🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata Makan Tuan
Hari yang sangat melelahkan, pekerjaan yang menumpuk, ditambah harus menemani calon istrinya berbelanja perlengkapan ruang seninya, membuat Satria ingin segera merebahkan tubuhnya di ranjang.
Mobilnya kembali melesat bersama mobil-mobil lain di jalanan ibukota yang selalu padat.
"Percuma memiliki mobil dengan kecepatan setara zet, jika tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya." Satria merutuki keadaan dirinya yang terjebak di kemacetan.
Dia pun menyalakan tombol autopilot yang terdapat di fitur mobil pintarnya, yang artinya mobil tersebut bisa masih bisa berjalan walau tanpa supir. Satria merebahkan tubuhnya, memeriksa beberapa pesan yang masuk ke ponsel miliknya. Benar saja ada pesan dari salah seorang sahabatnya Gery yang mengirimnya foto-foto Wanita Malam yang terlihat menggoda imannya yang cetek.
Satria langsung mengatur arah GPS mobil pintarnya menuju tempat kedua sahabatnya berada.
Dentuman musik yang memekakkan telinga langsung menghantam gendang telinga pria bersuara berat itu, saat dia memasuki klub malam tersebut. Matanya langsung mencari keberadaan kedua sahabatnya, dan tak lama diapun langsung mendapatkan target yang ia cari.
"Kita kira lu kagak bakal datang Bing," ucap Gery dengan tatapan mengejek.
"Sebenernya sih males, tapi ya, gimana, gue kan pengen nganter kalian ke pintu neraka," jawab Satria.
"Heh Kambing! Elu jadi bikin mood kita anjlok tau!" Gery geram mendengar celetukan sahabatnya.
"Lagian sebelum kita, elu duluan kali yang nyemplung ke sana. Kita mah maen sama pacar-pacar kita, lah elu?" ejek Thomas yang juga geram.
"Semoga kalian segera diberi hidayah buat tobat!" Satria menimpali ucapan kedua pria yang terlihat kesal kepadanya.
"Sebelum lu ngedoain kita, lu do'ain diri lu sendiri gih sonoh! Keseringan maen Barbie, jadi konslet kayaknya otaknya."
"Kalau gue sih nanti-nanti aja tobatnya." Seraya menarik salah seorang wanita malam ke pangkuannya.
Sang Onta dan Monyet hanya menggelengkan kepalanya.
"Lu darimana aja sih? Tadi sore gue nyamperin ruangan lu, kata sekretaris lu, lu dah balik. Sekarang gue liat elu masih pake setelan kerja. Berarti elu belum balik dong?" selidik Thomas.
"Abis nemenin si Bocil belanja sore tadi gue." Kemudian bangkit dari duduknya. "Gue ke toilet dulu."
Gery dan Thomas yang salah mengartikan belanja, langsung saling berpandangan.
"Nyet, kayaknya kita beneran harus cepet tobat. Kiamat bentar lagi datang," celetuk Gery. Sedang Thomas hanya manggut-manggut kepala, menyetujui ucapan sahabatnya.
Saat mereka masih syok mendengar ucapan Satria, ponsel milik Satria yang tergeletak di meja berbunyi. Gery melihat nama si penelepon.
"Siapa?" tanya Thomas.
"Kikim," jawab Gery.
"Siapa Kikim?"
"Satpam di rumah barunya kali, soalnya dia dari kemaren lagi sibuk renovasi rumah barunya." Gery salah mengira.
Tak lama kemudian Si Pemilik ponsel tersebut kembali.
"Bing, dari tadi hape lu bunyi tuh," ujar Gery.
"Dari siapa?" Satria meneguk minuman salah seorang sahabatnya.
"Kikim," jawab Thomas. "Kayaknya penting deh, dia nelpon berkali-kali."
Satria menaikan sebelah alisnya. "Ngapain dia nelpon gue?"
"Mana gue tau." Gery masih mengira jika Kikim adalah nama penjaga rumah baru Satria.
Satria menatap layar ponselnya, kemudian menelpon orang yang tadi menelponnya, hanya sekedar ingin tahu, apa yang ingin Kimy sampaikan kepadanya.
"Halo?" jawab perempuan di seberang sana dengan suara serak.
"APAAN CIL?" Satria menyuruh wanita yang kembali ke pangkuannya untuk pergi.
"Cil?" tanya Gery pada Thomas. "Maksud dia si Bocil calon bininya kan?"
Thomas hanya mengangkat bahunya, mereka berdua pun kembali terdiam untuk mencuri dengar.
"Ayo kita nikah secepatnya!" Kimy melanjutkan ucapannya.
"WHAT?" Satria terlihat terkejut mendengar ucapan perempuan yang beberapa waktu lalu lari terbirit-birit saat Satria mengajaknya menikah. "Nikah?"
"Nikah?" Gery dan Thomas kompak, dan saling berpandangan.
"Heh, Cil, elu kejedot apaan tadi pas masuk rumah?"
Kimy tak menjawab, dia malah terdengar menagis dan itu kembali membuat Satria bingung.
