NovelToon NovelToon
Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / CEO Amnesia / Cinta Seiring Waktu / Gadis Amnesia / Pelakor jahat / Tamat
Popularitas:371.7k
Nilai: 5
Nama Author: Itha Sulfiana

Edward terkejut saat istrinya yang hilang ingatan tiba-tiba mengajukan gugatan cerai kepadanya.

Perempuan yang selama empat tahun ini selalu menjadikan Edward prioritas, kini berubah menjadi sosok yang benar-benar cuek terhadap apapun urusan Edward.

Perempuan itu bahkan tak peduli lagi meski Edward membawa mantan kekasihnya pulang ke rumah. Padahal, dulunya sang istri selalu mengancam akan bunuh diri jika Edward ketahuan sedang bersama mantan kekasihnya itu.

Semua kini terasa berbeda. Dan, Edward baru menyadari bahwa cintanya ternyata perlahan telah tumbuh terhadap sang istri ketika perempuan itu kini hampir lepas dari genggaman.

Kini, sanggupkah Edward mempertahankan sang istri ketika cinta masa kecil perempuan itu juga turut ikut campur dalam kehidupan mereka?

*Sedang dalam tahap revisi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman masa kecil

"Edward, Nana benar-benar pergi," cicit Samuel setelah pintu dihadapannya tertutup kembali dengan rapat.

Rahang Edward bergemelatuk. Tinjunya mengepal dengan erat. Nana telah sukses mengibarkan bendera perang terhadapnya.

"Biarkan saja!" timpal Edward. "Nanti, kalau dia merengek minta maaf, aku nggak akan maafin dia secepat biasanya," imbuhnya sambil mendengkus pelan.

"Kalau Nana nggak pulang?" celetuk Andro.

Degh!

Edward terkesiap. Hal itu tak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya. Jika Nana tidak pulang, bagaimana?

Menyadari bahwa hati Edward sedang dilema, Silva segera mengambil alih keadaan. Sambil menggenggam erat tangan Edward, dia berkata, "Nana pasti pulang, kok. Tanpa Edward, gadis manja seperti dia bisa apa?"

"Ya, Silva benar. Selama ini, Nana selalu bergantung sama Edward. Tanpa Edward, Nona manja kayak dia, nggak mungkin bisa makan, shopping, dan senang-senang. Jadi, dia pasti akan pulang," imbuh Samuel membenarkan.

Edward turut mengangguk membenarkan. Ya, tanpa dirinya, Nana bisa apa di kota ini? Satu-satunya kerabat Nana yang ada di kota ini kan, hanya dia.

"Ed, maafin aku. Gara-gara kehadiran aku di rumah ini, Nana jadi pergi," ucap Silva.

Pria disampingnya pun tampak menggeleng pelan sembari tersenyum kecil. Ia mengusap puncak kepala Silva dengan penuh kasih sayang.

"Nggak. Ini bukan salah kamu. Nana saja yang terlalu kekanak-kanakan dan mendramatisir keadaan. Padahal, kalau dia bisa sedikit lebih pengertian, nggak mungkin aku sampai tega mengusirnya dari rumah."

"Edward betul, Silva. Nana memang kekanak-kanakan sekali. Mungkin, dia berpikir kalau Edward akan selalu menoleransi tingkah lakunya. Padahal, kesabaran Edward juga ada batasnya."

Samuel ikut memberikan pendapat. Sebagai pendukung Edward-Silva garis keras sejak zaman sekolah, dia yang paling gencar menghasut Edward untuk membenci Nana.

*

*

*

"Untungnya, aku masih punya kartu ini," gumam Nana sembari menatap kartu hitam ditangannya.

Kartu itu pemberian dari sang Ayah yang sudah tak pernah dia gunakan lagi semenjak menikah dengan Edward. Dan, setelah Nana mengeceknya, kartu tersebut ternyata masih aktif.

Itu artinya, sang Ayah tak pernah memblokir kartu tersebut.

"Lebih baik aku pesan kamar saja. Setelah Rossa pulang, baru aku pindah ke apartemennya," lanjutnya seraya berjalan masuk ke sebuah hotel bintang lima yang paling terkenal di kota itu.

