NovelToon NovelToon
JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Kisah cinta masa kecil / Menikah Karena Anak / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Remaja01

Warning⚠️

Siapkan tisu karna banyak adegan mengharukan mungkin akan menguras air mata.

_____
Menceritakan perjalanan hidup seorang pemuda bernama Firman yang berprofesi sebagai seorang pengedar obat-obatan terlarang. Sekian lama berkecimpung di dunia hitam, akhirnya Firman memilih berhijrah setelah mendapatkan hidayah melalui seorang anak kecil yang ia temukan di tepi jalan.

Akan tetapi, semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak halang rintangan yang menghambatnya keluar dari dunia hitam.

"Jack, mungkin aku akan keluar dari dunia hitam ini."

"Kau jangan gila, Man! Togar akan mencari dan membunuh kau!"

Dapatkan Firman keluar dari dunia hitam setelah bertahun-tahun berkecimpung di sana. Dan apakah ia akan Istiqomah dengan pendiriannya, atau akan kembali kejalan yang dulu yang pernah ia tempuh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Pikiran kosong terkadang masih sering datang. Ia hilang segalanya ketika memutuskan keluar dari King Kobra, yang artinya ia juga harus meninggalkan apa yang pernah di dapatkannya dulu selama berkecimpung di dunia hitam. Mobil, uang dan lainnya.

Pakaian pasien masih lekat di badan. Firman merasa dirinya tiada lagi berguna. Hanya terbaring di atas ranjang tanpa bisa melakukan apa-apa. Aisyah lah tempat ia bergantung selama berada disini. Segala barang keperluannya gadis itu yang membelikan.

Ponsel yang di pinjamkan dokter Aisyah menjadi barang penghilang rasa bosannya. Lantunan merdu ayat-ayat suci Al-Qur'an hampir dua puluh empat jam di putar. Di ponsel itu terkadang Firman juga melakukan browsing untuk membaca berita-berita terbaru dari aplikasi google.

News: Seorang pemuda tewas di tempat setelah mengalami kecelakaan dengan sebuah mobil truk di jalan Sikabu kelurahan sungai Lekop pagi tadi. Korban bernama Muhammad Rizki berusia 25 tahun.

Firman membaca artikel berita tersebut. Sesaat ia tersenyum kecil karna Jack menuruti apa yang telah di rencanakannya. Namun, beberapa saat kemudian ia mulai cemas. Takut jika berita itu benar.

Firman beristigfar dalam hati, coba untuk menenangkan diri.

Kemudian ia mulai mencari kebenaran berita itu. Satu-satunya cara ia harus login ke Facebook dan mencari akun Naufal.

"Assalamualaikum," sapa Aisyah yang baru datang.

"Walaikumsalam," balas Firman. Jarinya dengan cepat menekan tombol untuk mematikan layar ponsel yang masih menyala. Ia tersenyum melihat dokter muda itu yang telah rapi dengan pakaian kerjanya.

Kemudian Firman merubah posisi menjadi bersandar pada sandaran ranjang. Selimut di tarik hingga keperut.

"Pasti bang Ash belum sarapan, kan? Kebetulan Aisyah ada bawa sarapan untuk bang Ash." Setiap pagi Aisyah memang selalu menyempatkan diri datang ke rumah sakit ini sebelum pergi ke klinik.

"Aisyah, duduklah dulu. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan."

Aisyah menurut. Lontong sayur di dalam plastik di letakkan diatas mangkok atas meja sebelum melabuhkan duduk di kursi. Ia menanti apa yang akan di sampaikan Firman.

"Aisyah, tau dengan teman saya yang bernama, Jack kan?" tanya Firman.

Aisyah menjadi serba salah untuk menjawab. Ia takut berita kematian Jack akan membuat Firman menjadi depresi. Ia menunduk memandang tas yang ada di pangkuan, tak sanggup memandang wajah Firman. "Tau. Beberapa hari yang lalu dia mengalami kecelakaan. Maaf, saya tidak menceritakan hal ini. Saya takut-"

"Apa Nayla tau juga berita ini?" potong Firman.

Aisyah mengangguk.

"Saya rasa Aisyah harus tau apa yang terjadi sebenarnya pada saya dan Jack. Tapi, ini hanya akan jadi rahasia kita berdua." Kebaikan dokter muda itu membuat Firman menaruh kepercayaan padanya.

