Ye Chen, sang "Kaisar Pedang Langit", pernah berdiri di puncak dunia kultivasi. Pedangnya ditakuti oleh Iblis dan Dewa di Sembilan Langit. Namun, di saat ia mencoba menembus ranah terakhir menuju keabadian, ia dikhianati dan dibunuh oleh saudara angkat serta kekasihnya sendiri demi merebut Kitab Pedang Samsara.
Namun, takdir belum berakhir baginya.
Ye Chen tersentak bangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu. Ia kembali ke tubuhnya saat masih berusia 16 tahun—masa di mana ia dikenal sebagai murid sampah yang tidak berguna di Sekte Pedang Patah.
Sekte Pedang Patah hanyalah sekte kelas tiga yang sedang di ambang kehancuran. Pusaka mereka hilang, teknik mereka tidak lengkap, dan murid-muridnya sering menjadi bulan-bulanan sekte lain.
Tapi kali ini, ada yang berbeda. Di dalam tubuh pemuda 16 tahun itu, bersemayam jiwa seorang Kaisar yang telah hidup ribuan tahun.
Dengan ingatan tentang teknik kultivasi tingkat Dewa yang hilang, lokasi harta karun yang belum ditemukan...........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rikistory33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan Darah
Dimensi Hutan Ilusi.
Langit di sini berwarna ungu suram, tanpa matahari maupun bulan. Pepohonan raksasa dengan dahan bengkok menyerupai tangan-tangan kurus menjulang ke mana-mana.
Ye Chen mendarat di atas dahan pohon tebal. Dia tidak bergerak. Dia diam, menyatu dengan bayangan, menekan detak jantung dan aliran Qi-nya hingga titik nol.
Di telinganya, suara langkah kaki berisik mendekat.
"Cari dia! Pangeran bilang dia mendarat di sekitar sini!"
"Ingat, jangan bunuh langsung! Patahkan kakinya dulu, Iron Scorpion ingin bermain dengannya."
Dua puluh orang. Semuanya mengenakan seragam peserta biasa, tapi aura mereka sangat tidak biasa dan terlatih. Mereka adalah Pasukan Bayangan pembunuh elit yang diselundupkan Pangeran ke dalam turnamen.
Pemimpin mereka, Iron Scorpion, berjalan santai sambil memutar-mutar belati beracunnya.
"Keluar, Tikus Kecil!" teriak Iron Scorpion. "Aku bisa mencium bau ketakutanmu!"
Hening. Hutan itu sunyi senyap.
"Bos, tidak ada tanda-tanda," lapor seorang anak buah.
Iron Scorpion meludah. "Dia pasti lari dan bersembunyi di lubang. Dasar pengecut."
Tiba-tiba, setetes cairan hangat jatuh ke pipi Iron Scorpion.
Dia mengusapnya. Merah. Darah?
Dia mendongak ke atas.
Matanya terbelalak.
Di atas dahan pohon tepat di atas kepalanya, tergantung mayat salah satu anak buahnya (yang tadi bertugas mengintai di pohon). Mayat itu tergantung terbalik, lehernya digorok rapi tanpa suara.
"Apa…?!"
Sebelum Iron Scorpion sempat berteriak,
bayangan hitam jatuh dari langit.
Bukan jatuh ke tanah, tapi jatuh ke tengah kerumunan anak buahnya.
SLAASH!
Satu putaran pedang.
Tiga kepala melayang ke udara secara bersamaan, ekspresi mereka masih bingung, belum menyadari bahwa mereka sudah mati.
Ye Chen mendarat di tengah lingkaran musuh. Dia berdiri tegak, memegang Pedang Iblis Langit yang bilahnya kini berlumuran darah segar namun langsung terserap bersih ke dalam logam hitam itu.
"Siapa yang kalian sebut tikus?" tanya Ye Chen datar.
"SERANG DIA!" teriak Iron Scorpion mundur selangkah karena kaget.