Tiba didepan meja resepsionis, Nana langsung memesan satu kamar untuk dirinya. Setelah drama yang cukup menguras emosi tadi, Nana rasanya ingin langsung rebahan saja.

"Rihanna Angelica Howarts?"

Reflek, Nana menoleh saat nama lengkapnya disebut oleh seseorang. Sepersekian detik berikutnya, Nana tampak mematung dengan mata yang enggan berkedip sedikit pun.

"Dylan?" lirih Nana tanpa sadar.

Seketika, bibir pemuda itu tersenyum lebar saat tahu jika Nana ternyata masih mengingat namanya.

"Ternyata, kamu masih ingat aku. Syukurlah!Apa kabar? Kamu baik-baik saja, kan,Na?"

Entah kenapa, pertanyaan dari pemuda itu membuat Nana merasa sangat tersentuh. Setelah sekian lama, selain Rossa, ada satu lagi orang yang peduli dan bersedia menanyakan kabarnya.

"Aku baik," jawab Nana yang berusaha menahan tangis.

Pemuda disampingnya pun tampak mengangguk lega.

"Syukurlah! Aku senang mendengarnya. Oh ya, dimana suami kamu?"

Senyum Nana mendadak surut. Dia terdiam karena bingung harus menjawab apa.

"Dia... lagi nggak sama kamu, ya?"

Nana pun menggeleng pelan. Yang dia ingat, dirinya tak pernah bisa menyembunyikan apapun dari pemuda itu.

"Aku sama dia sebentar lagi akan bercerai," ucap Nana dengan perasaan campur aduk.

Sementara, pemuda disamping Nana tersebut tampak begitu terkejut. Walau ekspresi wajahnya terlihat datar, namun netranya tampak sedikit melebar walau kembali normal dalam sepersekian detik.

"Na? Ada apa? Apa dia menyakiti kamu?"

Tiba-tiba saja, pemuda itu memegang kedua pundak Nana kemudian bertanya dengan nada suara penuh kekhawatiran.

"Aku..."

"Kita ngobrol ditempat lain saja. Ayo, ikut aku!"

Pemuda itu melangkah terlebih dulu. Sementara, Nana terpaksa ikut dibelakangnya dengan perasaan yang semakin tak karuan.

Pemuda bernama Dylan Ferrel itu adalah sahabat masa kecil Nana. Keduanya selalu bermain bersama dan nyaris tak pernah terpisahkan.

Namun, saat menginjak usia 15 tahun, Dylan terpaksa harus keluar negeri karena perceraian kedua orangtuanya. Dia memilih ikut bersama sang Ibu yang kala itu memang sakit parah dan hanya bisa diobati diluar negeri.

Sejak saat itu, komunikasinya dan Nana benar-benar terputus. Hingga, beberapa tahun kemudian, kabar pernikahan Nana akhirnya sampai ditelinga Dylan yang kala itu masih belum kembali ke negara asalnya.

"Jadi, apa yang terjadi? Kenapa kamu tiba-tiba mau cerai, Na?" tanya Dylan to the point.

Segelas milkshake strawberry kesukaan Nana sudah tersaji didepan perempuan berparas cantik itu.

Hal yang membuat Nana jadi sedikit terhibur dan merasa berharga. Ternyata, Dylan masih ingat dengan minuman favoritnya.

"Nggak apa-apa. Kami... cuma kurang cocok aja," jawab Nana yang enggan membeberkan cerita sebenarnya.

"Om James sudah tahu tentang hal ini?"

"Belum."

"Kamu nggak kabari beliau?"

"Nggak," jawab Nana lagi.

"Kenapa?"

Nana menggigit bibir bawahnya. Dia berusaha menutupi gerimis yang pelan-pelan mulai membasahi hatinya.

"Aku takut."

Setelah mengutarakan kalimat itu, Nana langsung menunduk kemudian menangis. Jujur, dia sangat rindu kepada sang Ayah. Dia ingin pulang, namun terlalu takut menghadapi kemarahan dan rasa kecewa sang Ayah.

