naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12 * jarak yang tak pernah di minta *
Sudah dua minggu sejak email itu datang.
Dua minggu sejak Raka dipindahkan ke Surabaya, dan aku ditempatkan di divisi administrasi proyek yang bahkan gak ada hubungannya sama dunia kreatif.
Semuanya berubah begitu cepat. Dari tawa-tawa kecil di ruang kerja, jadi notifikasi dingin yang muncul di layar ponsel. Dari obrolan penuh makna, jadi pesan-pesan pendek yang makin jarang masuk.
Kadang aku pengen marah. Tapi lebih sering aku cuma diam. Karena aku tahu, ini bukan salah dia. Bukan salahku juga. Tapi tetap saja, sakit itu nyata.
Di kantor, semua terasa sepi. Alia masih jadi temanku satu-satunya yang waras. Dia gak pernah berhenti nyemangatin, tapi aku tahu dia khawatir.
“Nay,” katanya sambil duduk di sebelahku saat istirahat, “lo udah ngobrol serius sama Raka setelah dia di sana?”
Aku mengangguk pelan. “Udah. Tapi obrolannya makin pendek. Dia sibuk, aku juga mulai capek.”
“Capek nungguin atau capek diperjuangin sendirian?”
Aku terdiam. Pertanyaan itu lebih menohok dari yang kupikirkan.
*
Malam itu, aku duduk di balkon, menggenggam ponsel yang layarnya masih menyala. Chat terakhir dari Raka hanya:
> “Maaf, hari ini hectic banget. Aku telfon besok ya.”
Pesan yang sama seperti kemarin. Dan kemarinnya lagi.
Tapi tetap, aku tunggu.
Tiba-tiba HP-ku bergetar. Panggilan video.
Dari Raka.
Aku langsung angkat, dan wajahnya muncul lelah, tapi tetap senyum begitu lihat aku.
“Hai, Nay.”
“Hai, Pak Raka yang jauh,” jawabku, mencoba bercanda walau hatiku kering.
Dia tertawa kecil. “Maaf ya, aku beneran sibuk. Banyak penyesuaian di cabang sini.”
Aku mengangguk. “Aku ngerti kok.”
Tapi kali ini, aku gak mau tahan semuanya.
“Raka , kita masih mau jalanin ini, kan?”
Dia terdiam beberapa detik. “Naya, tentu aja mau , Aku sayang kamu.”
“Tapi kadang rasanya kamu makin jauh. Bukan cuma lokasi, tapi perasaan.”
Dia menunduk, lalu menatapku dengan mata yang tak sekuat biasanya.
“Jujur, Nay. Aku juga ngerasa itu. Tapi aku takut ngomong.”
“Takut apa?”
“Takut kalau kita ngomong jujur, hubungan ini bakal patah.”
Aku menghela napas panjang.
“Raka, aku gak butuh hubungan yang sempurna. Tapi aku butuh hubungan yang jujur. Kalau emang kita lagi goyah, ayo ngomong. Kalau emang masih mau berjuang, ayo kita cari cara. Tapi jangan pura-pura semua baik-baik aja.”
Dia mengangguk pelan. “Aku, aku masih mau berjuang. Tapi mungkin kita butuh waktu buat rekalibrasi semuanya.”
Aku tersenyum pahit. “Kata yang indah buat istirahat, ya?”
Dia menatapku tajam. “Enggak, Nay. Ini bukan break. Ini langkah mundur buat kita bisa maju bareng.”
Aku menatapnya lama. Lalu berkata, “Oke. Tapi satu hal...”
“Apa?”
“Kalau selama langkah mundur itu kamu nemu alasan buat berhenti tolong jujur. Jangan biarin aku nunggu dalam harapan yang gak utuh.”
Dia mengangguk. “Janji.”
*
Seminggu berlalu. Aku mulai terbiasa dengan ritme baruku. Tapi malam-malam tetap terasa hampa.
Sampai suatu sore, Ara tiba-tiba datang ke meja kerjaku.
“Naya,” katanya dengan senyum yang gak aku rindukan.
Aku menoleh malas. “Ada apa?”
“Aku cuma pengen bilang hati-hati. Kadang yang kita pikir sayang, cuma numpang nyaman.”
Aku berdiri, menatapnya tajam.
“Dan kadang, yang numpang ngomong cuman takut kehilangan kontrol.”
Ara tertawa kecil. “Kamu pintar.”
“Dan kamu terlalu percaya diri. Kita lihat aja siapa yang lebih kuat di akhir.”
Dia pergi dengan senyum sinis, tapi aku gak goyah.
Karena kali ini, aku tahu yang harus aku perjuangkan bukan cuma cinta.
Tapi harga diriku sendiri.
*
Di akhir minggu, sebuah paket datang ke rumahku. Dari Surabaya.
Isinya: satu buku tulis dengan sampul kulit, dan secarik kertas.
> *“Tulis semua isi kepalamu. Aku akan baca semuanya saat kita ketemu nanti. Gak peduli butuh waktu berapa lama.”
– Raka.”*
Dan untuk pertama kalinya, setelah berhari-hari penuh ragu, aku tersenyum... dengan air mata.
Mungkin kami gak sempurna. Tapi mungkin... kami masih saling mencari jalan pulang.
Dan itu cukup untuk hari ini.
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