NovelToon NovelToon
Putri Modern Pembawa Keberuntungan

Putri Modern Pembawa Keberuntungan

Status: sedang berlangsung
Genre:Ruang Ajaib / Time Travel / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:496.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Mei Lan, seorang gadis cantik dan berbakat, telah hidup dalam bayang-bayang saudari kembarnya yang selalu menjadi favorit orang tua mereka. Perlakuan pilih kasih ini membuat Mei Lan merasa tidak berharga dan putus asa. Namun, hidupnya berubah drastis ketika dia mengorbankan dirinya dalam sebuah kecelakaan bus untuk menyelamatkan penumpang lain. Bukannya menuju alam baka, Mei Lan malah terlempar ke zaman kuno dan menjadi putri kesayangan di keluarga tersebut.

Di zaman kuno, Mei Lan menemukan kehidupan baru sebagai putri yang disayang. Namun, yang membuatnya terkejut adalah gelang peninggalan kakeknya yang memiliki ruang ajaib. Apa yang akan dilakukan Mei Lan? Yuk kita ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menolong

Satu minggu berlalu sejak Qing Mei mulai melatih kedua kakaknya. Di halaman kecil rumah mereka, suara seruan dan hentakan kaki sering terdengar setiap pagi.

Berkat pil buatan Qing Mei dan latihan disiplin, kini kekuatan Qing Wei dan Qing Dao meningkat pesat bahkan sudah mencapai tahap dasar tingkat lima.

Sementara itu, Qing Mei sendiri telah menembus tahap ksatria tingkat tiga.

Meski keluarga kecil itu perlahan membaik, Desa Pao justru sedang diambang musim kemarau panjang.

Tanah mulai retak, udara kering berdebu, dan warga semakin cemas. Ladang sayur banyak yang layu, aliran air kecil di parit-parit hampir mengering.

Hari itu, langit cerah tapi menyengat. Qing Mei bersama kedua kakaknya berjalan ke parit desa dengan keranjang bambu di tangan.

“Kaak Wei, Kak Dao, cepat, lihat! Masih ada ikan mujair di sini!” Qing Mei menunjuk permukaan air yang beriak kecil.

“Hah, mujair? Mereka belum mati kering rupanya,” canda Qing Dao sambil mengangkat celana ke lutut.

“Heh, jangan banyak bicara. Cepat tangkap!” sahut Qing Mei sambil menceburkan kaki ke air dangkal.

Tawa kecil terdengar di antara mereka. Setelah hampir satu jam, tiga keranjang penuh ikan mujair berhasil mereka kumpulkan.

Namun, di kejauhan tampak seorang wanita paruh baya berjalan perlahan bersama pelayan pribadinya. Wajahnya tampak sombong dan rapi meski udara panas.

“Itu istri kepala desa,” bisik Qing Wei.

Qing Mei menoleh singkat. “Oh, Nyonya Song?”

“Benar. Jangan cari masalah,” ujar Qing Dao pelan.

Tapi suara nyaring langsung terdengar. “Hei! Untuk apa kalian menangkap ikan-ikan beracun itu?” seru Nyonya Song dengan nada sinis, menatap jijik ke arah bakul mereka.

Qing Mei menatapnya dengan tenang. “Ikan ini tidak beracun, Nyonya. Kami akan mengolahnya menjadi makanan enak.”

“Hah!” Nyonya Song tertawa keras. “Kau pikir ikan-ikan dari parit kering ini bisa dimakan? Dasar anak miskin tak tahu apa-apa!”

Pelayan di belakangnya ikut menahan tawa kecil. Qing Mei hanya menatap tanpa ekspresi, ingin sekali dia mengumpat. Namun, tiba-tiba suara benda jatuh terdengar.

Brugh!

“Nyonya!” jerit pelayan itu panik.

Nyonya Song terjatuh, tubuhnya lemas dan wajahnya pucat pasi. Qing Wei dan Qing Dao langsung tersentak.

“Mei’er! Dia pingsan!” seru Qing Wei.

“Ayo kita tolong!” Qing Mei segera mendekat.

“Cih, tadi menghina. Untuk apa ditolong lagi,” kata Qing Dao kesal.

Qing Mei melotot tajam ke arah sang kakak.

Mereka bertiga akhirnya meletakkan keranjang di pinggir jalan. Qing Mei dengan cepat menyimpan semua ikan ke dalam cincin penyimpanannya tanpa ada yang sadar.

Saat ia berjongkok di sisi Nyonya Song, pelayan wanita itu menghalangi dengan tangan gemetar.

“Jangan mendekat! Kau bukan tabib, nanti Nyonya ku mati kau yang tanggung jawab!”

Qing Wei langsung marah. “Apa kau mau Nyonya Song mati di sini karena keras kepala?”

