NovelToon NovelToon
Sebatas Menjadi Istri Boneka

Sebatas Menjadi Istri Boneka

Status: tamat
Genre:Tamat / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:32.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: LaSheira

Dia hanya harus menjadi istri boneka.

Bagaimana jika Merilin, gadis yang sudah memendam cintanya pada seseorang selama bertahun-tahun mendapatkan tawaran pernikahan? Dari seseorang yang diam-diam ia cintai.

Hatinya yang awalnya berbunga menjadi porak-poranda saat tahu, siapa laki-laki yang akan menikahinya.

Dia adalah bos dari laki-laki yang ia sukai dalam kesunyian, yang menawarinya pernikahan itu.

Rionald, seorang CEO berhati dingin, yang telah dikhianati dan ditingal menikah oleh kekasihnya, mencari wanita untuk ia nikahi, namun bukan menjadi istri yang ia cintai, karena yang ia butuhkan hanya sebatas boneka yang bisa melakukan apa pun yang ia inginkan.

Akankah Merilin menerima tawaran itu, sebuah kontrak pernikahan yang bisa membantunya melunasi hutang warisan ayahnya, yang bisa membantu pengobatan jangka panjang ibunya, dan memastikan adik laki-lakinya mendapatkan pendidikan terbaik sampai ke universitas.

Bisakah gadis itu mengubur cintanya dan menjadi istri boneka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32 Malam Pertama (Part 1)

Kamar pengantin.

Letaknya ada di lantai dua. Vila besar ini memiliki banyak kamar, yang paling besar dipakai sebagai kamar pengantin. Dekorasi berwarna putih mendominasi, baik dari seprei sampai kanopi tempat tidur. Tirai halus berbahan dasar sutra akan jatuh kalau tali pengaitnya ditarik.

Ada beberapa lilin aroma terapi di meja. Di dekatnya berserak kelopak mawar merah yang membuat aroma bunga menyebar di dalam ruangan. Tumpukan hadiah diletakkan kepala pelayan di sudut ruangan.

Rion yang meminta untuk tidak menghias kamarnya dengan berlebihan, kelopak mawar dan lilin itu saja cukup ujarnya pada kepala pelayan.

Dan sekarang, waktu sudah cukup larut saat mereka masuk ke kamar. Bergantian mandi, Merilin lebih duluan lalu Rion. Saat Rion sedang ada di kamar mandi gadis itu sudah bolak balik berjalan di dekat tempat tidur. Bingung apa yang mau dia lakukan sekarang.

Saat masuk tadi, tidak ada sepatah katapun yang diucapkan Rion, mengatakan maunya dia nanti bagaimana. Inilah yang membuat Mei bingung sendiri.

Merilin menatap sofa, sofa itu cukup lebar, dia bisa tidur disana nanti. Mei berjalan mendekat, menyentuh sofa. Lalu mempraktekkan beberapa posisi, miring kanan dan kiri.

Sebelum aku diusir dari tempat tidur, apa aku perlu mengambil bantal dan meletakkannya di sofa. Biar dia tahu aku tidak mau satu tempat tidur dengannya.

Tapi kemungkinan Rion akan tersinggung juga ada, jadi Mei tidak berani melakukan apa yang dipikirkannya barusan.

Merilin terduduk sambil meremas sofa yang dia duduki. Empuk dan nyaman, jauh lebih empuk dari sofa di rumahnya. Ini sudah lebih dari cukup gumam gadis itu.

Tubuh Merilin jatuh bersandar di sofa, pandangannya menengadah ke langit-langit ruangan. Hari ini semua berjalan dengan lancar. Kak Brama pulang tanpa rasa curiga, dia juga berjanji untuk mengunjungi ibu, hal itu sudah membuat Mei senang.

Kak Serge juga berjanji akan mengurus Harven, sebelum adiknya pindah ke rumah baru. Bahkan Kak Serge menawari Harven menginap di rumahnya, karena takut adiknya itu akan merasa kesepian malam ini.

Semua hal itu membuat Merilin bersyukur dan senang. Paling tidak, langkah menuju kehidupan yang lebih baik benar-benar sudah ada di depan matanya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Merilin tergagap kaget, badannya membentur sofa saat dia reflek bergerak. Rion ada diatasnya, dan dia bisa merasakan lutut laki-laki itu ada disekitar pahanya.

"Maaf Kak, bisa Kak Rion turun dulu."

Singkirkan kaki Anda dari situ!

"Apa yang kau pikirkan, sampai tidak mendengar panggilanku Mei?" Hah! Apa kau bahkan masih memikirkan Serge sekarang. Rion mundur, menurunkan kakinya dan berjalan ke depan kaca.

