Namanya adalah Haidee Tsabina, wanita cantik dengan hijabnya yang merupakan istri seorang Ibrahim Rubino Hebi. Kehidupan keluarga mereka sangat harmonis. Ditambah dengan seorang anak kecil buah cinta mereka yaitu Albarra Gavino Hebi
Tapi semua berubah karena sebuah kesalahpahaman dan egois yang tinggi. Rumah tangga yang tadinya harmonis berubah menjadi luka dan air mata.
Sanggupkah Haidee dan Ibra mempertahankan keluarga kecil mereka ditengah banyaknya rintangan dan ujian yang harus mereka hadapi? Atau mereka akan menyerah pada takdir dan saling melepaskan? Yuk baca kisahnya.
Follow Ig author @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa
Jangan lupa like, vote dan komen juga yaaa
🌹HAPPY READING🌹
Saat sudah sampai di taman belakang, Al, Naina dan Dee duduk di gazebo yang ada di sana. Al duduk dipangkuan Dee. Dan Naina duduk di depan mereka.
"Al, Umi ambil cemilan dulu, ya?" ucap Dee mengusap lembut kepala Dee.
"Tidak usah, Umi. Minta tolong Bi Nini saja. Umi disini saja," pinta Al kepada Dee.
"Kan nggak enak kalau kita main nanti nggak ada cemilannya. Sekalian Umi juga mau buatin minum untuk kita," ucap Dee memberi penjelasan kepada Al.
"Tidak apa-apa. Kan ada Aunty Naina disini. Biar Umi Al buatin minum dulu," Ucap Naina ikut menimpali. Sangat susah membujuk Al sekarang, pikir Naina.
"Suruh Bi Nini saja, Umi," kekeuh Al memaksa Dee untuk tetap bersamanya.
"Bi Nini lagi ada kerjaan lain, nak. Kasihan nanti terlalu kecapean. Al tunggu sebentar, ya. Umi nggak akan lama kok," ucap Dee lembut.
Al turun dari pangkuan Dee, "Ya sudah. Tapi janji jangan lama, Umi."
"Iya, sayang," jawab Dee tersenyum. Dee mengalihkan pandangannya kepada Naina, "Nai, aku titip Al, ya. Mau buatin minum dulu. Kamu mau minum apa, Nai?"
"Jus jeruk saja, Dee," jawab Naina lembut.
"Al mau minum apa, nak?" tanya Dee beralih kepada Al yang telah duduk di sebelahnya.
"Susu coklat, Umi. Cemilannya terserah Umi saja. Apapun yang Umi buat, Al pasti suka," jawab Al tersenyum kepada Dee.
Dee tersenyum dan mengangguk, "Ya sudah, tunggu sebentar, ya. Nai, aku titip Al, ya," ucap Dee pamit dan berlalu pergi kedalam rumah untuk membuat minuman.
Setelah kepergian Dee, Naina membuka topeng malaikatnya dan memperlihatkan sifat iblisnya kepada anak berumur empat tahun itu. Al yang melihat perubahan wajah Naina sebenarnya takut. Tapi dia berusaha untuk tidak terlihat takut di depan Naina.
"Hai, anak nakal. Sekarang hanya kita berdua disini,"
"Al nggak takut lagi sama Aunty. Al nggak mau lagi nurutin kata-kata Aunty. Aunty bohong sama Al. Aunty bilang kalau Al sudah telima hukuman, Umi tidak akan di siksa lagi. Tapi Aunty bohong. Umi tetap saja di pukulin," ucap Al berani kepada Naina.
"Waw, sekarang anak kecil seperti kamu sudah berani, ya, sama Aunty," ucap Naina mencengkram rahang Al.
"Kalen sekalang sudah ada Umi di sisi Al. Umi nggak akan bialin Aunty pukul Al lagi. Umi nggak bakal bialin Aunty malahin Al lagi,"
"Terus saja banggakan Umi sialan mu itu. Kalau sampai kau berani mengatakan semuanya kepada Umi dan Abi mu, maka aku tidak akan segan menghukum mu lebih sakit lagi," ucap Naina mencengkram kuat rahang Al.
"AL TIDAK TAKUT SAMA AUNTY," teriak Al menatap berani mata Naina.
"Kau sudah berani berteriak rupanya. Tadi kau bilang tidak ingin masuk neraka di depan semua orang kan. Baiklah, aku akan mengirim mu ke Surga sekarang juga," ucap Naina.
Naina berdiri dan memaksa Al untuk ikut berdiri. Naina mengarahkan Al agar mendekat ke sumur kering yang berada sedikit jauh dari taman belakang. Al terus memberontak. Tangannya memukul-mukul punggung Naina agar berhenti untuk menariknya.
"Berhenti, Aunty. Al tidak mau," ucap Al terus memberontak.
