NovelToon NovelToon
Embun Di Balik Kain Sutra

Embun Di Balik Kain Sutra

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Cinta Terlarang / Romansa pedesaan
Popularitas:563
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Di Desa Awan Jingga—desa terpencil yang menyimpan legenda tentang “Pengikat Takdir”—tinggal seorang gadis penenun bernama Mei Lan. Ia dikenal lembut, tapi menyimpan luka masa lalu dan tekanan adat untuk segera menikah.

Suatu hari, desa kedatangan pria asing bernama Rho Jian, mantan pengawal istana yang melarikan diri dari kehidupan lamanya. Jian tinggal di rumah bekas gudang padi di dekat hutan bambu—tempat orang-orang jarang berani mendekat.

Sejak pertemuan pertama yang tidak disengaja di sungai berembun, Mei Lan dan Jian terhubung oleh rasa sunyi yang sama.
Namun kedekatan mereka dianggap tabu—terlebih karena Jian menyimpan rahasia gelap: ia membawa tanda “Pengkhianat Istana”.

Hubungan mereka berkembang dari saling menjaga… hingga saling mendambakan.
Tetapi ketika desa diguncang serangkaian kejadian misterius, masa lalu Jian kembali menghantui, dan Mei Lan harus memilih: mengikuti adat atau mengikuti hatinya yang berdegup untuk pria terlarang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 — Nona Yuhe Menatap Masa Lalu

​Nona Yuhe duduk di depan tungku, api kecil memancarkan cahaya jingga ke wajahnya yang keriput tetapi masih anggun. Ia sedang menenun, tetapi bukan sutra yang ia kerjakan. Ia sedang menjahit tambalan kecil pada jubah lama, sambil mendengarkan keheningan yang menyesakkan di desa. Sejak kedatangan prajurit Istana, desa itu terasa seperti kota hantu. Prajurit-prajurit itu berada di mana-mana, bertanya, mengancam, dan merampas kedamaian yang menjadi satu-satunya harta berharga Desa Kain Sutra.

​Yuhe tahu, kepergian Mei Lan adalah rahasia yang paling dijaga di desa, bahkan lebih rahasia daripada gulungan yang dibawa Jian. Para prajurit mencari Jian, tetapi mereka juga mencari Mei Lan, yakin bahwa gadis itu adalah kunci keberadaan Jian dan gulungan rahasianya.

​Di saat seperti ini, ingatan Yuhe kembali ke masa mudanya, saat ia masih dipanggil Yu Er, seorang gadis penenun dengan mata yang penuh mimpi. Ia dulu memiliki takdir yang berbeda, takdir yang ia biarkan terlepas dari genggamannya karena kepatuhan dan ketakutan.

​Memori Sang Musisi Pengembara

​Suatu musim semi yang jauh, ketika bunga osmanthus mekar dengan wanginya yang memabukkan, seorang musisi pengembara singgah di Desa Kain Sutra. Namanya adalah Xuan. Ia bukanlah seorang Jenderal yang diburu, melainkan seorang seniman dengan rambut panjang yang diikat longgar, membawa pipa (alat musik petik tradisional Tiongkok) yang dihiasi ukiran naga.

​Xuan tinggal selama seminggu di kedai desa, memainkan lagu-lagu yang tidak pernah didengar oleh penduduk desa—lagu-lagu tentang tebing tinggi, perjalanan bintang, dan cinta yang bebas dari ikatan. Musiknya adalah nafas kehidupan bagi Yu Er. Setiap sore, Yu Er akan meninggalkan tenunannya dan duduk di pinggir sungai, mendengarkan melodi Xuan yang mengalir seperti air.

​Xuan jatuh cinta pada Yu Er, bukan karena keterampilan menenunnya, tetapi karena matanya yang sedih dan jiwanya yang terikat. Ia berjanji akan membawanya pergi, melarikan diri dari Desa Kain Sutra yang kecil dan kaku, menunjukkan padanya gunung-gunung dan samudra yang ia lihat dalam perjalanannya.

​“Mengapa kita harus peduli dengan adat dan sutra, Yu Er?” tanya Xuan, suaranya selembut senar pipa-nya. “Hidup adalah tentang kebebasan, bukan kepatuhan. Ikutlah denganku. Kita akan hidup dari musik dan cintaku.”

​Yu Er mencintai Xuan. Cinta itu lebih bergejolak dan mendebarkan daripada keheningan yang diharapkan keluarganya. Tetapi Ayahnya, seorang penenun yang ketat, menolak.

​“Dia tidak punya tanah, dia tidak punya nama, dia tidak punya uang,” raung Ayahnya. “Kau adalah penenun terampil! Kau akan menikah dengan putra pedagang dan membawa kemakmuran bagi keluarga! Kau akan mempermalukan kami dengan seorang musisi pengemis!”

​Yu Er berada di persimpangan jalan—cinta sejati yang liar dan tidak terikat, atau kehormatan keluarga dan kehidupan yang terjamin. Ia memilih yang terakhir. Ia takut akan kutukan adat, takut akan pengasingan, takut akan kemiskinan yang ia pikir akan dibawa oleh Xuan.