Merilin mengelus dadanya, saat Rion sudah menyingkir. Dia bahkan tidak berkedip memperhatikan setiap gerakan tubuh Rion.

Kenapa dia dekat sekali!

"Saya hanya melamun Tuan karena menunggu Anda mandi, maaf, saya jadi tidak mendengar panggilan Anda."

Setelah menyisir rambut, Rion meletakkan benda kecil ditangannya dengan suara keras. Membuat Mei tersentak kaget. Sisir itu bahkan terpental menjauh dari tangannya.

Kenapa dia marah!

Merilin terduduk lagi di sofa, karena Rion berjalan ke arahnya dengan cepat. Gadis itu sudah terpojok tidak berkutik. Tangan Rion memegang sandaran sofa, Mei terkepung dari atas dan bawah. Lutut Rion naik lagi ke sofa diantara paha Merilin.

"Kau memanggilku apa tadi?" Nada suara marah yang terdengar. Sinis menghujam.

"Maaf Kak, maaf aku salah memanggil." Merilin baru sadar kalau tadi dia memakai bahasa formal karena merasa gugup. "Kak Rion, maaf aku tidak sengaja."

Tangan Rion mencengkeram dagu Merilin, tatapan mata mereka bertemu. Rion memiringkan kepala, lalu melepaskan tangannya.

"Berhati-hatilah Mei, kesalahan kecil sekalipun, bisa fatal akibatnya untukmu. Kau bisa kehilangan semuanya dalam sekejap."

Dia pemarah, benar-benar pemarah seperti yang Kak Serge katakan.

"Baik Kak, maafkan saya." Menjawab dengan kata yang seperti diajarkan Serge, Rion tidak suka dibantah, jadi ikuti saja kemauannya. Minta maaflah sebelum dia tambah kesal. Itu kunci kewarasan Serge selama ini, ketika menjadi sekretaris Rion.

Terdengar helaan nafas, lalu Rion meninggalkan Merilin yang masih duduk di sofa. Laki-laki itu menjatuhkan diri di tempat tidur dengan posisi terlentang.

"Ah, nyamannya, aku lelah sekali." Rion bicara sambil menatap kanopi tempat tidur. Lucu juga model tempat tidurnya gumam Rion. Apa ibu yang sudah memilihnya. Laki-laki itu tersenyum lagi, memikirkan ibu yang sudah bekerja keras menyiapkan semuanya. "Mei..." Panggilan itu terdengar pelan, sepertinya amarah sudah mereda.

"Ia Kak." Merilin berjalan cepat menuju tempat tidur. Dia berdiri di samping tempat tidur. "Apa Kak Rion butuh sesuatu, biar aku ambilkan ke luar."

Rion memiringkan tubuh, menyangga tubuhnya dengan tangan kanan.

"Katakan, hadiah apa yang kau inginkan? seperti yang aku bilang tadi, aku akan memberimu hadiah karena kau berakting dengan baik didepan keluargaku."

Deg. Apa benar aku boleh memintanya, ragu gadis yang sedang berdiri itu menimbang-nimbang.

"Katakan, aku akan mengabulkannya." Rion menjatuhkan tangannya, sekarang dia tengkurap sambil melihat Mei yang berdiri di sebelah tempat tidur. Separuh wajahnya yang terlihat di atas bantal.

Merilin buru-buru mengalihkan pandangan, posisi Rion sekarang ini adalah adegan favorit Jesi di komiknya. Gadis itu jadi terngiang-ngiang kalau Rion menjadi versi karakter komik Jesi.

Sadar Mei, apa kau sedang mengakui kalau laki-laki di tempat tidur itu tampan. Plak! Plak!

Merilin kembali fokus lagi setelah sedikit terlena dengan posisi tengkurap wajah tampan di tempat tidur itu.

"Apa boleh, aku meminta, sekali saja, tolong undang Kak Brama dan Harven ke rumah yang akan kita tempati. Itu hadiah yang ingin aku minta dari Kak Rion." Merilin menunduk, karena menangkap tatapan tidak suka Rion.

Dan benar saja.

"Bukanya aku sudah bilang, tidak mau berurusan dengan keluargamu. Kau tuli atau bodoh sampai tidak bisa mengingat itu."

Dikatai bodoh bagi Merilin tidak ada yang berbekas di hatinya. Dunia kerja jauh lebih mengerikan dibanding yang diucapkan Rion barusan. Tapi, hatinya sakit karena Rion benar-benar tidak perduli pada keluarganya.

"Maaf Kak, kalau begitu tidak ada lagi yang aku inginkan."

