PERINGATAN AREA ORANG DEWASA YANG MASIH DI BAWAH UMUR DI LARANG MASUK, BTW DOSA KALIAN TANGGUNG SENDIRI YA😄
Bagaimana ya rasanya hidup dengan seseorang yang tidak pernah kita bayangkan?, Ardiy yang merupakan seorang yang sangat di segani oleh teman temannya tiba tiba tidak bisa berkutik ketika Lita sang mama berkata ingin menjodohkan dirinya dengan anak sahabatnya.
laki laki itu sempat menolak, namun dia tidak bisa membantah ketika mamanya mengancam akan menghapusnya dari daftar gak waris jika dia tidak bersedia menerima perjodohan itu.
Pada akhirnya laki laki itu hanya bisa pasrah menuruti keinginan sang mama, padahal posisinya saat itu sedang menjalani hubungan dengan seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai model seperti dirinya. Lantas bagaimana Ardiy akan bersikap kepada istrinya nanti? bisakah dia menjalankan perannya sebagai seorang suami? hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. kim22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Sakit
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Ardiy selesai dengan pemotretan terakhirnya hari ini.
" Hufttt, capeknya." Ardiy sekarang sudah berada di dalam mobil bersiap untuk pulang. Laki laki itu bersandar di kursi kemudi sambil memijat kepalanya yang terasa sedikit pusing karna kecapean.
Drtttt.... drtttt...
Ardiy mencari cari dimana letak ponselnya begitu mendengar deringan dari benda pipih itu. Setelah menemukannya,Ardiy segera mengangkat panggilan dari Andre.
" Halo An. " Ardiy mengernyitkan alisnya merasa heran, karna tidak biasanya Andre akan menelpon jika tidak ada kepentingan.
" Bang, lo dimana?. " Ucap Andre dari seberang sana.
" Gue masih di lokasi pemotretan, mau otw pulang nih. Ada apa?. " Ardiy menjawab pertanyaan Andre sambil menghidupkan mesin mobil dan melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan lokasi.
" Ke rumah papi bentar. "
Ardiy menautkan alisnya semakin heran mendengar perintah Andre. " Kenapa?, ada sesuatu yang terjadi?." Ardiy memilih langsung bertanya ada apa gerangan sampai Andre memintanya untuk datang ke kediaman Pratama.
"Hmm, Adit sakit abis mabok. " jawab Andre dengan suara datar.
" Hah.. mabok?. " Ardiy terkejut mendengar perkataan Andre, karna Ardiy sangat tau betapa alerginya Adit dengan alkohol.
" Iya, gak tau kejadiannya gimana, dia belum mau bicara sampai sekarang karna begitu sadar dia langsung muntah muntah terus sekarang perutnya mulai sakit. " _Andre.
Ardiy menghembuskan napas dengan kasar mendengar penjelasan Andre, laki laki itu yakin seribu persen, Adit tidak mungkin menyentuh alkohol tanpa sengaja karna alerginya terhadap alkohol sangat parah.
Jangan tanya kenapa mereka bisa tau Adit alergi alkohol, tentu saja itu karna Adit dulu pernah coba coba ikut minum alkohol bersama teman temannya, namun semua berakhir dengan Adit terus muntah muntah dan merasakam nyeri berkepanjangan di perut bagian bawahnya.
" Gue kesana sekarang. " Ardiy langsung menambah kecepatan laju mobilnya begitu Andre mematikan sambungan telpon.
Beralih dari Ardiy ke kediaman Pratama, kini Adit yang menjadi topik pembicaraan Andre dan Ardiy terbaring lemah di atas hamparan kasur empuknya.
Dokter sudah memeriksa keadaannya dan memberikan obat penawar, namun tidak ada yang mempan karna Adit terus saja muntah dan meringis menahan rasa sakit di perutnya.
"Sini mama usapin perut kamu nak. " Lita duduk di samping Adit dan pemuda itu dengan senang hati mendeka, bahkan Adit juga memindahkan kepalanya dari bantal ke pangkuan Lita.
