NovelToon NovelToon
Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Janda / Konflik etika / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Bangjoe

Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30: Darah di Atas Kebohongan

Ayana tersentak, tarikan Arfan yang kuat hampir membuat kakinya yang tertusuk serpihan kaca tadi menyerah. Nafasnya memburu, paru-parunya serasa terbakar. Setiap langkah adalah derita, namun teriakan Arfan dan bayangan Raya di benaknya memberinya kekuatan semu.

Mereka menerobos semak belukar yang basah, ranting-ranting mencakar kulit. Suara letusan pistol masih memekakkan telinga, bukan lagi satu-dua, tapi serentak, seolah rombongan pemburu sedang mengincar mangsa.

"Terus! Jangan berhenti!" Arfan berteriak, suaranya parau. Ia tidak lagi memegang tangan Ayana, melainkan menyambar pinggangnya, mendorongnya dari belakang agar terus berlari. Sesekali ia menoleh ke belakang, matanya waspada mencari celah.

Sebuah peluru mendesing sangat dekat, memecahkan ranting di samping kepala Ayana. Ia menjerit tertahan, jatuh tersungkur. Arfan segera menariknya bangkit, cengkeramannya terasa keras dan mendesak. "Jangan memikirkan sakitnya, Ayana! Pikirkan Raya!"

Nama itu bagai cambuk dingin di punggung Ayana. Raya. Anaknya. Putri semata wayangnya yang kini berada dalam bahaya, mungkin disekap oleh Vina, wanita yang kini ia yakini bukan sekadar cemburu, tapi juga bagian dari konspirasi yang mengerikan.

Mereka akhirnya mencapai dinding pembatas belakang rumah yang tingginya sekitar dua meter. Arfan menyuruh Ayana naik lebih dulu, memberikan tumpuan dengan tangannya. "Cepat! Aku akan menyusul!"

Dengan sisa tenaganya, Ayana memanjat. Kakinya perih, tapi rasa takut telah membekukan sebagian indranya. Ia melompat ke sisi lain, mendarat dengan tidak sempurna di tanah berkerikil. Sebuah ringisan lolos dari bibirnya. Detik berikutnya, Arfan sudah di sampingnya, memindai sekeliling.

"Kita ada di perkebunan lama," bisik Arfan, menarik Ayana agar tetap bersembunyi di balik pohon karet yang gelap. Aroma getah dan tanah basah menusuk hidungnya. "Mereka tidak akan menyangka kita ke sini. Ini jalan buntu jika tidak tahu jalurnya."

"Jalan buntu?" Ayana berbisik, suaranya bergetar. "Arfan... apa ini semua? Apa yang sebenarnya terjadi? Kau bilang ini kebohongan... kebohongan apa?" Kepalanya pening. Serpihan puzzle kengerian itu mulai menyatu, namun gambaran akhirnya masih buram dan mengerikan.

Arfan tidak menjawab. Ia hanya terus mengamati, telinganya menajam. Suara tembakan mulai mereda, namun digantikan oleh raungan anjing pelacak yang semakin mendekat. Jantung Ayana berdetak tak keruan, memompa adrenalin dan ketakutan secara bersamaan.

"Sial! Vina tidak main-main," gerutu Arfan. Ia menarik Ayana lebih dalam ke rimbunan semak, mencengkeram lengannya erat. "Dengar, Ayana. Waktunya tidak tepat untuk bicara panjang lebar. Tapi kau harus tahu... suamimu, mendiang Rio... dia bukan korban kecelakaan biasa."

Ayana mematung. Nafasnya tercekat di kerongkongan. "A-apa?" Bisikannya nyaris tak terdengar.

"Dia dibunuh. Dengan sengaja. Dan semua aset yang kau kira warisan darinya, perusahaan itu... itu hanya kedok," Arfan melanjutkan, nada suaranya berat, penuh penyesalan. "Kedok untuk kegiatan ilegal yang jauh lebih besar. Vina terlibat. Ayahku, Bram, juga terlibat."

Dunia Ayana seolah runtuh. Bukan kecelakaan? Dibunuh? Perusahaan hanya kedok? Nama Rio, Vina, bahkan Ayah Arfan, Bram... semuanya kini terjalin dalam benang gelap kejahatan. Kebohongan yang membangun seluruh hidupnya setelah kematian Rio.