​Ia mengirim Xuan pergi dengan hati yang hancur. Xuan pergi, dan musiknya lenyap dari desa. Yu Er menikah dengan pria yang dipilihkan ayahnya, seorang pedagang sutra yang baik, tetapi hampa. Setelah suaminya meninggal, Yu Er menghabiskan sisa hidupnya sebagai Nona Yuhe, seorang penenun bijaksana yang kesepian, merawat tenunan orang lain, sementara benang takdirnya sendiri telah dipotong.

​Ketakutan Akan Pengulangan

​Melihat api dan tekad di mata Mei Lan, Nona Yuhe merasakan sakit yang menusuk. Ia melihat dirinya di masa lalu, tetapi dengan perbedaan yang dramatis.

​Mei Lan tidak menyerah. Mei Lan telah memilih Jian, Jenderal yang diburu, pria tanpa nama atau harta, yang melambangkan kebebasan liar seperti musisi pengembara Yuhe.

​Mei Lan membuat pilihan yang tidak berani kulakukan, pikir Yuhe, air mata membasahi jubah yang ia jahit. Aku mengorbankan cintaku demi kehormatan palsu, dan aku menghabiskan hidupku dalam penyesalan yang sunyi. Jika aku membiarkan Mei Lan dihancurkan oleh adat ini, maka hidupku tidak ada artinya.

​Ketakutan terbesar Yuhe adalah bahwa Kepala Desa Liang akan berhasil dalam rencananya: menemukan Mei Lan, memaksanya menikah dengan Ling Fan, dan sekali lagi, menukar kebahagiaan sejati dengan kemakmuran ekonomi yang menyedihkan. Yuhe tahu, pernikahan paksa itu akan membunuh semangat Mei Lan—ia akan menjadi mayat hidup yang menenun sutra untuk orang lain, seperti yang Yuhe rasakan bertahun-tahun lamanya.

​Rencana Melawan Tirani

​Tekad Nona Yuhe mengeras. Ia tidak lagi peduli dengan aturan atau ancaman Istana. Ia adalah seorang penenun tua yang hanya ingin melihat seorang gadis muda menjalani takdir yang Yuhe tolak.

​Ia mulai merencanakan. Ia tahu, pertempuran dengan prajurit Istana adalah hal yang bodoh. Tetapi pertempuran dengan Kepala Desa Liang adalah pertempuran yang bisa ia menangkan, karena senjata Yuhe adalah pengetahuan dan jaringan.

​Langkah pertamanya adalah memastikan Kepala Desa Liang tidak bisa bertindak terlalu cepat. Ia pergi ke rumah Ayah dan Ibu Chen.

​“Ayah Chen, Ibu Chen,” kata Yuhe, suaranya tenang dan otoritatif. “Jangan dengarkan Kepala Desa Liang. Jangan pernah setuju untuk menikahkan Mei Lan dengan Ling Fan. Jika Mei Lan ditemukan, pernikahan itu tidak akan menyelamatkan desa, hanya akan memuaskan keserakahan Kepala Desa Liang.”

​“Tapi Yuhe, jika kami tidak setuju, prajurit Istana akan menginterogasi kami!” ratap Ibu Chen.

​“Tidak,” kata Yuhe. “Istana tidak mencari kalian. Mereka mencari gulungan dan buronan. Biarkan Kepala Desa Liang berpikir bahwa kalian setuju dengan rencananya untuk menikahkan Mei Lan. Berpura-puralah takut dan putus asa. Itu akan memberiku waktu.”

​Langkah keduanya adalah menghubungi jaringan di luar desa. Yuhe tahu ada seorang pedagang rempah yang sering melewati Desa Kain Sutra dalam perjalanan ke kota besar di selatan. Pedagang itu, Tuan Lin, berutang budi padanya. Bertahun-tahun lalu, Yuhe menyelamatkan putrinya dari demam dengan ramuan herbal yang sama yang ia gunakan untuk merawat Jian.

​Yuhe mulai menyiapkan surat kecil, ditulis pada kertas sutra yang halus dan terlipat rapi. Surat itu berisi permintaan sederhana namun berbahaya: ia meminta Tuan Lin untuk mampir ke tempat persembunyian rahasia di Hutan Bambu, bukan untuk berdagang, tetapi untuk membawa dua penumpang—Mei Lan dan Jian—keluar dari Kekaisaran menuju perbatasan Selatan.

​Yuhe tahu ini adalah pengkhianatan yang bisa membuatnya digantung. Tetapi ketika ia melihat benang sutra merah yang ia jahit, yang mengingatkannya pada tekad Mei Lan, ia tersenyum.

​Aku tidak ingin hidup di desa yang tenang tanpa cinta, gumam Yuhe pada dirinya sendiri. Aku akan memastikan Mei Lan tidak menanggung penyesalanku.

​Malam itu, Nona Yuhe, seorang penenun yang taat pada adat, menjadi konspirator berbahaya, menganyam rencana pelarian yang rumit, berharap untuk membebaskan dua jiwa muda dari takdir yang pernah menghancurkan hatinya sendiri.

1
Rustina Mulyawati
Bagus ceritanya... 👍 Saling suport yuk!
marmota_FEBB
Ga tahan nih, thor. Endingnya bikin kecut ati 😭.
Kyoya Hibari
Endingnya puas. 🎉
Curtis
Makin ngerti hidup. 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!