Anaya Devaloka (21), seorang gadis muda yang terpaksa menjadi ibu susu bayi bernama Elnan Kavindra demi melunasi hutang ayah tirinya dan membiayai pengobatan mamanya.
Richard Kavindra (29), seorang CEO muda nan tampan dan terkenal playboy. Ia menyukai gadis seksi yang bertubuh langsing. Namun, ketika ia melihat Naya, semua tipe gadis idealnya seakan tak berlaku sama sekali. Ia terjebak pada pesona ibu susu baby Elnan anaknya.
Akankah Richard mampu meluluhkan hati Naya? dan bisakah Naya tetap teguh pada hatinya tanpa tergoda oleh Richard?
Follow Ig : @yoyotaa_
Dilarang keras untuk menjadikan cerita saya jadi konten!!!!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Ingatan Semalam
Pintu kamar Elnan berhasil dikunci oleh Naya. Ia pun duduk bersandar di pintu sambil memeluk lututnya dan menangis. Ia merasa dirinya telah dilecehkan.
"Bodoh! Kenapa tadi kau hampir saja menikmatinya Naya!? Hiks... hiks... hiks...."
Untungnya suara tangisan Naya tak sampai membuat Elnan terbangun dari tidurnya. Naya pun mengecilkan suara tangisnya. Lama kelamaan Naya pun tertidur di depan pintu.
***
"Aww, kepalaku ...." ujar Richard mengeluh kesakitan sambil memegang kepalanya. Ia pun duduk dari tidurnya yang tergeletak di lantai.
"Kenapa aku bisa tidur disini? Kepalaku juga pusing sekali. Apa aku mabuk semalam?"
Richard mencoba mengingat-ingat kejadian yang ia lalui semalam. Di mulai dari dia yang jujur akan perasaannya pada Denada. Kemudian akan membuat Denada menyesal dan setelah itu ia tak ingat lagi.
"Kemungkinan besar dua bocah itu yang mengantarku pulang semalam. Tapi kenapa aku tidak tidur di ranjang? Apa lagi yang kulakukan semalam? Aish!"
Sebisa mungkin Richard mulai berdiri dan bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi, ia memakai kemeja putih dan mengenakan dasi di kerah bajunya. Ia turun ke lantai satu langsung menuju ke dapur dan meminta pelayan untuk membuatkan air madu untuknya.
Hari ini terasa berbeda bagi Richard. Ia tak melihat Naya menjemur Elnan seperti biasanya di taman. Pintu kamar Elnan pun masih tertutup rapat. Di dapur dan di ruang makan pun tidak kelihatan. Kemana gadis itu?
Apa aku coba mengetuk pintu kamar Elnan saja ya?
Dengan penuh keyakinan, Richard pun sudah ada di lantai dua. Ia mengetuk pintu kamar Elnan beberapa kali. Namun, hasilnya nihil. Tak ada yang membuka pintu maupun menyahuti suaranya.
Tak lama kemudian, pintu kamar Elnan akhirnya terbuka. Ia melihat Naya yang menunduk sambil membuka lebar pintu kamar Elnan. Richard terus memperhatikan raut wajah Naya.
Ada apa dengan ibu susu Elnan tersebut? Kenapa sikapnya aneh sekali? Sudah aneh makin aneh pula.
"Kau kenapa terus menunduk? Apa aku begitu menakutkan?" tanya Richard pada Naya yang berdiam seperti patung.
"Ti-tidak tuan," jawab Naya.
"Kalau begitu. Angkat wajahmu."
Naya pun mengangkat wajahnya yang menunduk. Sebuah kesedihan terlihat dari pancaran matanya yang memerah dengan lingkaran hitam di bawah matanya.
"Kau habis menangis?" tanya Richard sekali lagi.
"Ti-tidak tuan. Saya kelilipan tadi," jawab Naya.
Sebenarnya Richard tidak percaya dengan alasan tersebut, namun melihat keadaan Naya. Ia mengerti jika wanita itu tidak ingin bercerita apapun. Ia menuju ranjang bayi milik Elnan dan mengecup pipi Elnan kemudian pamit untuk berangkat kerja.
"Papa kerja dulu sayang. Doakan semoga semuanya lancar."
Richard berjalan ke arah Naya dan memberikan pesan pada Naya.
"Titip anakku. Jaga dia dengan baik."
Naya mengangguk. Richard pun turun ke ruang makan dan sarapan pagi bersama mamanya seperti biasa. Setelah itu, ia berangkat ke kantor.
Sesampainya di kantor, Richard mendapatkan sebuah telpon dari Ethan. Ia langsung menerima panggilan tersebut dan memarahi Ethan.
"Kau sahabat macam apa sih? Kenapa kau membiarkan aku tidur di lantai, hah?"