Pelayan itu terdiam, menatap tuannya yang terkulai lemas, lalu menggigit bibir. “Baik tapi kalau ada apa-apa, kalian bertiga tanggung akibatnya!”

“Aku tahu,” jawab Qing Mei singkat, lalu berlutut memeriksa nadi Nyonya Song.

Beberapa detik berlalu dalam diam. Qing Mei menyipitkan mata.

“Hmm ... nadinya lemah, tapi detaknya cepat. Wajah pucat, bibir kering,” gumamnya.

Qing Wei menatap bingung. “Mei’er, apa yang terjadi padanya?”

Qing Mei tidak menjawab justru menatap pelayan itu. “Apa Nyonya Song sering pingsan seperti ini? Atau sering merasa lemas?”

Pelayan itu mengangguk cepat. “Iya, sudah beberapa bulan ini. Semua tabib bilang itu karena pengaruh roh.”

Qing Mei menghela napas, menahan diri untuk tidak memutar bola matanya. “Roh apanya, ini bukan gangguan roh. Ini anemia, kekurangan darah.”

“A ...ne ... apa?” Qing Dao dan pelayan itu sama-sama mengerutkan kening.

Qing Mei tersadar, buru-buru menjelaskan dengan sederhana. “Maksudku, Nyonya Song terlalu sering kehilangan energi. Bisa karena kurang makan daging, atau terlalu banyak minum teh pahit. Darahnya melemah.”

Pelayan itu tampak bingung, tapi mengangguk-angguk pura-pura paham.

Qing Mei menepuk dada Nyonya Song perlahan, lalu mengambil satu pil kecil dari kantong kecil di lengannya.

“Buka mulutnya sedikit,” katanya pada Qing Wei.

Kakaknya patuh, menahan kepala wanita itu sementara Qing Mei memasukkan pil kecil dan menyalurkan sedikit energi spiritual ke tubuh Nyonya Song.

Beberapa menit kemudian, kelopak mata Nyonya Song mulai bergetar. Ia mengerang pelan.

“Ugh ... di mana aku?”

Pelayan itu hampir menangis lega. “Nyonya! Anda pingsan, tapi anak ini menolong Anda!”

Nyonya Song menatap Qing Mei, masih lemah. “Kau yang menolongku?”

“Iya, Nyonya,” jawab Qing Mei lembut. “Tapi ini belum selesai. Penyakit Anda bisa kambuh kapan saja kalau tidak disembuhkan sampai tuntas.”

Nyonya Song menatapnya penuh rasa ingin tahu. “Sudah banyak tabib yang memeriksa, semua bilang ini karena roh yang mengganggu.”

Qing Mei menghela napas. “Tidak, Nyonya. Itu hanya darah lemah dan tubuh kekurangan energi. Kalau Nyonya percaya, izinkan saya membantu menyembuhkannya.”

Pelayan itu hendak menolak, tapi Nyonya Song mengangkat tangan lemah. “Tidak perlu, aku percaya pada gadis ini.”

Ia menatap Qing Mei dengan pandangan lembut dan sedikit terkejut, seolah baru menyadari kecerdasan di balik wajah muda gadis itu.

“Kau tinggal di mana?” tanya Nyonya Song.

“Aku tinggal di ujung timur desa, rumah kecil dekat hutan,” jawab Qing Mei sopan.

“Baik, datanglah ke kediamanku besok. Aku ingin tahu lebih banyak tentang cara pengobatanmu itu.”

Qing Mei menunduk hormat. “Baik, Nyonya.”

Pelayan itu membantu sang nyonya berdiri dan mereka pergi perlahan. Setelah keduanya menghilang dari pandangan, Qing Dao bersiul pelan.

“Aku pikir kita akan dimarahi, ternyata malah diundang ke rumah kepala desa.”

Qing Wei mengangguk sambil tersenyum. “Itu karena adik kita memang hebat.”

Qing Mei hanya tersenyum kecil. “Kita hanya menolong orang yang membutuhkan. Ayo, sebelum matahari makin panas, kita pulang.”

*

*

Keesokan paginya, udara di Desa Pao terasa hangat dan berdebu. Matahari baru saja naik, namun langit sudah begitu terik.

Qing Mei berjalan di antara dua kakaknya menuju kediaman Kepala Desa Pao, sebuah rumah besar dari kayu tua dengan halaman yang dipenuhi pohon plum kering.

Pelayan Nyonya Song sudah menunggu di depan gerbang. Begitu melihat mereka datang, ia segera menunduk hormat, berbeda dari kemarin.

“Tuan muda, Nona, Nyonya sudah menunggu kalian di paviliun belakang. Mari ikut saya.”

Qing Mei mengangguk sopan. “Terima kasih, Bibi.”

Mereka bertiga mengikuti pelayan itu melewati halaman yang tenang.

