Boleh dibaca selama puasa ya...
Orang bilang, berhubungan dengan pria atau wanita selain pasangan kita bisa membangkitkan lagi gairah seksual.
Dua tahun terasa hambar bagi hubungan Allasca dan Pingkan. Hingga, ide gila Pingkan membawa mereka ke sebuah villa dan melakukan pertukaran pasangan.
Open marriage, Allasca tak habis pikir dengan usulan ekstrem yang dicetuskan Istrinya. Meski menolak, Allasca dibuat tak berkutik setelah tahu jika partner pasangan terbukanya tidak lain dan tidak bukan adalah Viera; adik angkatnya.
ALLASCA RICK RAIN, pewaris tahta pertama Tuan Sky Rain. Menjadi CEO di usia muda bahkan terbilang sukses sedari masih belasan tahun usianya.
Perfect CEO, gelar yang disematkan padanya selama hampir satu dekade. Sayangnya, tak ada manusia yang sempurna, bukan?
Sebab di balik kesempurnaan yang dilihat orang-orang selama ini, ada cukup banyak permasalahan pelik yang tidak orang tahu.
Selain mengidap automysophobia, Allasca juga memiliki permasalahan less desire.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APC 004
Baru lima bulan lalu, Hudson Bradley mendatangi kediaman utama keluarga Rain untuk melamar Viera. Hari ini, di siang bersalju ini, Allasca dikejutkan dengan kehadiran adik angkat perempuannya.
Allasca tak pernah mengira jika perempuan yang diutus menjadi partner pasangan terbukanya; perempuan yang sedari kecil menjadi adik angkatnya.
Viera Queena Shera, gadis itu sempat tercengang di hadapan Allasca sebelum akhirnya masuk dan kembali menutup pintu dengan gerakan yang tidak terduga.
Melihat itu, sontak Allasca menghalau dan sialnya, Allasca gagal membuat pintu kayu tersebut tetap terbuka.
"Neng!" Gedornya. Ah, Allasca sampai lupa jika dia belum mensterilisasikan pintu yang dia sentuh dengan sarung tangannya.
Gerakan reflek mengharuskan Allasca meraih sanitizer spray dari saku jaket. Lekas ia menyemprotkan pembunuh kuman ke arah pintu dan sarung tangannya sebelum kemudian dia gebrak kembali.
Yah, inilah hal-hal yang menjadi kebiasaan Allasca, membawa sanitizer ke mana-mana demi memastikan kuman-kuman di tempat-tempat yang akan dia sentuh.
Fobia kuman dan kotor seperti bagian hidup sekaligus kekurangan Allasca. Alasan ini juga yang membuatnya menikahi wanita perfect dan anti kotor seperti Pingkan Laksamana.
"Viera ... buka!" Pintu kayu dipukul-pukul dengan keras. "Ngapain kamu di sini?!"
Sempat Allasca berpikir di sela-sela ketukan pintunya. Sepertinya tipe kunci ini tipe kunci pintu yang hanya memiliki lubang kunci di luar dan memiliki tombol di bagian dalam untuk membuka dan menguncinya.
Ah, sial! Allasca bahkan membuang kunci pintu tersebut. Tanpa pikir panjang, Allasca turun ke halaman bersalju demi mencari kunci yang sebelumnya dia lempar.
Otak Allasca terbilang genius. Dia bisa mengira-ngira ke mana arah benda seberat kunci bisa terlempar ke suatu jarak dengan merumuskan kecepatan dan dorongan.
Sial bukan? Allasca harus berjalan dengan langkah panjangnya, ke arah yang cukup jauh dari villa karena ulahnya tadi. Ah Tuhan, dia jadi harus mensterilkan ulang kunci yang sebelumnya sudah disterilkan Pingkan.
Cukup jauh, Allasca melangkah sampai manik kebiruannya menemukan lubang kecil. Kunci itu menancap beberapa senti ke dalam tumpukan salju, dan tak pikir lagi, Allasca meraihnya sebelum disemprotkan sanitizer.
Ini cukup melelahkan, sebab Allasca perlu mendatangi villa kembali dengan langkah panjang nan tegasnya. Sesekali, Allasca percepat ayunan kakinya demi menghindari serpihan-serpihan salju yang masih turun.
"Untuk apa Viera di sini?" Otaknya sudah dipenuhi tanda tanya. Dari sekian banyak wanita, kenapa harus adik angkat manjanya.
Begitu tiba di teras, Allasca buka pintu villa dengan kunci di tangannya. Dan sesuai dengan dugaannya, Viera si cengeng tengah menangis sesenggukan di ujung sofa.
Melihat itu, hal pertama yang Allasca lakukan adalah mendekatinya. Menatapnya, walau tak bisa menyentuhnya setidaknya dia ada untuk adik angkat yang dulu tak pernah berhenti membuat dirinya kerepotan.
"Kenapa kamu di sini?" Allasca masih tak menggunakan amarahnya. Pria itu memang cukup tenang dalam menyikapi sesuatu, terlebih jika menyoal adik-adiknya.
"Kamu di sini dengan, Hudson?" cecarnya kembali. Dan gadis itu hanya menundukkan wajah demi menyembunyikan derai air mata.
Demi mensejajarkan diri dengan Viera, Allasca sengaja menekuk satu kaki. Membuat satu lutut bertumpu di lantai sementara satu tangannya dia letakkan di atas lutut lainnya.
"Hudson yang mengusulkan ini padamu? Menjalani open relationship sebelum menikah, begitu?" tanyanya lagi dan lagi.
Kediaman Viera justru menjawab pertanyaan yang barusan Allasca lempar. "Aku benar kan, Hudson mu itu penjahat kelamin."