"Saya tidak pernah memaksa bang Ash menceritakan apa yang terjadi. Tapi, kalau bang Ash ingin bercerita, saya siap menjadi pendengar dan akan amanah." Setiap rahasia pasti ada sebab tidak di ceritakan, salah satunya untuk menghindari terjadinya masalah baru. Aisyah tahu itu. Ia pun tidak pernah memaksa Firman untuk menceritakan masalah yang sedang di hadapinya.

"Rasanya saya perlu memberitahukan pada Aisyah. Bagi saya Aisyah bukan orang asing. Sebelumnya kita sudah pernah kenal dan ini seperti perkenalan kedua kita."

Kepala Aisyah masih menunduk, menyimak apa yang di katakan Firman.

"Sebenarnya saya dan Jack terlibat masalah besar yang membahayakan nyawa kami. Sebelum kami mati, mereka akan terus mengejar kami. Di sebebkan itulah saya berada di sini dan hampir meregang nyawa. Tapi alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan hidup. Begitu pun dengan Jack. Harusnya berita kematian yang tersebar itu hanya rekaan yang telah kami rencanakan sebelum ini. Saya yakin sekarang ini Jack masih hidup."

Aisyah mengangkat kepala. Keningnya berkerut memandang Firman. "Maksud bang Ash, Jack masih hidup?"

"Ya, harusnya begitu. Karna hanya ini cara yang bisa kami lakukan untuk menghilangkan jejak. Dengan berita kematian kami, mungkin mereka tidak akan mencari kami lagi." Firman melepaskan keluhan halus. "Sebenarnya saya juga ingin hidup bebas seperti orang lain. Mungkin Allah memberi saya kesempatan hidup kedua agar saya bisa merubah diri lebih baik lagi," sambung Firman.

"Kenapa gak lapor polisi saja?" Aisyah memberi usul.

"Tidak bisa. Masalah ini akan semakin besar jika saya melaporkan ke polisi. Biarlah polisi menyelidiki sendiri."

"Jadi, sekarang ini bang Ash sudah selamat. Hm, maksud saya bang Ash sudah bebas dari orang-orang yang mengejar bang Ash itu?"

"Mungkin. Sekarang ini saya mau coba hubungi Jack dulu untuk memastikan berita yang tersebar itu. Tolong jangan ceritakan dulu masalah ini pada Nayla atau pun orang lain. Saya masih belum aman selagi saya masih berada di kota ini."

Aisyah mengangguk. "Berdoalah, minta lah pada Allah agar menyelesaikan masalah yang bang Ash hadapi. Insyaallah dengan pertolongan Allah semua akan mudah terselesaikan," balas Aisyah.

"Pasti Aisyah mengira saya ini gila kan? Mereka cerita aneh." Firman tertawa sendiri. Bagaimana bisa orang berpendidikan seperti Aisyah percaya begitu saja dengan yang di katakannya.

"Saya percaya," balas Aisyah.

Firman menghela nafas pendek. Ia baru sadar dokter muda itu memang percaya apa yang di katakannya. Kalau tidak percaya, mana mungkin gadis itu mau membayar biaya rumah sakitnya.

"Aisyah, saya merasa sudah baikan. Kapan saya bisa keluar dari rumah sakit?" Firman benar-benar sudah tidak tahan berada di ruangan ini. Ia juga malu dengan dokter muda itu yang setiap hari membelikan keperluannya.

"Kalau masalah itu, perlu izin dari dokter. Tulang rusuk bang Ash patah, jadi dokter harus memastikan semuanya baik sebelum mengizinkan bang Ash pulang. Sabar saja dulu, nanti kalau tulang rusuk bang Ash sudah mendingan, pasti dokter akan mengizinkan bang Ash pulang. Tapi kalau sudah keluar dari rumah sakit pun, bang Ash masih wajib melakukan kontrol. Biasanya untuk memulihkan tulang rusuk yang patah memakan waktu 2 sampai 3 bulan," terang dokter Aisyah. Kemudian ia berdiri. "Ya sudah, kalau gak ada apa-apa lagi saya mau izin pergi ke klinik dulu," sambung dokter Aisyah.

Firman mengangguk, mengizinkan dokter muda itu pergi.

***

"Gak pergi pengajian?" Michael melabuhkan duduk di sebelah adiknya yang sedang menonton TV di ruang keluarga.

"Gak. Ustadz berhalangan hadir karna istrinya melahirkan." Mata Aisyah tidak beralih dari siaran TV yang menayangkan film azab.

