Tanisha Alifya, seorang gadis yatim berusia 23 tahun yang merantau di ibu kota Jakarta hanya untuk mengubah perekonomian keluarganya. Dia menjadi seorang petugas cleaning service di sebuah perusahaan yang di pimpin oleh seorang laki-laki tampan dan dingin.
Zico Giovanno Putra, seorang direktur utama sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan software, PT. ERPWare Indonesia. Seorang direktur yang masih muda, berusia 28 tahun. Memiliki kecerdasan dan ketajaman dalam mengambil setiap peluang yang ada.
Pada suatu malam, karena berada dalam pengaruh alkohol, Zico memperkosa Nisha dan menyebabkan Nisha hamil.
Bagaimana kisah seorang direktur utama yang berada di hierarki teratas dalam perusahaan jatuh cinta dengan karyawan outsource yang berada di hierarki paling rendah?
BACA TERUS kelanjutan kisah mereka dalam LOVE ME PLEASE, HUBBY.
*Di usahakan untuk update tiap hari ^^ mohon dukungannya para readers tersayang :-)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 23 - Tanpamu Aku Kesepian
Pagi kembali datang. Nisha terbangun karena bau makanan yang menyengat indra penciumannya. Dengan cepat Nisha berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Tanpa disadarinya ada orang yang masuk ke dalam kamar mandi dan memijat-mijat punggungnya.
“Nona baik-baik saja?”
Nisha terkejut mendengar suara wanita asing. Dia segera membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang memijatnya.
“Si…siapa?” Nisha bertanya dengan ketakutan melihat wajah asing itu.
“Saya Retno Nona. Tuan Zico menyuruh Saya untuk menjaga Nona.”
“Di…dimana dia?” Nisha berusaha untuk tidak panic. Kehadiran orang asing sangat mengganggunya.
“Tuan sudah berangkat Nona. Beliau menyuruh Saya untuk menghubungi bila Nona sudah bangun. Aku akan mengambil jahe hangat untuk Nona. Kata Tuan itu sedikit membantu mual-mual Nona.” Retno merupakan wanita berumur 40-an. Setelah selesai membantu membaringkan Nisha di kamar, Retno kembali ke dapur untuk mengambil jahe hangat untuk Nisha.
Ketidakhadiran Zico ketika dia membuka mata sedikit membuat Nisha merasa hampa. Selama beberapa hari ini dia sudah terbiasa dengan keberadaan Zico. Entah mengapa dia merasa sangat sedih. Nisha meneteskan air mata. Sepertinya hormon kehamilan benar-benar mempengaruhinya. Ketika sedang asyik dalam tangisannya, ponselnya berbunyi. Nisha mengambil ponselnya, wajah sedihnya menjadi sumringah begitu melihat siapa yang melakukan panggilan video terhadapnya. Ayah si bayi!!
Nisha mengangkat panggilan itu. Dia melihat wajah tampan Zico memenuhi layar. Hatinya menjadi sedikit berdebar.
“Sudah bangun?” tanyanya dengan suara dalam. Nisha mengangguk-anggukan kepalanya. Melihat wajahnya sendiri yang berantakan membuat Nisha menyembunyikan wajahnya di balik selimut.
“Kenapa matamu merah? Kamu menangis?”
“Gak.”
“Yakin?”
“He’em”
“Perutnya mual lagi?”
“Gak.”
“Jangan bohong.”
“Iya, mual sedikit…”
“Kenapa wajahmu di tutup seperti itu?”
“A…Aku belum mandi…”
“Memang ada bedanya ketika sudah mandi?” Zico mengejek yang di maksudkan sebagai candaan. Namun Nisha menanggapinya secara serius.
“A…aku memang jelek!” dan Nisha pun menutup panggilan itu. Beberapa kali Zico berusaha menghubunginya kembali, namun Nisha tidak menghiraukannya. Akhirnya laki-laki itu mengiriminya sebuah pesan.
“Hari ini Aku pulang malam. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Bila ada makanan yang ingin dimakan, langsung minta pada bu Retno. Besok jadwalku sedikit longgar. Aku akan membawamu jalan-jalan. Untuk hari ini Kamu diam di rumah. Baca buku yang sudah kusiapkan di ruang keluarga. Tonton juga filmnya. Jangan lupa makan yang banyak.”
Nisha membaca dengan sebal pesan itu. Dia merasa sangat kesepian. Bingung harus melakukan apa. Tiba-tiba dia ingat. Sudah lama dia tidak menghubungi ibunya. Bila di lihat dari tanggalnya, sudah waktunya dia mengirim ibunya sedikit uang. Nisha begitu bingung. Dia sudah tidak bekerja sekarang. Dia tidak memiliki penghasilan. Uang darimana yang harus di kirimkannya untuk ibunya? Tidak mungkin bila dia harus menggunakan dua kartu debit yang di serahkan asisten Gerry terhadapnya. Itu sangat tidak sopan. Di tengah kebingungannya, tiba-tiba muncul pesan lain di ponselnya.
“Nduk, ini Ibu. Ibu pinjam HP bukdhe Yani. Nduk, uangnya sudah ibu terima. Untuk jumlahnya apa tidak salah Nduk? Kenapa kirimnya banyak sekali? Ibu sampe kaget.”