Yahh saat ini, Lita, Ahmad, Andre, Putri dan juga Rizka berada di kediaman Pratama, mereka semua langsung bergegas datang begitu di telpon Elis.
" Kamu mau makan apa?, biar kakak buatkan, kamu harus makan supaya tidak terlalu lemas. " Putri yang diam sedari tadi mencoba membujuk Adit suapaya mau makan, karna Adit menolak makan sejak pagi.
Adit menoleh ke arah Putri begitu dia mendengar suara lembut perempuan yang kini sudah resmi menjadi kakak iparnya.
" Mau sop ayam kak. " Jawab Adit dengan suara pelan, pemuda itu tidak memiliki banyak tenaga saat ini, sehingga lebih memilih diam tidak ingin terlalu banyak bicara seperti biasanya.
" Oke, kakak buatkan ya. " Putri langsung bergegas turun menuju dapur untuk membuat sop ayam.
Dinda dan Elis yang juga berada di kamar Adit sejak pagi hanya bisa menahan perih di hati mereka.
Mereka bukan tidak menawarkan makan kepada Adit sejak tadi, mereka sudah berkali-kali menawarkannya, namun Adit hanya diam sejak tadi dan baru merengek kesakitan begitu Lita dan Ahmad datang.
Beralih dari kamar Adit ke lantai satu, saat ini ada dua laki laki matang sedang duduk berhadapan.
" Semua sudah terlambat Tama, Putramu sudah terlanjur kecewa dengan sikap kalian, dan mungkin akan sedikit sulit untuk meluluhkan kembali hatinya. "
Ahmad menatap Pratama yang hanya bisa menundukkan kepalanya sejak tadi, Laki laki yang masih tampan di usianya yang menginjak kepala 4 itu tidak tau harus berucap apa, karna apa yang di katakan oleh Ahmad tidak ada yang salah, semuanya memang sudah terlambat.
" Aku tau bang, dan aku akan terus berusaha supaya Adit luluh kembali nantinya. " Hanya itu yang biasa di ucapkan oleh Pratama. Setelah itu kedua laki laki itu diam sibuk dengan pikiran masing-masing.
Pikiran mereka buyar begitu mendengar suara langkah kaki memasuki rumah. Dari arah pintu utama, Ardiy berjalan dengan langkah tegasnya memasuki rumah mewah Pratama.
"Pa, pi. " Ardiy mendekat ke arah Ahmad dan Prtama begitu melihat keduanya di ruang tamu, laki laki itu mencium tangan kedua orang tua itu, mereka berbicara sedikit sebelum Ardiy pamit untuk melihat keadaan Adit.
Adit masih dalam posisi berbaring di pangkuan Lita ketika Ardiy masuk ke dalam kamarnya. Andre yang sedang bermain game mengalihkan pandangannya sejenak dari layar ponsel begitu melihat Ardiy masuk.
" Ardiy , kamu sudah pulang nak?. " Dinda tersenyum menyambut kedatangan Ardiy, perempuan itu memeluk Ardiy yang ingin menyalaminya.
Ardiy yang faham dengan perasaan Dinda memilih membalas pelukan itu sambil mengusap punggung Dinda dengan lembut.
Setelah Dinda melepaskan pelukannya, Ardiy menghampiri sang ibunda. Ardiy mengecup punggung tangan Lita dengan takzim.
" Kamu pasti capek, mandi dulu gih disini kan ada baju kamu, setelah itu makan. " Ucap Lita sambil mengelus rambut Ardiy dengan lembut.
" Iya ma, nanti Ardiy mandi. " Jawab Ardiy dengan patuh.
" Abang. "
Ardiy menoleh ke arah sumber suara begitu mendengar suara manja anak kecil dari arah pintu.
Ardiy tersenyum begitu melihat Rizka berdiri di ambang pintu sambil mengerucutkan bibirnya dengan lucu.
" Adik abang, kenapa cemberut gitu hmm?. " Ardiy segera melangkah ke arah pintu dan langsung menggendong Rizka.