"Abang dengar, Aisyah sering datang ke RSUD."

"Iya, Aisyah menjenguk teman," jawab Aisyah ringkas.

"Siapa?"

"Senior Aisyah."

"Perempuan atau laki-laki?" Michael terus saja mengintrogasi. Aisyah adik satu-satunya harus di jaga baik-baik. Ia tidak ingin sang adik salah bergaul.

"Hm, laki-laki," balas Aisyah ragu.

"Nanti kalau dia ada waktu, ajak dia berjumpa Abang. Abang mau lihat seperti apa orangnya."

"Kalau abang hanya ingin membandingkan dia dengan dokter Fadli, mending gak usah. Aisyah gak suka Abang terlalu membanggakan dokter itu."

"Apa salahnya dengan dokter Fadli? Dia dan Aisyah satu profesi, kalian sama-sama dokter. Dia juga sudah mapan, sudah punya rumah dan mobil sendiri. Lagian Abang lihat dia juga baik. Jiwa sosialnya tinggi, buktinya dia rajin mengunjungi panti asuhan."

"Entahlah bang. Aisyah merasa seperti ada sesuatu yang di sembunyikan dia. Satu hal yang penting. Jangan pernah libatkan pertemanan Abang dengan Aisyah," tegas dokter Aisyah.

"Aisyah kenapa sih? Dia lelaki baik, masih saja Aisyah tolak. Sebenarnya lelaki seperti apa yang Aisyah cari? Coba lihat teman-teman seangkatan Aisyah yang lain, mereka semua sudah berkeluarga. Malahan Abang lihat sudah ada dari mereka yang memiliki anak. Apa Aisyah gak mau seperti mereka?"

Kata-kata yang di ucapkan Michael sedikit menyinggung hati Aisyah. Gadis itu tidak suka ada orang yang mempersoalkan tentang jodohnya. Apalagi membanding bandingkan dirinya dengan orang lain.

"Pernikahan bukan suatu perlombaan. Walau mereka lebih dulu menikah dan banyak mendapatkan anak, tapi mereka bukanlah pemenang. Pernikahan itu adalah amanah dan nikmat dari Allah. Ibarat rezeki, tugas kita hanya berikhtiar. Allahlah yang mendatangkan dengan sendirinya," balas Aisyah.

"Kalau begitu cobalah mengenal Fadli."

"Gak. Aisyah sudah bilang. Jangan libatkan Aisyah dalam pertemanan abang. Aisyah yang akan menjalani dan biarkan Aisyah juga yang memilih jodoh Aisyah sendiri."

"Oke, Abang mau lihat. Lelaki seperti apa yang sedang Aisyah pertahankan sekarang ini."

Aisyah menghela nafas dalam-dalam coba menahan diri. Ia tidak mau meributkan masalah jodoh ini dengan abangnya.

Berbeda dengan Michael yang masih menginginkan Fadli untuk jadi adik iparnya.

Mereka sama-sama mendiamkan diri.

"Aisyah tau Abang ingin yang terbaik untuk Aisyah. Tapi tolong, biarkan Aisyah yang menentukan jodoh Aisyah sendiri." Aisyah mulai membuka suara setelah cukup lama ia dan abangnya sama-sama mendiamkan diri.

"Ya, karna Abang sayang Aisyah." Pelan suara Michael membalas.

"Aisyah tau." Dokter Aisyah menyunggingkan senyum manis agar kata-katanya barusan tidak melukai hati abangnya. "Aisyah minta maaf."

Michael tertawa kecil seraya mengusap lembut kepala adiknya. "Baiklah, abang akan hormati keputusan Aisyah. Yang penting adik Abang bahagia."

"Jangan bicara soal Fadli lagi," pinta Aisyah. Lengan abangnya di peluk, lalu kepala di sandarkan di bahu kekar itu.

"Mungkin sebentar lagi Abang akan meminang Diana." Topik obrolan di ganti Michael.

"Oh ya? Kapan?" Sungguh, ini adalah kabar bahagia bagi Aisyah.

"Insyaallah akhir bulan ini."

"Kalau Abang sudah yakin kak Diana jodoh abang, gak usah pakai acara bertunangan lagi. Lansung ajak nikah aja," saran Aisyah.

"Tergantung dari pihak sana. Kalau mereka setuju, abang juga ingin seperti itu."