"Cil, jangan bilang elu naksir sama gue karena gue nemenin elu belanja tadi ya!"
"Ih najis!" jawab Kimy. Jawaban yang membuat Satria terbahak-bahak.
"Lah elu ngajak gue kawin tiba-tiba kenapa? Dapet hidayah dari mana lu?"
Kimy terdengar kembali menangis. Dia kemudian menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi kepadanya beberapa saat lalu. Bagaimana Ayah dan kakeknya begitu marah saat mengetahui semua yang ia sembunyikan dari mereka selama ini. Hingga akhirnya dia membantah semua ucapan Ayah dan kakeknya.
Satria terus mendengarkan dengan khusyuk semua cerita calon istrinya, hingga dia melupakan Wanita Malam yang sedang menunggunya.
Melihat sahabatnya terlihat anteng dan nyaman mendengarkan curhatan dari calon istrinya, Gery langsung mengusir wanita malam yang terabaikan itu, setelah sebelumnya memberikan beberapa lembar rupiah sebagai kompensasi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Satria kembali menunggu calon istrinya untuk melanjutkan acara belanja mereka.
"Cil!" Satria melambaikan tangannya ke arah Kimy yang baru keluar dari lift.
Kimy menghampirinya tanpa ekspresi.
"Ngapa tuh muka? Gak jadi belanja tali sama benang buat gantung diri?" tanya Satria yang langsung berdiri sebelum Kimy mendekatinya.
"Cih!" Kimy tak menjawab, wajahnya malah terlihat bingung.
"Kayaknya aku pulang aja deh, aku masih badmood."
"Oh, mau mewek-mewekan lagi kayak semalem?" sindir Satria.
"Ih apaan sih?"
"Lah terus?"
"Gak tau, aku juga bingung." Kimy benar-benar tak terlihat bersemangat.
"Yaudah, gimana kalau kita periksa barang-barang yang lu beli kemaren? Kata Pak Asep, barang-barang lu udah dateng tadi siang."
Kimy sedikit bersemangat mendengar ajakan Satria. "Yuk!"
"Pinter!" Satria mengacak-acak rambut berjepit bunga itu.
Mobil yang mereka tumpangi kembali ke hiruk-pikuk jalanan ibukota yang padat. Jam pulang kantor, selalu membuat jalanan selalu dipadati kendaraan.
"Kok kesini?"
"Beli makanan dulu, gue laper," jawab Satria, sambil mengantri pesanan Burger dan potongan ayam krispi di drive-thru salah satu restoran cepat saji.
"Kak, aku ngerasa bersalah gitu sekarang sama Ayah and Kakek. Tapi aku gak nyesel udah ngungkapin perasaan aku." Kimy mencurahkan perasaannya.
"Bagus deh kalau elu nyesel, tapi elu juga gak salah-salah amat sih, setiap manusia kan boleh melakukan apa yang mereka ingin lakukan."
"Bener kan? Padahal apa yang aku lakuin kan gak melanggar hukum dan norma agama,"
"Wih, bahasa lu kayak guru PKN. Ngeri gue kalau udah bahas norma agama." Satria tertawa mengejek.
"Kalau orang banyak dosa emang gitu tuh. Kesinggungan," cicit Kimy.
"Wah mulai nantangin berantem rupanya nih orang."
"Enggak!"
"Itu tadi."
"Aku gak ngomong apa-apa. Kakak aja yang baperan."
"Mulai ngeselin, lu ya!" ucap Satria sambil mengambil pesanannya, dan itu berhasil membuat pramusaji yang melayaninya menjadi salah sangka.
"Maaf Pak, atas pelayanan kami yang kurang memuaskan Anda!" ucapnya sambil sedikit membungkukkan badannya.
"Hah? Oh. Iya!" jawab Satria bingung.
Kimy cekikikan melihatnya. "Marah-marah aja sih, orang ampe ketakutan gitu liat Kakak marah."
"Ini semua gara-gara elu tau." Mobil kembali memasuki kemacetan.
"Makanya jangan baperan!" Sang Kucing terus menggoda. "Apa faktor usia bikin Kakak jadi baperan gini ya?"
Satria langsung menekan tombol autopilot kemudian melepaskan seatbelt-nya.
"Kakak ngapain?" Kimy ketakutan saat Satria secepat kilat pindah ke kursi penumpang yang Kimy duduki, hingga menindihnya.
"Ngasih lu pelajaran biar lu gak songong!" Satria mencondongkan wajahnya seraya mengatur sandaran kursi hingga Kimy terjerab.
"IBUUUU!"
Satria tak perduli, dia semakin bersemangat menjahili calon istrinya yang terus meronta dalam himpitannya, hingga akhirnya dia merasakan sesuatu yang tiba-tiba meronta di balik celananya.
Oh, shit, kenapa jadi gue yang kepancing si Bocil?
...Omegaaaaaattt.....
...Kira-kira apaan sih yang meronta di balik celana?...
...Otor Soleha kan otaknya suci, jadi gak tau.. 🤭...