"Ini akibatnya kau tak menuruti semua ucapan ku. Sudah aku bilang untuk terus membenci Umi mu itu. Jangan pernah dekat dan bermain dengan Umi sialan mu itu. Aku juga sudah mengingatkan mu untuk tidak mengakuinya sebagai Umi mu dan harus menyayangiku lebih dari dia. Tapi kau tidak menurutinya. Sekarang kau harus terima hukumannya. Setelah kau mati, aku akan mudah melenyapkan Umi sialanmu itu," ucap Naina marah kepada Al.
Al bergetar mendengar ucapan Naina. Ketakutan melanda hati dan pikirannya. Dia terus memberontak dan menahan diri sekuat tenaga untuk tidak mengikuti langkah Naina. Tapi kekuatan Naina lebih kuat darinya. Dia berharap Dee segera datang dan menyelamatkannya.
Ya Allah, tolong Al. Umi, Abi, Uncle Kevin, Uncle Agam, tolong Al. Kemarilah. Al takut. Umi, cepat kembali, Umi, hiks. Ucap Al memanggil semua orang yang sedang berada di dalam rumahnya. Berharap Umi dan Abinya mendengar suara hatinya.
"Sekarang tidak akan ada yang menyelamatkanmu," ucap Naina. Tangannya terus menarik kuat tubuh Al yang selalu memberontak. Hanya beberapa langkah lagi merek akan sampai di sumur itu. Al semakin memberontak sekuat tenaganya. memukul-mukul dan menendang tubuh Naina yang bisa ia jangkau. Tapi dia hanya anak berusia empat tahun. Kekuatannya tidak akan seimbang dengan wanita yang sudah berusia dua puluh enam tahun ini.
Sedangkan di ruang kerjanya, Ibra, Agam asik membicarakan kasus penganiayaan Dee dan Diana di Penjara. Kevin hanya sesekali menimpali. Dia sudah tidak fokus untuk bercerita dengan Ibra dan juga Agam. Pikirannya kini menerawang mengingat apa yang dilihatnya beberapa menit yang lalu.
Ada yang tidak beres dengan hubungan Naina dan Al. Ada sesuatu yang disembunyikan Al. Raut wajahnya tampak berbeda saat dia berbicara dengan Naina. Mungkinkah semua kecurigaan ku ini benar?
Ucap Kevin dalam hati mengingat bagaimana perubahan wajah Al saat memandangi Naina. Kevin juga melihat Al dan Naina yang saling bertatapan untuk beberapa saat tadi saat mereka berkumpul di ruang kerja Ibra.
"Vin, kenapa Lo? Kayak bengong gitu?" tanya Agam yang sedari tadi melihat Kevin hanya diam dan tak banyak bicara.
Kevin menoleh kepada Agam, "Jangan ganggu gue. Gue lagi mikir berat," jawab Kevin.
"Gue pikir Lo kesurupan dari tadi diam aja."
"Lo kenapa, Vin? Ada masalah?" kali ini Ibra yang bertanya karena tidak puas dengan jawaban Kevin.
"Ck, Lo cerita aja berdua lagi sana. Gue lagi mikir keras, jangan ditanya-tanya dulu," jawab Kevin kesal.
"Sok Ok, Lo," ucap Ibra dan Agam serentak. Mereka kembali melanjutkan pembicaraan tanpa mengharukan Kevin yang tengah memikirkan apa.
Naina dan Al semakin mendekati sumur kering yang ada di sana. Al ketakutan luar biasa. Tubuhnya bergetar hebat.
"Aunty lepasin Al, Aunty. Abi pasti malah kalau Aunty jahat telus sama, Al," ucap Al menyebut Abinya. Dia berharap Naina akan melepaskannya.
"Jika kau mati, maka Abi ku tidak akan tahu kejahatan ku. Kau akan aku lempar ke sumur biar mati dimakan ular di sana. Berhentilah memberontak jika tidak ingin aku menyeretmu lebih kuat lagi," ucap Naina lembut kepada Al. Tapi nada bicaranya penuh dengan ancaman.
Al diam. Wajahnya pucat memikirkan akan ada ular yang menggigitnya jika jatuh ke sumur yang sudah lama kering itu.
Umi, cepatlah datang, Umi. Bantu Al, Umi. Cepatlah, Umi. Batin Al terus berteriak memanggil Dee.
Satu langkah lagi, Naina dan Al sampai di depan sumur. Kini mereka berdua berdiri di tepi sumur. Al masih terus memberontak.
"Al, Naina," Al dan Naina menoleh mendengar seseorang memanggil mereka.
Al dan Naina terkejut, dan "Aaaaa,,,"
......................
Terimakasi sudah mampir dan menyaksikan bagaimana kisah Ibra, Dee dan juga Al ,,,
Jangan lupa Vote, like, sama komentarnya yaa teman-teman agar author lebih bersemangat lagi dan lagi,,,
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....
Author sangat berterimakasih kepada readers yang selalu setia untuk membaca novel author, jangan pernah bosan yaa 🌹🌹 author sayang kalian.
tapi seruuu puas bgt bacanya
terimakasih thooor
semoga karya mu selalu d gemari
berbahagialah dee
paling buat berobat Jaka 15rb tuuh beli betadine
ini mah kelasss kata org serang mah
beeud dah paling Top