"Ka-kau... bagaimana kau tahu semua ini? Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?" Ayana merasakan air mata panas mengalir, bercampur debu dan keringat di pipinya. "Dan Raya... apakah mereka menculik Raya karena ini?"

Arfan menoleh, sorot matanya yang gelap kini dipenuhi rasa sakit. "Awalnya, aku tidak tahu seberapa dalamnya. Aku hanya curiga. Tapi setelah Rio meninggal, aku mulai menyelidiki. Aku mencoba melindungimu dan Raya tanpa membuat mereka curiga. Tapi Vina terlalu licik. Dia tahu kau mulai dekat denganku, dia tahu aku mencurigai mereka. Dia menjadikan Raya umpan. Dia ingin kita memberitahu di mana Rio menyembunyikan 'sesuatu'."

"Sesuatu? Apa?" Ayana menuntut, rasa takutnya kini bercampur kemarahan. Ia merasa seperti boneka yang dimainkan, hidupnya diatur oleh rahasia-rahasia busuk yang ia tak pernah tahu.

"Aku tidak tahu pasti. Tapi itu sesuatu yang sangat penting bagi mereka, mungkin bukti kejahatan atau uang yang sangat besar. Rio tidak pernah mempercayaiku sepenuhnya. Dia tahu aku tidak akan menyetujui bisnis kotornya." Arfan mendesah frustrasi, matanya terus mencari tanda-tanda bahaya di kegelapan.

Raungan anjing semakin dekat. Terdengar suara langkah kaki yang berat, menerobos semak-semak. Mereka tidak jauh. Arfan mengunci pandangannya pada Ayana, tangannya mengangkat dagu wanita itu. "Ayana, dengarkan aku baik-baik. Kita harus pergi dari sini. Sekarang. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan mereka tidak akan segan melukaimu atau Raya."

"Kita harus menyelamatkan Raya!" Ayana berbisik putus asa. "Di mana dia? Apa yang harus kita lakukan?"

"Kita akan cari jalan keluar dari perkebunan ini, lalu kita akan menghubungi bantuan," Arfan berkata, meskipun nada suaranya tidak terlalu meyakinkan. "Ada satu tempat yang mungkin aman untuk kita bersembunyi sebentar. Tapi itu sangat berbahaya."

Sebelum Ayana sempat bertanya lebih lanjut, Arfan tiba-tiba menariknya kuat-kuat ke bawah, menekan tubuhnya ke tanah. Sebuah kilatan cahaya senter menyapu tepat di atas kepala mereka. Langkah kaki berhenti di dekat tempat persembunyian mereka.

"Mereka pasti ke arah sini! Anjing-anjing ini tak pernah salah jejak!" Sebuah suara kasar terdengar, suara seorang pria yang tidak dikenal Ayana, namun penuh otoritas. "Cari sampai ketemu! Aku ingin Arfan mati, dan jalang itu... bawa hidup-hidup padaku!"

Ayana menahan napas, tubuhnya gemetar ketakutan. Mereka ditemukan. Jantungnya berdebar kencang, menabuh genderang kematian. Ia melirik Arfan, wajah pria itu tegang, matanya gelap dipenuhi tekad namun juga keputusasaan.

"Kita harus lari ke arah sungai, Ayana!" Arfan berbisik di telinganya. "Aku akan buat pengalihan. Kau lari terus, jangan menoleh! Jangan berhenti sampai kau temukan jalan besar!"

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!" Ayana menggeleng, air mata menetes. Bagaimana mungkin ia meninggalkan satu-satunya orang yang kini bersamanya di tengah neraka ini?

"Kita tidak punya pilihan! Percayalah padaku! Ini satu-satunya cara kita bisa menyelamatkan Raya!" Arfan mencengkeram bahunya, sorot matanya memaksa Ayana untuk patuh. "Mereka tidak ingin aku hidup. Tapi kau, mereka ingin kau bicara. Gunakan itu sebagai keunggulanmu jika tertangkap. Tapi jangan pernah sebutkan aku!"