" Lizka kangen cama abang, ndak liat abang dali pagi. "
Ardiy terkekeh gemes mendengar ucapan jujur Rizka, anak kecil itu merebahkan kepalanya di ceruk leher Ardiy.
" Iya, maaf ya sayang, abang harus kerja supaya Rizka tetap bisa jajan. " Ardiy mengusap punggung Si bungsu dengan sayang sambil mengeceup puncak kepala rizka.
" Iya abang, ndak papa. " Ucap Rizka dengan nada polos dan cadelnya.
" Rizka, sini sama kak Elis dulu, bang Ardiy nya capek baru pulang kerja butuh istirahat. " Elis memcoba mengambil alih Rizka dari gendongan Ardiy yang tampak sangat lelah saat ini, untungnya anak itu mau mau aja asal di gendong.
" Sakit lo?. " Ucap Ardiy dengan nada penuh ejekan, laki laki itu kini sudah berdiri di samping ranjang yang sebelah.
Adit yang mendengar pertanyaan Ardiy hanya bisa mendengus kesel, pemuda itu faham kalau sekarang Ardiy sedang mengejekny. Sementara Andre hanya terkekeh kecil sambil fokus bermain game mendengar suara Ardiy.
" Berapa botol yang lo minum?, coba sekalian aja sepuluh botol biar modar sekalian. " Ardiy mentap Adit dengan wajah datarnya.
" Ardiy, jangan bicara seperti itu, adikmu sedang sakit. " Lita mencoba menegur sang Putra, namun Ardiy hanya menatapnya sejenak dan kembali menatap Adit yang hanya bisa terdiam.
" Karna dia sakitlah dia perlu di tegur. " Ucap Ardiy dengan tegas.
Tidak ada yang berani bicara saat ini, yahh inilah Ardiy yang sebenarnya, tidak akan ada yang berani berbicara jika dia sedang berada dalam mode tegas seperti saat ini. Putri yang baru datang membawa makanan pun mematung di depan pintu karna merasakan atmosfer di kamar Adit terasa memanas.
" Sekarang sakitkan?, pas minum barang haram itu apa lo ingat dengan rasa sakit?. "
Adit diam membisu, pemuda itu merasa ngeri ingin menjawab perkataan Ardiy yang sedang marah.
" Jawab, kenapa diam?. " Ardiy menatap Adit dengan tatapan tajam dan menusuk, sehingga membuat Adit kesulitan menelan salivanya.
Glek...
" G-gue, gak tau kalo minuman gue itu alkohol. " Jawab Adit dn shan gugup, bukan karna dia berbohong tapi karna takut.
" Maksud lo apa?. " Andre memiringkan kepalanya untuk menatap Adit, karna saat ini pemuda itu duduk di kursi khusus tempat komputer berada.
Ardiy dan semua orang yang berada di kamar itu juga menoleh ke arah Adit meminta penjelasan dari kalimat Adit.
" Iya, gue gak ingat apa yang terjadi, karna setau gue gue malam itu ke cafe buat ngecek laporan keuangan bulan ini, kalo gak salah gue tertidur di ruangan, tapi pas bangun tiba tiba kepala gue pusing, gue minum sisa minuman yang gue pesen ketika bangun, tapii entahlah setelah itu gue lupa, bahkan luka di wajah gue juga gak inget siapa yang bikin ."
Adit menjelaskan secara rinci apa yang dia alami, pemuda itu benar benar tidak tau apa yang menyebabkan dia sampai mabuk.
" Andre, selidiki sampai tuntas. " Perintah Ardiy yang di angguki oleh Andre dengan mantap.
" Sekarang ayo makan dulu. "
Ardiy menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara sang istri. Laki laki itu menatap Putri yang terlihat sangat cantik saat ini, padahal Putri hanya menggunakan pakaian sederhana saja.
Visual Putri.
Putri juga menatap Ardiy yang terlihat sedikit berantakan karna belum mandi setelah bekerja seharian. Mereka saling tatap dan saling mengagumi dalam hati masing masing.