NovelToon NovelToon
THE BROTHER'S SECRET DESIRE

THE BROTHER'S SECRET DESIRE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Obsesi / Keluarga / Romansa / Pembantu / Bercocok tanam
Popularitas:293.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Area khusus Dewasa

Di mansion kediaman keluarga Corris terdapat peraturan yang melarang para pelayan bertatapan mata dengan anak majikan, tiga kakak beradik berwajah tampan.

Ansel adalah anak sulung yang mengelola perusahaan fashion terbesar di Paris, terkenal paling menakutkan di antara kedua saudaranya. Basten, putra kedua yang merupakan jaksa terkenal. Memiliki sifat pendiam dan susah di tebak. Dan Pierre, putra bungsu yang sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Sifatnya sombong dan suka main perempuan.

Edelleanor yang tahun ini akan memasuki usia dua puluh tahun memasuki mansion itu sebagai pelayan. Sebenarnya Edel adalah seorang gadis keturunan Indonesia yang diculik dan di jual menjadi wanita penghibur.

Beruntung Edel berhasil kabur namun ia malah kecelakaan dan hilang ingatan, lalu berakhir sebagai pembantu di rumah keluarga Corris.

Saat Edell bertatapan dengan ketiga kakak beradik tersebut, permainan terlarang pun di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sang penculik

Malamnya para tamu dari berbagai kalangan bangsawan mulai berdatangan. Tuan Hart dan Lady Corris terlihat menyambut para tamu dengan hangat.

Lampu-lampu kristal di aula utama sudah menyala terang, memantulkan kilau keemasan di lantai marmer yang begitu bersih hingga wajah sendiri bisa terlihat di sana. Denting piano lembut terdengar dari ruang musik, dibawakan oleh seorang pianis profesional yang diundang khusus untuk malam itu.

Para tamu datang dengan gaun-gaun sutra dan jas mahal, berlomba-lomba menunjukkan kemewahan mereka. Perhiasan berlian berkilau di leher para nyonya bangsawan, sementara para pria menenteng tongkat berlapis perak atau memegang segelas sampanye dengan gaya yang penuh perhitungan.

Edel berdiri di dekat pintu samping aula, bersama beberapa pelayan lain, siap melayani kapan pun dibutuhkan. Seragamnya malam ini sederhana, gaun hitam polos dengan apron putih di atasnya, namun rambutnya diikat rapi, dan wajahnya tetap bersih serta segar. Ia memastikan dirinya tidak terlalu mencolok, meskipun diam-diam ia memperhatikan gerak-gerik para tuan muda dari kejauhan.

Ansel sudah berdiri di tengah aula, berbincang dengan seorang pria tua berperut buncit yang terlihat seperti bangsawan berpangkat tinggi. Di samping pria itu berdiri seorang gadis muda dengan gaun biru pastel, wajahnya manis dan senyumannya anggun, calon pasangan yang dijodohkan dengannya, mungkin. Edel hanya mengira-ngira.

Pierre, di sisi lain, tampak seperti sedang menikmati pesta dengan caranya sendiri. Ia berdansa dengan dua wanita sekaligus, berganti pasangan setiap lagu selesai. Matanya sesekali melirik ke arah Edel, dan setiap kali itu terjadi, Edel buru-buru memalingkan wajahnya. Dasar laki-laki mata keranjang.

Entah kenapa matanya mencari-cari ke berbagai sudut, seolah sedang mencari keberadaan seseorang yang dua hari ini tidak dia lihat.

Ya ampun Edel, kenapa malah kamu cari? Bukannya bagus pria itu tidak ada.

Ucap Edel dalam hatinya. Tiba-tiba seseorang menabraknya. Edel kaget. Apalagi orang itu memegang gelas berisi jus yang sekarang tumpah di pakaiannya. Yang dia tabrak adalah seorang perempuan mengenakan gaun berwarna kuning. Perempuan yang terlihat lebih tua beberapa tahun darinya. Matanya tajam ketika menatap Edel, seperti ingin memakannya.