"Nanti kalau Abang sudah menikah. Baru Aisyah menyusul," gumam Aisyah. Ia tertawa kecil membayangkan hubungannya dengan Firman yang belum jelas. Entah pemuda itu menyukai dirinya, entah cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Abang harus lihat dulu bagaimana lelaki itu. Kalau Abang setuju, baru dia boleh menikah dengan adik Abang ini. Kalau Abang gak setuju, jangan harap-"

"Abang!" Aisyah memukul lengan Michael. "Mana bisa seperti itu. Pokoknya abang harus setuju."

Michael tertawa kecil sambil merangkul kepala Aisyah.

***

Firman tersentak ketika seluruh wajahnya di bekap dengan sesuatu, nafas tak bisa di hirup. Ia coba melepaskan diri dengan memalingkan wajah ke kiri dan kanan. Erangannya yang keras juga tertahan karna bekapan pada wajah.

Nafas di hirup rakus ketika bantal yang tadi menutup wajahnya terlepas. Nyaris ia mati lemas. Dengan nafas yang tercagup-cagup ia melihat sekeliling.

"Sialan kau!" umpat Firman. Nafasnya masih belum teratur. Bantal yang menutupi wajahnya tadi di lemparkan ke arah Jack yang baru saja membekap. Lalu ia merubah posisi dari berbaring menjadi duduk. "Dasar bodoh! Kau pikir ini lucu? Aku hampir mati, tau." tambah Firman.

"Kau ingin mati, kan? Biar aku bunuh saja kau sekarang," suara Jack bergetar karna sedang menahan tangis. Ia terduduk di pinggir ranjang, lalu mendekap erat tubuh Firman.

"Tega kau membuat aku seperti ini?" Jack tak dapat lagi menahan tangisnya. Bahu Firman basah oleh air matanya.

Firman tersenyum kecil, ia  membiarkan saja sahabatnya itu meluahkan rasa.

"Apa kau pikir yang kau lakukan ini lucu? Kau tahu, seperti apa aku menangis ketika mendengar berita kematian kau? Aku sudah seperti orang gila, kau tau tidak?"

Nafas hangat Jack masih terasa di bahu Firman. Pemuda itu melepaskan tangisnya dan tak mau menahan lagi. Baju Firman tidak hanya basah oleh air mata, tapi ingus Jack ikut melekat di sana.

"Aku minta maaf," bisik Firman.

Jack melerai pelukan. Air mata yang membasahi pipi di seka dengan baju. Lalu Jack menyentuh wajah Firman, karna masih belum percaya sahabatnya itu masih hidup.

Firman tertawa kecil melihat yang di lakukan sahabatnya. "Kau belum percaya aku masih hidup?" Firman menurunkan tangan Jack yang berada di pipinya.

Bugh!

Membulat mata Firman ketika merasakan pipinya di pukul Jack

"Kau kenapa lagi, hah?" bentak Firman.

"Itu balasan karna kau telah membuat aku seperti orang gila," balas Jack santai.

"Tapi aku sedang sakit. Tega sekali kau!"

"Bodo amat."

Firman menggeleng. Ia bisa rasakan apa yang di rasakan Jack, karna ia sendiri memiliki perasaan yang sama. "Oke, aku minta maaf," pinta Firman sekali lagi.

Jack mengangguk kecil sambil menyeka sisa tangisnya.

Firman mengulurkan tangan memegang bahu sahabatnya. "Aku sayang kau. Aku menemui Togar sendiri karna tidak ingin kau kenapa-napa. Sudah, jangan nangis lagi. Aku tidak mau melihat kau seperti ini."

Jack kembali mengangguk. Selimut Firman di tarik, ingus di buangnya di sana.

"Jack!" bentak Firman.

Jack terkekeh kecil.

"Dasar jorok!" Firman mengibaskan selimut yang sudah terkena ingus sahabatnya.

"Nanti aku minta yang baru," balas Jack. "Ohya, bagaimana kau bisa selamat? Bukannya Togar menembak kau di bagian dada?"

"Aku juga bingung. Tapi mungkin saja di karenakan permata merah itu yang aku simpan di saku baju dan peluru yang Togar lepaskan mengenai permata itu. Lihatlah bagian dadaku hanya terdapat lebam saja." Firman menyibakkan sedikit baju, menunjukkan pada Jack dadanya yang kebiruan.

"Benar kata orang tua dulu, sebelum ajal pantang mati."