Tujuh belas pembunuh sisanya bereaksi cepat. Mereka adalah profesional.
"Formasi Jaring Laba-laba!"
Mereka melempar jaring kawat baja yang dialiri listrik ke arah Ye Chen dari segala arah, berniat mengurungnya.
Ye Chen tidak menghindar. Dia mengangkat pedangnya vertikal di depan wajah.
"Sutra Pedang Nirwana, Bentuk Pertama Bilah Tanpa Wujud."
Namun kali ini, Ye Chen menambahkan Atribut Penetrasi Mutlak dari pedangnya.
Ye Chen mengayunkan pedangnya pelan.
TING!
Gelombang pedang tak terlihat meluas. Jaring kawat baja itu... terputus-putus menjadi potongan kecil seperti benang jahit yang digunting.
Dan gelombang itu tidak berhenti di situ. Ia terus meluas, melewati tubuh para pembunuh yang mengepungnya.
Hening sejenak.
Para pembunuh itu masih berdiri dalam posisi melempar jaring.
"Hah? Apa yang terjadi? Serangannya meleset?" pikir salah satu pembunuh.
Lalu, dia melihat garis merah tipis muncul di pinggang temannya di sebelah kanan. Tubuh bagian atas temannya itu perlahan meluncur jatuh ke tanah.
BRUK! BRUK! BRUK!
Seperti kartu domino, tujuh belas pembunuh elit itu terbelah dua di pinggang. Usus dan organ dalam berhamburan keluar, menciptakan kolam darah di sekitar Ye Chen.
Satu serangan. Tujuh belas nyawa.
Iron Scorpion berdiri mematung. Kakinya gemetar hebat hingga lututnya beradu.
"Kau... Kau..." Wajah Iron Scorpion pucat pasi, tatonya terlihat kontras di kulit putihnya. "Kau bukan manusia... Kau iblis!"
Ye Chen melangkah mendekati Iron Scorpion, menginjak mayat-mayat itu tanpa rasa jijik.
"Kau benar. Dan kau baru saja masuk ke neraka."
Iron Scorpion meraung ketakutan. Insting bertahan hidupnya mengambil alih.
"Mati kau! Transformasi Raja Kalajengking!"
Iron Scorpion meledakkan Qi-nya. Tubuhnya membengkak, kulitnya berubah menjadi cangkang hitam keras, dan sebuah ekor berduri raksasa tumbuh dari punggungnya. Ini adalah teknik terlarang yang menukar umur dengan kekuatan.
Kekuatannya melonjak ke Pembentukan Pondasi Tahap Akhir!
"Aku akan menusukmu sampai mati!"
Ekor kalajengking itu melesat secepat kilat menuju jantung Ye Chen. Ujungnya meneteskan racun ungu yang bisa membunuh gajah dalam sedetik.
Ye Chen tidak menghindar. Dia hanya mengulurkan tangan kirinya... dan menangkap ekor beracun itu dengan tangan kosong!
GRAB!
"Apa?!" Mata Iron Scorpion hampir melompat keluar. Tangan Ye Chen dilapisi Api Biru (Es) yang membekukan racun itu sebelum menyentuh kulitnya.
"Hanya segini?" Ye Chen menatap Iron Scorpion dengan tatapan bosan.
"Kupikir kau bernama Iron Scorpion karena kau kuat. Ternyata kau lembek."
Ye Chen meremas tangan kirinya.
KRAK!
Ekor kalajengking yang sekeras baja itu hancur berkeping-keping di genggaman Ye Chen.
"ARGGGHHH!"
Iron Scorpion menjerit kesakitan.
Ye Chen menarik sisa buntut itu, menyeret tubuh besar Iron Scorpion mendekat.
SLAASH!
Tangan kanan Ye Chen mengayunkan Pedang Iblis Langit.
Kedua tangan Iron Scorpion putus.
Tebasan kedua, Kedua kakinya putus.