Dari penampilan gadis itu, sepertinya putri dari keluarga bangsawan. Aura angkuhnya sangat kentara.

Tubuh Edel refleks menunduk, tangannya cepat-cepat mengangkat celemek putihnya untuk menutupi noda jus yang sudah mengenai gaun hitamnya.

"Ma-maaf nyonya …" suara Edel bergetar, menahan panik.

Namun perempuan bergaun kuning itu mengangkat dagunya tinggi-tinggi, menatapnya penuh penghinaan.

"Nyonya? Apa kau buta? Aku ini Lady Viola, putri Duke Rellen. Bagaimana mungkin seorang pelayan sepertimu berani menumpahkan minuman padaku?"

Nada suaranya melengking cukup keras, membuat beberapa tamu di dekat sana menoleh penasaran. Edel merasakan darahnya berdesir, jantungnya berdetak semakin cepat. Ia ingin membela diri, jelas tadi yang menabraknya adalah gadis itu. Tapi lidahnya kelu. Dan ... Dia hanya seorang pelayan.

"Aku… aku minta maaf, Lady." jawab Edel lirih, menunduk semakin dalam.

Lady Viola menatap noda kecil di ujung gaunnya. Sebenarnya hanya setitik, nyaris tak terlihat jika tak diperhatikan baik-baik. Tapi ia menghela napas panjang dengan dramatis, seolah gaunnya telah hancur seluruhnya.

"Gaun ini khusus dijahit dari Paris. Dan kau, kau merusaknya hanya dalam satu detik. Tuan Hart harus tahu bagaimana buruknya pelayan di rumah ini!"

Suasana di sekitarnya mulai menegang. Beberapa bangsawan berbisik-bisik, menunggu reaksi tuan rumah. Dari kejauhan, Edel bisa melihat Tuan Hart dan Lady Corris yang sudah menyadari keributan itu, tapi mereka belum bergerak mendekat.

Sebelum suasana makin runyam, langkah panjang terdengar dari arah belakang. Ansel mendekat, sorot matanya tajam meski wajahnya tetap terkontrol. Ia sedikit membungkuk pada Lady Viola. Begitu melihat Ansel, wajah perempuan itu langsung berubah sumringah. Ia cepat-cepat merapikan rambutnya dan tersenyum manis.

"Tuan muda Ansel, apa kabar? Anda ingat saya? Viola, putri Duke Rellen."

Ansel tersenyum singkat, dan sangat tipis.

"Saya meminta maaf atas insiden kecil ini. Pelayan kami pasti tidak bermaksud menyinggung anda."

Pria itu malah membela Edel. Viola menatap perempuan itu dari atas ke bawah. Cantik, tapi apa gunanya cantik kalau hanya seorang babu. Tidak berguna. Lucunya dia malah di bela oleh tuan muda pertama keluarga Corris. Viola yang malu. Tapi pura-pura ramah di depan Ansel.

"Ah, saya mengerti kalau itu keluar dari mulut anda tuan muda Ansel."

Ansel berdiri tenang, sorot matanya tak lepas dari Viola meski ekor matanya sempat melirik ke arah Edel yang masih menunduk dalam. Ia bisa melihat bagaimana gadis itu menggenggam celemeknya erat-erat, mencoba menyembunyikan rasa takut bercampur malu.

"Lady Viola," suara Ansel rendah namun jelas, "saya pastikan gaun anda akan segera dibersihkan. Kami bertanggung jawab penuh atas kenyamanan tamu di rumah ini."

Viola tersenyum tipis, berusaha menahan gengsi.

"Oh, tentu saja. Selama itu kata-kata anda, Tuan muda Ansel. Saya… akan menganggap ini tidak terjadi."