Sudahlah Mei, jangan berharap apa pun darinya.

"Cih, kau ini, seharusnya kau sebutkan saja nominal uang yang kau inginkan, atau benda yang kau mau, aku bisa membelikannya. Malah meminta hal yang merepotkan begini."

"Tiga hal yang Kak Rion berikan dalam surat perjanjian, buat aku itu saja nilainya sudah sangat besar Kak. Jadi Kak Rion tidak perlu memberi hadiah lagi."

"Kau cukup tahu diri juga ya." Rion bergerak dari posisinya, mengambil tempat di kanan tempat tidur. Sementara Merilin masih berdiri kaku di tempatnya. "Kenapa kau berdiri dari tadi, naik."

Deg. Saat Rion menggeser posisi, Merilin sudah merasa curiga. Dan benar saja.

"Aku bisa tidur di sofa saja Kak. Aku takut menggangu kenyamanan Kak Rion." Merilin menggigit bibirnya gelisah. Kalau kata-katanya akan menyinggung Rion. "Kak Rion bisa tidur dengan nyaman di tempat tidur."

"Hah!"

Merilin langsung melihat ekspresi kesal di wajah Rion.

"Kalau ibuku masuk dan melihatmu tidur di sofa apa yang mau kau katakan padanya! Seharian tadi aku sudah berakting dengan maksimal, hancur semua gara-gara kau ketahuan tidur di sofa."

Nada suara yang sama persis seperti yang Merilin kenal dari Rion. Benar, ini caramu bicara padaku! Merilin menggangguk-anggukan kepala dalam hati. Dan semua kebaikan dan keromantisannya yang seharian ini dia tunjukkan memang hanyalah akting Mei, jadi kuatkan hatimu.

Kalau begini, aku malah tidak perlu takut kan.

"Maaf Kak, aku berfikiran sempit. Aku akan naik ke tempat tidur." Merilin mengambil posisi di bagian kiri merapat ke pinggir sofa. Aroma sampo yang dipakai Rion menyusup di penciuman gadis itu sekarang. Mereka dekat sekali.

Berada di bawah satu selimut yang sama dengan laki-laki yang membenci perempuan, bukan sesuatu yang buruk juga. Begitulah Mei berfikir. Demi hidup yang lebih baik Mei, bersabarlah.

Merilin sudah menutupi separuh tubuhnya dengan selimut, tapi dia belum berbaring, masih duduk bersandar. Sementara Rion menekuk bantalnya supaya sandaran kepalanya lebih tinggi.

"Berikan tanganmu."

"Ia Kak." Ragu-ragu disodorkan tangan kirinya. Rion meletakkan tangan Mei dipipinya. Tengkuk gadis itu merinding.

"Mei..."

"Ia Kak."

"Kau punya pacar? laki-laki yang kau sukai?"

Entah kenapa firasat Merilin mengatakan, kalau dia menjawab punya, dia tidak akan bisa menghadapi kemarahan Rion. Karena tangan yang mencengkeram jemarinya terasa sudah memanas walaupun dia belum menjawab.

"Aku kan bonekamu Kak, bagaimana mungkin aku berani menyukai orang lain."

Hah sepertinya dia percaya, cengkeraman tangannya mengendur. Baru saja lega, Menjerit karena Rion memutar tubuhnya tiba-tiba.

Bersambung

1
Binar Kamila
sheri anaknya saga junior ya ?
disda
kebodohan yang hakiki 🤣🤣🤣🤣
Kakleha Myponselnya
Kecewa
Kakleha Myponselnya
Buruk
Ade Bunda86
hahah...lucu nih bocil
Yuni
jangan jangan yg nikah sama kakak nya mei
Nounna Zanne Zilvana
kisah keluarga ininternya lebih menyentuh hati... danjd fav
Ade Bunda86
kayak habis kupas bawang 10 kg...
Ade Bunda86
kadang rion sama GE sering GK peka
disda
persis daniah
Yossy Aprilia Nst
🤣🤣
Yossy Aprilia Nst
hahaha gak sadar diri sendiri
Nounna Zanne Zilvana
ngapain malah diceritain juga.. elatsi mei
Nounna Zanne Zilvana
pastilah nonton iklan... secata otomatis sih soal nya heheh
Ade Bunda86
nah loh
Nounna Zanne Zilvana
aku malah ingin cerita ini lebih banyak... serusih kayanya...
Ade Bunda86
mau ngapain tuh amerla...sok penting dihati rion padahal rion dh move on
Ade Bunda86
dasar rion bocah tuan nakal nih
Ade Bunda86
dasar rion
disda
karakternya kek saga sama daniah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!