas tenang-tenang aja?"

"Lah? Mas harus gimana? Mas juga nggak tahu siska kemana!"

Dewi menggelengkan kepalanya, lalu berjalan keluar untuk mencari keberadaan siska. Baru saja dewi membuka pintu utama, ia terkejut kala melihat siska yang sudah berdiri di depan pintu utama.

"Ya Allah! Mbak siska! Ngagetin aja! Mbak siska dari tadi kemana?"

"Um.. nggak dari mana-mana kok wi. Mbak tadi cuma nyari angin, kamu lama soalnya.." jawab siska lirih. Tanganya sibuk menyeka linangan air mata di pipinya.

Dewi menyipitkan matanya melihat hal itu, "mbak siska nangis?" Tanya dewi ia terkejut kala mendapati mata siska berair.

"Nggak kok wi, mbak cuma kelilipan aja."

Siska berjalan masuk ke dalam rumah, meninggalkan dewi yang merasa sangat tidak enak dengan sikap rizky yang keterlaluan terhadap siska.

***

Pagi hari ini matahari sedikit redup, tertutup olah awan mendung yang membawa cuaca sejuk dan segar.

Dyah berjalan menggunakan selendang miliknya. Berjalan di tengah jalan setapak yang kanan kirinya terdapat perkebunan warga, dan sesekali akan menemui semak belukar.

Sesekali mata dyah akan mengedar, takut jika akan ada warga yang melihatnya, dan kembali melontarkan kata-kata panas.

Setibanya di bekas rumahnya yang terbakar, dyah duduk bersimpuh dan menuangkan rasa sakit hatinya.

Dia kembali bangkit, dan melihat makam neneknya yang masih utuh dengan gundukan tanah dan bunga-bunga yang masih tampak segar.

"Sebentar, aku tidak pernah menambahkan bunga di atas makam nenek, lalu mengapa ini masih baru dan masih wangi? Siapa yang meletakannya?" Batin dyah sembari mengusap air mata.

Ia sedikit terkejut karena makam neneknya juga tidak terbakar sama sekali. Padahal letaknya sangat dekat dengan pintu dapur.

Dyah meninggalkan makam itu dan berjalan untuk memetik sayuran yang ada di halaman rumahnya.

Beberapa sayuran masih bisa di petik, setidanya bisa membantu makan dia selama di rumah pak ustadz. Dia juga tidak enak, kalau harus makan gratis begitu saja di sana.

Di ujung jalan sana, terlihat dua orang warga tengah berjalan melewati jalanan bekas rumah dyah.

Dari kejauhan saja mereka sudah menatap dyah dengan sangat tajam. Entah apa yang mereka saat ini ingin lakukan, seolah tak pernah ada bosannya mengacau hidup dyah.

"Hei pelakor! Sudah selesai dengan acara bunuh membunuhmu? Kamu sekarang mau ganti profesi menjadi perebut suami orang?" Teriak dua orang itu.

Dyah yang masih memetik kacang panjang, hanya bisa berdiam diri. Dia tidak menyadari bahwa dua orang itu sedang meneriaki dirinya.

"Hei! Salah satu warga melempar batu kerikil ke arah dyah, yang membuat dyah terkejut, hingga reflek berdiri dan menumpahkan sayuran di pangkuannya.

"Astagfirullah ada apa lagi?" Teriak dyah terkejut.

"Apa kamu itu tuli? Sekarang kamu mau menjadi perebut laki-laki orang? Sengaja tinggal di rumah rizky yang sebentar lagi jelas-jelas akan menikah! Dasar tidak tau malu!" Teriak mereka yang langsung menohok hati dyah.

Dyah hanya diam membisu. Tak berani menanggapi apa yang mereka katakan, karena sebagian besar yang mereka katakan benar apa adanya.

"Dasar wanita jalang!" Dua warga itu segera pergi, setelah melempar kata-kata yang membuat hati dan tubuh dyah seolah-olah tak bisa lagi mengatakan apa-apa.

Hati itu hancur terkadang dari hanya fisik yang terluka. Tetapi dari perkataan panas di telinga pun mampu jiwa sinkron dengan mata.

Dyah duduk di tanah, air matanya sudah tidak bisa lagi terbendung. Apakah dia salah jika berada di rumah keluarga sebaik dewi? Yang begitu tulus membantunya. Kalaupun harus pergi, kemana lagi ia akan tinggal, apakah semua itu tidak terpikirkan oleh para warga.