Nada suaranya terdengar manis, namun tajam bagai pisau yang diselubungi sutra. Ia menatap sekilas pada Edel, tatapan merendahkan yang membuat darah Edel terasa dingin.

"Kalau begitu, saya akan lanjut menemani ayah saya," ucap Viola sambil sedikit mengangkat gaunnya, lalu berjalan anggun ke arah kerumunan.

Begitu sosoknya menjauh, Ansel mendekat pada Edel. Suaranya diturunkan, hampir seperti bisikan.

"Jangan terlalu diambil hati. Hampir semua wanita bangsawan seperti itu."

Edel menahan napas, lalu mengangguk pelan.

"Terima kasih, tuan muda."

Untuk sepersekian detik, tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu yang bergetar di dada Ansel, sesuatu yang lebih sulit ia definisikan. Tapi cepat-cepat ia mengusir perasaan itu. Banyak tamu yang datang. Bukan demi kebaikannya, bukan malu, tapi demi kebaikan Edel. Gadis itu sebaiknya tidak terlalu tersorot.

Ansel berdiri beberapa saat sebelum akhirnya kembali melangkah ke tengah aula, wajahnya sudah kembali datar, penuh wibawa. Edel pun baru bisa bernafas lega. Namun hanya beberapa menit, karena tak lama kemudian, ada tamu lain yang masuk, yang wajahnya dia ...

Dengan gerakan cepat Edel menunduk dan berlari kecil ke bawah kolong meja panjang khusus kue. Tamu yang dia lihat adalah seorang wanita anggun mungkin seumuran Ansel. Tapi ...

Wanita itu adalah wanita yang sama yang mau menculiknya waktu itu. Ya, Edel masih ingat jelas wajahnya.

Tubuh Edel membeku. Nafasnya tercekat, telapak tangannya berkeringat dingin. Ia menggenggam erat celemeknya, menahan diri agar tidak mengeluarkan suara sedikit pun dari bawah meja panjang itu. Suara-suara gelas beradu dan tawa para bangsawan terdengar samar di atas kepalanya, tapi fokus Edel hanya pada satu hal, wanita itu.

Kenapa wanita itu ada di sini? Kenapa waktu itu mau menculik dan menyuruh orang membunuhnya? Kalau saja dia tidak berhasil melarikan diri waktu itu, dia pasti sudah mati.

1
aroem
bagus
Ita rahmawati
ayolah edek,,jgn diem aja,,lebih baik kamu cerita ke basten dn dianpasti akn membantumu
Setetes Embun💝
Jangan samakan edel sama ruby ya kak othor gak sat set menyimpan ketakutan sendirian😉
Sani Srimulyani
harusnya kamu jujur tentang wanita itu, siapa tau dia bisa memecahkan kasusmu. dia kan jaksa yang cerdas
phity
edel cerita sj ke basten klo wanita itu mau membunuhmu biar basten selidiki untukmu ya...spy kmu aman
nyaks 💜
-----
Sleepyhead
Memang Pak Jaksa ini kuar biasa yah, auranya memancarkan aura singin
Sleepyhead
Dan Basten kucing garongnya wkwkkk
Syavira Vira
lanjuy
Syavira Vira
lanjut
Mutia
Ayo Edel ngaku siapa yg ingin membunuhmu
Anonim
Edel percaya tidak percaya kamu mesti cerita sama Basten kalau mau di bunuh sama si penculik Lucinda apa ya namanya
Rita
maju kena mundur kena
Rita
good Basten jgn ksh cela tegas
Rita
😅😅😅😅😅
lestari saja💕
jujur donk....jgn suudzon sulu
lestari saja💕
tikus kone....ragane kucing garong...
nonoyy
kalian cocok tau ansel dan edel
Rina Triningtyas
sangat sangat bagus thor, lanjut
Miss Typo
berharap Edel jujur dgn Basten knpa dia sembunyi, apa blm waktunya semua terbongkar ya, apa msh lama? kasian Edel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!