Selain menangis, Viera tak menggubris satu patah kata pun. Hubungan keduanya memang tengah renggang, tepatnya semenjak Allasca memutuskan menikahi Pingkan.
Viera bahkan lebih memilih untuk melanjutkan hidup di luar negeri. Menerima cinta dari pria sederhana, pemuda dari kalangan biasa seperti asal usul Viera sebelum diangkat menjadi anak keluarga kaya raya bernama belakang Rain.
Namun hari ini, ide gila Hudson membawanya ke villa musim dingin. Awalnya, Viera sempat berpikir, Hudson hanya bercanda saat mengajaknya melakukan open relationship.
Kemudian pemikiran itu terbantahkan setelah Hudson mengaktifkan kamera yang terhubung dengan ponselnya. Di mana pada akhirnya, ia bisa melihat kegiatan apa saja yang Hudson lalui di kamar sebelah.
Sampai beberapa waktu lalu, Viera masih mempercayai Hudson. Dan, kedatangan seorang wanita membuat Viera harus memutuskan untuk keluar dari villa, tanpa pernah mengira jika akan ada Allasca di sana.
Viera sempat bingung dengan keberadaan Allasca. Sampai, Viera paham kenapa Kakak laki-laki angkatnya berada di sini, itu karena wanita yang dilihatnya bersama Hudson di layar ponsel, tidak lain dan tidak bukan ialah Pingkan; istri Allasca, yang itu berarti Allasca juga lah partner dari pasangan terbukanya.
"Jawab pertanyaan ku, Viera!" Nada Allasca sudah tidak lagi santai. Meski bukan jawaban, Viera justru semakin tersedu-sedu.
Allasca mendesah kesal dengan pandangan yang mengedar ke sembarang arah. Lantas mengusap wajah frustrasinya.
Di saat itu juga, mata kebiruan Allasca menyorot pada layar ponsel Viera. Layar yang menampilkan percumbuan mesra sepasang sejoli, di mana si wanitanya ialah Pingkan.
Dada Allasca ingin meledak. Tadinya Allasca pikir, Pingkan hanya akan mengikuti langkah ini secara formalitas demi mengobatinya, tapi lihat gaya Pingkan, justru wanita itu yang begitu menikmati pertukaran pasangan ini.
Ternyata bukan hanya tak waras, Hudson juga psikopat kelas berat. Lihat saja bagaimana pemuda itu dengan gilanya mengaktifkan kamera agar kegiatan perselingkuhannya dilihat calon istri yang sebentar lagi dinikahi.
Yah, pantas saja Viera menangis. Semua ini tidak lepas dari tingkah gila Hudson yang memang cocok sekali dengan Pingkan.
"Sudah ku bilang, kekasih mu bukan laki-laki yang baik dan kau masih batu." Allasca bangkit dengan raut datar tak terbacanya.
Lantas, menutup pintu yang sebelumnya lupa Allasca tutup. "Tidak perlu menangisi pria miskin mu sebegitunya," datarnya.
Langkah panjang Allasca menuju tirai jendela di sudut tempat, lekas ia menyingkap tirai itu sesudah dia sterilkan terlebih dahulu dengan sanitizer spray miliknya.
Terdiam dalam waktu lama, memikirkan hal apa saja yang dilalui Pingkan saat ini. Sempat juga Allasca memindai adik angkatnya, dan gadis itu masih menangis tiada bosan.
Agaknya, Viera sudah benar-benar menjatuhkan seluruh cinta dan harapannya pada Hudson Bradley si laki-laki miskin.
"Kita akan tunggu di sini sampai mereka keluar dan puas dengan tingkah gilanya, dengar aku baik-baik, Viera ... dunia mu tidak akan runtuh hanya karena kau tidak jadi menikahi pria miskin berpikiran bobrok."
Viera hanya bisa diam di atas ranjang villa di mana Allasca sang kakak angkat juga masih berdiri sendu di sisi jendela. Pupus sudah harapan indah yang kemarin malam masih begitu tinggi bersama Hudson.
Viera bahkan tak sanggup bila harus memaafkan perilaku menyimpang Hudson yang tiba-tiba saja tanpa aba-aba. Hanya sekilas meminta open relationship, lalu benar-benar terjadi di depan matanya.
Satu tahun menjalani hubungan, Viera masih tak mempercayai bahwasanya Hudson begitu tega memilih jalan open relationship hanya untuk alasan yang tidak masuk akal.
Tangisannya tiada henti hingga pukul sembilan malam gadis itu kelelahan dan tertidur tanpa direncanakan.
Sesekali, Allasca memeriksa layar ponsel Viera, dan di sana Pingkan masih terlihat nyaman menjalani hubungan dadakannya.
Seolah, binar dari raut wajah Pingkan sedang menyuarakan bahwa Hudson laki-laki yang pas untuk wanita sepertinya setelah jenuh dengan laki-laki dingin seperti Allasca.
Sejenak Allasca menatap Viera, ia melangkah ke arah ranjang demi menyelimuti tubuh meringkuk Viera dengan kain tebal coklat.
Wajah sembab Viera mengingatkan Allasca pada masa lampau. Gadis yatim piatu yang malang, bahkan setelah mendapatkan penolakan Allasca, Viera masih harus mengalami hal buruk dalam kisah cintanya.
Sekejap, jam klasik yang Allasca lirik dari pergelangan tangannya. Sudah berjam-jam lamanya, Pingkan masih belum juga memberikan kabar terkait apa pun.
"Ternyata ini yang kamu mau, Ping. Kalau begitu, ada kejutan dariku besok."
mo nunggu tamat ko gak tahan..
kangen ama Alaska ama neng Viera niih/Drool//Drool//Drool//Drool/