"Aku rasa juga begitu. Allah masih memberiku kesempatan untuk merubah diri dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang telah di berikannya."

"Aku juga." Jack tersenyum kecil. "Nayla belum tau aku masih hidup. Hanya kau dan Naufal yang tau," sambung Jack.

"Kau tidak kasihan kalau dia sedih?" tanya Firman.

Jack melepaskan keluhan kecil. "Dulu dia pernah bilang padaku. Kalau kita hanya menunggu orang untuk memperbaiki diri kita, sampai kapanpun kita tidak akan pernah berubah. Itu pesan terakhir dia sebelum aku berhenti datang ke restorannya."

Firman tersenyum kecil. "Aku sudah bilang, kau itu tidak pantas untuk dia. Itu baru Nayla yang bicara. Bagaimana kalau ayahnya yang bicara, mungkin kau akan terberak-berak mendengarnya."

"Sudah lah jangan di bahas." Jack melepaskan keluhan. "Sahabat macam apa? Mematahkan semangat orang," omel Jack.

"Ngomong-ngomong sekarang rusuk kau patah, ya? Sini aku tambah mematahkan satu lagi," geram Jack.

"Hehehe, mana boleh main fisik. Kalau kau mau main fisik juga, tunggu aku sembuh."

"Baiklah, kutunggu kau sembuh. Dan kupastikan kau akan kalah!"

"Kau yakin?"

"Tentu saja," balas Jack penuh percaya diri.

"Oke, tunggu dua bulan lagi. Dokter bilang aku akan pulih dua bulan lagi. Ohya, ngomong-ngomong dari mana kau tau aku disini?"

"Naufal yang memberi tahu. Ada akun Facebook atas nama Umar Ashrafi menyapanya di mesenger."

"Umar itu anakku dan Ashrafi itu nama belakangku."

1
maya ummu ihsan
karya bagus tp sepi pembaca..sayang srkali..
Sasa Sasa: Gak apa-apa kak. Bukan rezeki mungkin
total 1 replies
maya ummu ihsan
bagus
maya ummu ihsan
bkn kaleng2 nih ternyata firman pernah kuliah kedokteran
Iqlima Al Jazira
kasihan anisa
Iqlima Al Jazira
siapa yang meninggal thor?
oma lina katarina
Lom ngerti nih ceritanya
Iqlima Al Jazira
kejam😡
Sasa Sasa: Biar fealnya dapat
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
jangan terlalu rumit donk thor,
kasian Aisyah 😢
Iqlima Al Jazira
karena mertuanya selalu membandingkan dengan mu. tapi Jack juga keterlaluan pada unar
Iqlima Al Jazira
🤣🤣
®agiel
Masyaa ALLAH....
luar biasa Aisyah dengan ucapannya ya...

karena sebaik baik memohon pertolongan & perlindungan hanya kepada ALLAH SWT saja.

thoyyib Author thoyyib...👍
®agiel
Hahahahaa kejam sekali dokter Fadli ya Thor 🤭
®agiel: saya sih ikutin kata naluri pembaca aja Kaka....hehehee 🤭
Sasa Sasa: 🫢 masa sih?
total 2 replies
®agiel
sungguh memang berat untuk berhijrah menjadi lebih baik & tetap Istiqomah ( taubatan nasuha ), akan tetapi yakin dengan ketetapan ALLAH SWT adalah yang terbaik, tidak ada yang tidak mungkin jika ALLAH SWT sudah berkehendak.

semoga alur di bab ini Author bisa menggiring pembaca, agar bisa juga Istiqomah menjadi pribadi yang lebih baik.

semangat & sehat sehat ya Thor 💪
®agiel: sama sama yaaa...👍
Sasa Sasa: Ammin, makasih kakak🥰
total 2 replies
Usmi Usmi
Nia kan Intel cuma ada kepentingan
Maria Ulfah
update nya lama ya sekarang mah
Sasa Sasa: Dua bab sehari kadang lebih.
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
next thor
Sasa Sasa: Oke kak
total 1 replies
Agus Tina
Semoga Togar tidak pernah menemukan mereka kembali ... taunya mereka berdua benar2 sudah tiada ...
Maria Ulfah
update lagi thor seru
Maria Ulfah
update lagi thor seru
®agiel
Dan Menikah itu adalah ibadah terpanjang manusia sampai ajal itu tiba...
Wallahu a'lam bisawwab 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!