Iron Scorpion jatuh ke tanah, kini hanya berupa batang tubuh yang menggeliat dalam genangan darahnya sendiri.
Ye Chen berjongkok di depannya. Dia mengeluarkan sebuah Batu Transmisi Visual dari saku Iron Scorpion, alat yang digunakan pembunuh ini untuk menyiarkan kematian Ye Chen kepada Pangeran Ketiga.
Batu itu masih aktif.
Ye Chen mengangkat batu itu, mengarahkannya ke wajah Iron Scorpion yang menangis dan memohon ampun, lalu mengarahkannya ke tumpukan mayat di sekelilingnya.
Akhirnya, Ye Chen mengarahkan kamera itu ke wajahnya sendiri (masih memakai topeng perak).
"Pangeran Long Aotian," suara Ye Chen dingin dan jernih.
"Hadiahmu sudah kutrima. Tapi aku orang yang sopan, jadi aku akan mengembalikannya."
Ye Chen mengarahkan pedangnya ke leher Iron Scorpion.
CRAS!
Kepala Iron Scorpion menggelinding.
Ye Chen mendekatkan wajahnya ke batu transmisi itu, matanya yang ungu bersinar menembus lensa.
"Siapkan lehermu. Aku datang untuk mengambilnya."
Krak. Ye Chen meremas batu itu hingga hancur.
****
Di Luar Arena (Panggung Utama).
PRANG!
Gelas anggur di tangan Pangeran Ketiga Long Aotian pecah berkeping-keping. Anggur merah tumpah membasahi jubah naganya, tampak seperti darah.
Layar proyeksi sihir raksasa di atas arena—yang seharusnya menampilkan aksi para peserta secara acak baru saja menampilkan adegan pembantaian itu secara live karena salah satu juri (orang bayaran Pangeran) tidak sengaja menyorot sinyal Iron Scorpion.
Ratusan ribu penonton di stadion hening. Mereka melihat semuanya. Kekejaman Ye Chen. Tantangan terbukanya pada Pangeran.
"Siapa orang bertopeng itu?!"
"Gila! Dia membantai satu peleton elit sendirian!"
"Dia menantang Pangeran?! Apakah dia bosan hidup?"
Wajah Long Aotian merah padam menahan amarah dan malu. Dia ingin Ye Chen mati diam-diam, tapi sekarang Ye Chen malah menggunakan panggungnya untuk menebar teror.
"Matikan layarnya! MATIKAN!" bentak Long Aotian pada operator sihir.
Di sisi lain tribun VIP, Putri Feng Wu tersenyum tipis di balik kipasnya.
"Kerja bagus, Ye Chen. Sekarang seluruh Ibukota tahu bahwa Pangeran Ketiga punya musuh yang menakutkan. Rakyat akan mulai ragu pada kekuatan Aotian."
Kembali ke Hutan Ilusi.
Ye Chen membersihkan pedangnya. Dia tidak peduli dengan reaksi di luar.
Tiba-tiba, suara pengumuman sistem bergema di langit dimensi itu.
[Perhatian Peserta! Poin Bonus Khusus Muncul!]
[Raja Binatang Ilusi: Naga Tulang Purba telah bangkit di pusat hutan.]
[Siapapun yang membunuhnya akan lolos otomatis ke babak final!]
Mata Ye Chen berbinar.
"Lolos otomatis? Itu akan menghemat banyak waktu."
Tapi Ye Chen tahu, bukan hanya dia yang menginginkan itu. Peserta kuat lainnya pasti akan berkumpul di sana.
"Bagus. Semakin ramai, semakin seru."
Ye Chen melesat menuju pusat hutan. Namun kali ini, dia tidak lagi menyembunyikan auranya. Dia membiarkan aura pembunuhnya menyebar luas, memberitahu semua monster dan manusia di hutan itu.
Raja Hutan yang sebenarnya sedang lewat.
Minggir atau mati….