Satu detik... dua detik... Suara anjing dan langkah kaki semakin mendekat. Arfan tiba-tiba mendorong Ayana ke arah yang berlawanan dari posisi mereka, lalu ia sendiri bangkit dengan cepat. Dalam sekejap, ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, mengokangnya, dan menembak ke arah yang berlawanan dari Ayana. Suara tembakan itu memecah kesunyian malam, diikuti oleh lolongan anjing dan teriakan pria-pria yang mengejar.

"Lari, Ayana! Lari!" Suara Arfan bergaung. Ayana melihat kilatan api dari pistolnya sekali lagi, sebelum ia sendiri berbalik dan berlari sekuat tenaga, mengikuti insting. Sungai... jalan besar... Raya... Dia tidak bisa meninggalkan Arfan, tapi Arfan memintanya. Ini untuk Raya.

Ia berlari menembus hutan, tanpa arah yang jelas, hanya mengikuti suara sungai yang samar. Air mata membasahi pipinya, bercampur dengan keringat dan lumpur. Sebuah kebohongan yang mengerikan. Sebuah cinta terlarang. Dan kini, nyawa anak perempuannya ada di ujung tanduk.

Tiba-tiba, kakinya menginjak sesuatu yang lunak. Ia tersandung, jatuh terjerembap. Rasa sakit menusuk pergelangan kakinya. Saat ia berusaha bangkit, matanya menangkap sesuatu yang berkilauan di bawah cahaya rembulan yang samar. Sebuah kalung. Kalung perak dengan liontin hati. Kalung yang sama yang selalu dipakai Raya.

Ketakutan dingin merayap ke seluruh tubuhnya. Kalung itu... Kalung itu ada di sini. Di tengah hutan. Tercecer begitu saja. Itu artinya...

Sebuah bayangan hitam tiba-tiba muncul dari balik pepohonan di depannya. Sosok yang tinggi, mengenakan pakaian serba gelap, berdiri mematung. Bukan salah satu pria yang mengejar mereka. Tubuhnya tegap, dengan siluet familiar yang membuat jantung Ayana berhenti berdetak. Sosok itu perlahan melangkah maju, di tangannya ia memegang sesuatu. Sebuah pisau. Dan di mata Ayana yang membelalak ketakutan, ia melihatnya dengan jelas: wajah Vina, dihiasi senyum dingin yang mengerikan, menyeringai di belakang sosok itu. Tapi itu bukan yang membuat Ayana berteriak.

Itu adalah orang yang memegang pisau itu. Orang yang ia kira sudah meninggal.

"Rio...?" Bisikan itu nyaris tak keluar dari kerongkongannya, diiringi teriakan putus asa yang tertahan saat sosok itu mengangkat pisaunya tinggi-tinggi.

1
zaire biscaya dite
Gw trs trg bingung dgn jln ceritanya novel ini, selain berganti2 nama para tokoh yg ada, jg perbedaan rahasia yg diungkapkan oleh Arfan kpd Ayana
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
panjul man09
bosan
panjul man09
sudah janda koq ,bisa memilih jalan hidup , siapa vina , bisa bisanya mengatur hidup orang .
panjul man09
siapa nama anak ayana , maya , kirana atau raka ?
zaire biscaya dite
Tolong perhatikan dgn benar ttg nama tokoh dlm novel ini, spt nama anak yg selalu berganti2 nama, Arsy, Maya, Raka, Alisha
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini
panjul man09
mereka boleh menikah, karna mereka bukan mahrom
panjul man09
lanjuut
zaire biscaya dite
Betul, tlg diperhatikan dgn baik nama yg ada di dlm novel ini. Nama suami itu Adnan atau Daniel, nama anaknya itu Arsy, Maya, Kirana atau Raja ? Jgn smpe ceritanya bagus, tp malah bikin binging yg baca krn ketdkkonsistenan penyebutan nama tokoh di dlmnya, y
Bang joe: terimakasih atas masukannya kak 🙏
total 1 replies
Greenindya
yg bnr yg mana ya kok nama anaknya gonta ganti Kirana maya raka
Bang joe: mohon maaf atas kekeliruannya kak
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!