Belum selesai Nisha membaca pesan itu, Nisha langsung menelepon nomor itu. Pada deringan pertama panggilannya langsung di angkat.
“Assalamu’alaikum, piye kabarmu Nduk?”
“Wa’alaikumslam. Alhamdulillah kabar Nisha baik Ibu. Bagaimana kabar Ibu dan adek-adek?” dan percakapan pun berlanjut. Ternyata ibunya baru terima tranferan itu beberapa jam yang lalu. Nominalnya tiga kali lipat lebih banyak dari yang biasanya dia kirim. Nisha berpura-pura bahwa yang mengirim uang itu benar dirinya. Dia memberi alasan bahwa kenaikan kiriman uang untuk ibunya karena gajinya juga naik. Ibunya merasa sangat lega dan bahagia. Ibunya merasa sangat bangga padanya
Nisha merasa begitu sangat bersalah. Dia hamil tanpa sepengatahuan ibunya. Betapa malu, kecewa dan terpukul hati ibunya bila melihat anak kesayangan dan kebanggaannya hamil di kota orang? Nisha benar-benar takut bila harus membayangkan ibunya mengetahui hal itu.
Nisha merasa yakin bahwa yang mengirimkan uang pada ibunya adalah Zico. Tapi kenapa Zico mengetahuinya? Ah ya, dia lupa. Zico adalah seorang direktur yang berkuasa. Akan sangat mudah baginya memperoleh informasi tentang akun bank seseorang. Entah dia harus marah atau berterima kasih terhadap pria itu.
Setelah minum jahe hangat, perut Nisha menjadi baik-baik saja. Nisha memutuskan untuk mandi dan berdandan sedikit. Setidaknya Zico tidak akan melihat wajah bantalnya lagi. Kemudian Nisha mulai melakukan panggilan video. Cukup lama dia menunggu sebelum akhirnya panggilannya di angkat.
“Aku sedang rapat. Nanti Aku telepon lagi.” Kemudian panggilan pun di tutup. Menyisakan Nisha yang merana kesepian.
Hari itu dihabiskan Nisha dengan membaca banyak buku yang di tinggalkan Zico. Dia juga menonton film-film tentang. Hal itu di lakukannya bukan karena dia tertarik, dia hanya merasa harus membalas kebaikan yang dilakukan Zico terhadap keluarganya. Maka dari itu dia mematuhi ucapan laki-laki itu.
Bu Retno membuat berbagai macam masakan yang bisa menggugah seleranya. Tapi entah mengapa tanpa kehadiran laki-laki itu semua masakan yang ada di depan mata terasa sangat hampa.
Nisha menatap ponselnya. Berharap pria itu menghubunginya. Tapi penantian tinggallah penantian. Yang di tunggu-tunggu tidak kunjung datang, pada akhirnya Nisha tertidur di depan TV.
***
Zico menatap jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika dia tiba di apartemennya. Zico membuka pintu pelan-pelan yang di sambut bu Retno dengan sopan.
“Bagaimana dia?” tanyanya.
“Hari ini Nona makan dengan jumlah sedikit. Seharian yang di lakukannya adalah membaca buku dan film yang di tinggalkan Tuan…”
“Kenapa makannya sedikit? Apa masakanmu tidak menggugah seleranya?”
“Saya kurang tahu Tuan. Saya sudah mencoba memasak apa yang Nona minta…”
“Dimana dia sekarang?”
“Nona tertidur di ruang keluarga Tuan…”
“Tertidur?”
“Iya Tuan. Ada makanan yang ingin Tuan makan? Saya akan menyiapkannya…”
“Tidak usah. Kamu boleh pergi. Ini untuk lemburmu hari ini.” Zico mengambil uang tunai di dompetnya dan menyerahkannya pada bu Retno.
“Ti…tidak perlu Tuan…”
“Tidak apa-apa. Terima kasih untuk kerjamu hari ini. Kamu boleh pergi.”
Selesai berkata seperti itu, Zico segera pergi ke ruang keluarga. Di sana dia mendapati wanita itu tengah tertidur dengan tumpukan buku di tangannya. Zico tersenyum kecil melihatnya. Pelan-pelan Zico mendekatinya dan membopong tubuh ibu dari anaknya itu.
Zico memindahkan Nisha ke kamar utama. Dengan hati-hati dia membaringkan tubuh rapuh itu. Ketika dia akan beranjak pergi, sebuah tangan menahan lengannya.
“Jangan pergi…”
Zico menatap wajah Nisha. Mata wanita itu masih terpejam. Sementara tangannya mencengkram lengan Zico dengan kuat. Membuat Zico bingung, apakah wanita itu sudah terbangun atau belum. Zico berusaha melepaskan tangan Nisha, namun wanita itu tidak mau melepaskannya.
“Jangan pergi. Aku takut…” Nisha menarik tangan Zico. Karena kehilangan keseimbangan, akhirnya Zico terjatuh di ranjang itu. Nisha semakin leluasa memeluknya. Membuat Zico tak bisa berkata-kata.
***
tim baca ulang
woey istri org tu 🤦😂