"Nenek! Jemput dyah nek! Jemput saja!" Batin dyah yang sudah putus asa. Putus asa adalah jalan terakhir ketika suatu masalah tak kunjung mendapat jalan keluar, justru malah bertambah. Tetapi, itu sebenarnya adalah hal yang salah.

"Jangan kecil hati nak. Utu tidak akan bisa jadi contoh yang baik untuk anak cucumu nanti. Bangunlah, banyak yang menunggumu di depan, jangan menutup matamu anak cantik!"

Dyah menghentikan tangisnya kala mendengar suara orang yang selama ini ia rindukan, perlahan wajahnya mendongak menatap ke arah depan yang saat ini berdiri seorang nenek-nenek dengan kerudung biru muda lusuh kesayangannya. Kerudung yang sama seperti yang ia kenakan saat meninggal.

"Nenek!" Kaget dyah setengah terisak.

Dari belakang tubuh neneknya, terlihat seorang wanita berbaju dress putih setengah betis, dengan rambut yang sama persis seperti dyah. Hanya saja tidak terlihat bagian wajahnya.

Wanita itu diam saja, dengan langkah gontai ia menuntun neneknya menjauh.

Sebelum pergi nenek saroh berucap, "ingatlah kalau kamu tidak sendiri di sini, dia akan selalu berada di sampingmu. Sampai nanti saatnya kamu bisa berjalan sendiri.."

"Nek, mau kemana nek! Tunggu!"

Dyah bangkit dari duduknya dan berusaha mengejar neneknya, tetapi di saat itu dia malah menabrak tubuh rizky yang rupanya berdiri di hadapan dyah.

Bruk!

Dyah hampir terjatuh, kalau saja rizky tidak dengan cekatan menangkap tubuhnya.

"astaghfirullah halazim, dyah. Maaf! Tapi kamu kenapa?" Tanya rizky yang langsung mendorong tubuh dyah agar kembali berdiri, dia tidak enak karena sudah bersentuhan langsung dengan yang bukan muhrimnya.

"Ada, nenek mas. Tadi ada nenek!" Ucap dyah sembari menunjuk ke depan.

"Nenek kamu sudah tenang di sana dyah! Kamu harus ikhlas....

Sudahlah pasti kamu kelelahan, sebaiknya kita pulang. Biar nanti kamu istirahat."

Senja tertelan gelapnya awan, sebab ia kehilangan sinar matahari yang telah tenggelam menidurkan bumi. Meninggalkan secerca luka yang menganga sedikit, terbumbui oleh rasa sakit yang tak ingin enyah.

Mata indah dyah menatap nanar ke arah rembulan yang tampak sinarnya saja karena tertutup awan. Mengingat betapa buruknya hidup yang ia jalani.

Sedangkan dyah yang terus merenungi hidupnya di sudut sana ada rizky yang tak bisa menahan hati melihat wanita yang sampai saat ini menetap di dalam hatinya, terluka sedemikian rupa.

Rizky membuang nafasnya kasar, kemudian ia memutar tubuh untuk kembali ke kamarnya.

Tepat ketika melewati kamar adiknya yang pintunya sedikit terbuka, rizky menghentikan langkahnya.

Matanya terpana oleh pemandangan yang ada di dalam sana, terlihat dewi tengah sibuk bercerita kepada seseorang wanita yang duduk di tepi ranjang.

Sesekali dewi akan tertawa lepas, sembari terus bercerita.

Seorang wanita yang jelas bukan ibunya atau siska. Karena wanita itu tidak mengenakan kerudung, dan memakai baju yang sama seperti baju yang di kenakan oleh sesosok wanita di belakang jendela tadi.

Saat rizky akan mendekati pintu kamar, saat itu juga wanita itu menoleh ke arah rizky.

Rizky kaget bukan kepalang, karena sosok wanita itu adalah dyah! Sosok dyah tersenyum ke arahnya, sembari menaikan sebelah alisnya, seolah mengejek rizky.

1
Anggita
thorr up ny kok cuman 1 bkin penasaran /Sob//Sob/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
kak author @abdul folback aku dong
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁: terimakasih kak🙏🙏
bedul: udah ya kak. terimaksih udah mampir
total 2 replies
Anggita
mampir thorr/Hey/
bedul: terimakasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!