Di paviliun, Nyonya Song sudah duduk di kursi rotan. Wajahnya terlihat lebih segar dibanding kemarin, pipinya agak berwarna, dan matanya tidak lagi sayu.

“Kalian datang tepat waktu,” katanya lembut. “Qing Mei, aku ingin berterima kasih sekali lagi. Setelah minum pil darimu kemarin, tubuhku terasa ringan.”

“Saya senang mendengarnya, Nyonya,” ujar Qing Mei sambil menunduk hormat. “Tapi agar benar-benar pulih, Nyonya perlu sedikit pengobatan lanjutan.”

Nyonya Song tampak ragu. “Pengobatan seperti apa?”

Qing Mei tersenyum tenang. “Saya akan lakukan transfusi darah. Hanya sedikit saja, cukup untuk menyeimbangkan energi tubuh Nyonya.”

“Trans ... apa?” Qing Dao berbisik pelan pada kakaknya.

“Diam, Dao,” tegur Qing Wei sambil menepuk bahu adiknya.

Qing Mei menyiapkan peralatannya dengan cekatan. Meski sederhana, setiap gerakannya menunjukkan ketelitian dan keyakinan seorang ahli. Ia membuat sayatan kecil di jari tangannya sendiri, lalu mengalirkan sedikit darah ke wadah kecil yang telah diberi pil penyeimbang spiritual.

“Jangan khawatir, Nyonya. Darah ini sudah dinetralisir dengan energi spiritual, tidak akan membawa penyakit.”

Nyonya Song tampak gugup tapi mengangguk. Setelah prosesnya selesai, wajah Nyonya Song tampak lebih hidup, kulitnya lebih merah muda, bahkan napasnya terdengar stabil.

“Astaga,” gumam pelayannya dengan mata melebar. “Nyonya tampak jauh lebih baik!”

“Bagaimana perasaan Nyonya?” tanya Qing Mei lembut.

“Hangat dan ringan sekali. Seperti ada sesuatu yang mengalir di tubuhku,” jawab Nyonya Song dengan mata berkaca-kaca. “Kau benar-benar menyembuhkanku.”

Qing Mei tersenyum. “Ini hanya langkah pertama. Saya juga membuatkan beberapa pil penambah darah. Minumlah satu pil setiap tiga hari sekali selama dua minggu.”

“Terima kasih, Qing Mei,” kata Nyonya Song dengan tulus. “Aku akan menyuruh pelayanku mengantarkan beberapa kantong beras dan tepung untuk kalian.”

“Tidak perlu, Nyonya. Kami tidak menolong untuk imbalan,” jawab Qing Mei cepat. “Tapi jika bisa suatu saat bolehkah saya meminta bantuan, Anda?”

Mendengar itu, Nyonya Song tersenyum lembut. “Kau gadis baik. Tentu Aku akan membantumu.”

1
Dsy_Sagitariuzz
ayo lanlan saat nya pembalasan musnahkan para iblis yg sesungguhnya yg menyamar sebagai dewa tersembunyi itu
vj'z tri
kau bidadari turun dari surga dihadapanku eaaaa 😎😎
vj'z tri
apa setelah ini kau bisa tersenyum 😏😏😏
vj'z tri
logika nya masa iya di serang terus pasrah ya bakal serang balik lah😡😡😡
kriwil
hah giliran seru serunya harus nunggu lagi
Siti Hawa
aduh thoor gantung ni ceritanya... lagi seru seruan nya... jadi penasaran... 😍😍
mama_im
dewi yang sesungguhnya turun, tinggal nunggu dewa angung nya yg masih ngerem di kamar 🤣🤣🤣🤣
mama_im: lah typo ternyata. *agung 😌😌
total 1 replies
vj'z tri
maaf mei ,Chen khilaf 😅😅
kaylla salsabella
ayo chen kemana kamu
Sribundanya Gifran
lanjut
Ariska26
kurang thor,,berasa dikit kali 😑
Sribundanya Gifran
lanjut thor
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
tegang sekali bacanya yaaa
ini dewa apa yaa klakuan kok kyk iblis 🤣🤣🤣 perlu di musnahkan agaka nya 🤔🤔
Wahyuningsih
wah2 mkin sru thor d tnggu upnya kmbli thir yg buanyk hrs tiao hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪💪
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
apa-apaan dewa semacam itu, mereka lebih mirip iblis dibandingkan dengan kaisar iblis asli yang melindungi alam tengah, sedangkan kalian para dewa hanya bisa menyakiti dan serakah/Panic//Panic/
Cindy
lanjut kak
Rafly Rafly
bener bener sesuatu namanya. ,,,Xia Lan...bikin kacau dan ribet 🤣🤣🤣
Eka Haslinda
lagi thoorrr/Sob//Sob//Sob/
DC
jangan di gantung thor
lin s
update lgi thor, blm trllu mlm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!