"Tunggu... tunggu... sepertinya ini ada kesalahpahaman. Kau sendiri yang tidak ingin di antar sampai kamar. Aku dan Alex ingin mengantarmu masuk ke dalam rumah. Tapi kau malah melepaskan rangkulan kami dan melambaikan tangan seolah kau bisa sendiri sampai kamar. Jadi, ya kami langsung pulang setelah itu. Memang apa yang terjadi sih?"
Mendengar penjelasan panjang lebar dari Ethan membuat Richard berpikir keras.
Deg!
Beberapa ingatan kini mulai muncul, apa yang diucapkan Ethan benar adanya. Ia sendiri yang tidak ingin diantar sampai ke kamar.
Ingatan-ingatan itu terus muncul di kepalanya. Richard terkejut oleh tingkah lakunya sendiri.
Flashback
Saat mendengar suara langkah kaki seseorang yang menuruni tangga, Richard mengira orang tersebut adalah Denada, mantan tunangan yang masih ia cintai. Ia meraih tangan tersebut. Saat mendapat penolakan dari tangan wanita tersebut, Richard langsung berbicara.
"Apa kau akan terus menghindar dariku, Dena?"
Richard terus mengeratkan pegangan tangannya.
"Jangan coba-coba berani melepaskan genggaman tanganku! Atau kau mau aku menghancurkan semua yang telah kau miliki!?"
Semakin adanya penolakan, Richard semakin berani dan langsung menarik tangan tersebut dan membawa wanita yang ia anggap Dena ke depan kamarnya.
Richard merengkuh pinggang wanita itu untuk mendekat ke tubuhnya. Saat mendapat penolakan lagi dan lagi. Richard langsung mencium bibir wanita tersebut dan membawanya bersandar ke tembok.
sebenarnya Richard berada dalam setengah sadar. Ia tahu jika wanita tersebut menangis. Namun gairahnya seolah semakin tinggi. Tangannya mulai masuk ke dalam kaos longgar yang dikenakan wanita itu. Ia pun menghentikan ciuman karena ia sudah tak tahan ingin menuju ke tahap selanjutnya. Richard berhasil melepas ikatan bra milik wanita tersebut.
"Dena, aku mencintaimu."
Richard pun kembali mencium bibir wanita itu dengan tangan satunya memegang tangan wanita itu supaya tidak berontak dan tangan satunya lagi mencari-cari benda kenyal milik wanita itu.
"Ah..." Suara d*sahan lolos dari bibir mungil wanita itu saat Richard meremas benda kembar miliknya. Richard sudah tak lagi mencium bibir wanita itu. Ia sudah berpindah haluan untuk meremas kedua benda kembar kenyal milik wanita tersebut.
Gairahnya semakin tinggi, ia ingin melakukan hal lebih daripada ini. Biasanya ia selalu menahan semua gairah ini karena selalu mengingat nasehat mamanya. Kini ia tak bisa lagi menahannya.
Richard membuka pintu kamarnya dan tiba-tiba saja si wanita tersebut menggigit lehernya lalu memasuki kamar Elnan. Lalu mencoba membuka kamar Elnan, dan tidak bisa. Kemudian ia berjalan ke kamarnya dan berakhir tergeletak di lantai.
Flashback selesai.
"Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Pantas saja ibu susu Naya tadi terus menunduk saat melihatku. Ternyata dia benar-benar takut padaku!"
Richard mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia masih belum sadar jika telponnya masih tersambung dengan Ethan.
"Rich, apa yang terjadi? Are you okay?" tanya Ethan yang penasaran karena Richard terdiam begitu lama.
"Gawat! Aku tidak sengaja melecehkan ibu susu anakku sendiri. Bagaimana jika dia pergi dan tidak mau menjadi ibu susu Elnan lagi? Aku bisa dimarahi mama habis-habisan."
"Sebentar, sebentar, ibu susu? Apa Elnan benar-benar memiliki ibu susu? Sejak kapan?"
"Sudah, kapan-kapan saja aku menjelaskannya. Bantu aku memikirkan cara supaya ibu susu Elnan tidak pergi meninggalkan Elnan."
"Kau jadikan saja dia istrimu. Bereskan?" jawab Ethan dengan mudahnya.
"Aku tidak mencintainya. Dia bukanlah tipeku. Penampilannya begitu kampungan. Aku tidak suka. Tapi ...."
Richard menghentikan bicaranya, ia begitu menikmati dua buah benda kenyal milik Naya, begitu juga dengan bibir Naya yang terasa manis di bibirnya. Namun, ia hapus pikiran itu dengan cepat.
Tidak, tidak, tidak. Jangan sampai aku menyukainya.
"Tapi apa Rich?" tanya Ethan penasaran.
"Tidak, lupakan saja. Aku akan memikirkannya sendiri. Bye."
Richard langsung mematikan sambungan telponnya. Ia duduk di kursinya dan memukulkan jari telunjuknya ke meja.
***
Jangan lupa like, vote dan berikan komentarnya teman-teman.
jangan lupa mampir juga di karyaku ya,🙏🏻
icad icad..