"Kenapa harus takut? Dia Papa kamu. Om James nggak mungkin mengabaikan kamu."

"Dylan, kayaknya aku butuh waktu. Nanti, kalau aku sudah sedikit lebih siap, aku pasti akan pulang dan ketemu sama Papa. Tapi, sebelum itu, kamu nggak boleh bilang apa-apa dulu sama Papa, ya! Aku sendiri yang akan kasih tahu semuanya sama Papa."

Dylan mengangguk mengerti. "Ya, aku ngerti. Aku nggak akan bilang apa-apa ke Om James."

"Kapan kamu kembali dari luar negeri, Dylan?" tanya Nana yang kini mengganti topik pembicaraan.

"Sekitar setahun yang lalu," jawab Dylan setelah berpikir beberapa saat.

"Sudah begitu lama kamu kembali. Tapi, kenapa kita baru ketemu sekarang?"

Dan, Dylan tampak tersenyum misterius tanpa Nana sadari.

"Kabar Tante Jane, bagaimana?" tanya Nana lagi.

"Dia sudah bahagia di surga," sahut Dylan.

Wajah Nana tampak begitu terkejut. Dia tak menyangka, salah satu orang yang pernah mengajarkan dirinya tentang banyak hal ternyata sudah meninggal dunia.

"Aku turut berdukacita, Dylan."

"Terimakasih," ucap Dylan dengan tulus.

"Terus, kamu ngapain ada di kota ini? Apa sekarang kamu tinggal di sini?"

"Nggak. Aku ke kota ini hanya untuk mengecek beberapa hotel milik keluarga kami. Itu saja."

"Dan, hotel ini adalah salah satunya?" tebak Nana.

Sambil tersenyum, Dylan menganggukkan kepalanya.

"Ya, kamu benar. Hotel ini adalah salah satu hotel milik keluarga Ferrel."

"Wahhh! Beberapa tahun nggak ketemu, ternyata kamu sudah mulai mengambil alih bisnis keluarga, ya?"

"Ya, begitulah. Resiko anak tunggal," jawab Dylan sambil tertawa kecil.

Nana pun ikut tertawa karena mengingat masa kecil mereka. Dulu, Dylan paling benci jika disuruh untuk belajar bisnis keluarga. Namun, ujung-ujungnya, hal yang dibenci Dylan tetap saja harus pemuda itu jalankan karena posisinya sebagai ahli waris satu-satunya.

"Itu bukannya Nana, ya? Ngapain dia di sini? Sama laki-laki pula?"

Ckrek!

Perempuan itu segera mengambil gambar Nana kemudian mengirimkannya kepada Silva.

'Silva, sepertinya istri Edward selingkuh. Cepat, kamu kasih tahu dia supaya Edward bisa terlepas dari perempuan ular itu!'

Terkirim.

1
Amriati Plg
Ending yang memuaskan puas baca nya
Amriati Plg
Cinta masa lalu yang tak sampai
Amriati Plg
Awas aja klo nanti nana luluh sama edward lagi n ngk jadi cerai
Sulati Cus
cerita yg bagus walaupun ada typo dikit
Memyr 67
𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝗅𝖾 𝗅𝖺𝗀𝗂. 𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺 𝗌𝗂𝗁 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝗅𝖾?
Memyr 67
𝖺𝗅𝗂𝗄𝖺 𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗄𝖺𝗁𝗂 𝖽𝗒𝗅𝖺𝗇 𝖺𝗍𝖺𝗎 "𝗆𝖾𝗇𝗀𝗎𝗋𝖺𝗌" 𝗁𝖺𝗋𝗍𝖺 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝖽𝗒𝗅𝖺𝗇?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝖺𝖽𝖺 𝗈𝖻𝖺𝗍. 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗎𝖽𝖺𝗁 𝗌𝖾𝗋𝗂𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖻𝗈𝗁𝗈𝗇𝗀𝗂 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗌𝖾𝗅𝖺𝗅𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗅𝖺 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝖽𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗒𝖺𝗅𝖺𝗁𝗄𝖺𝗇 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁? 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖺𝗐𝖾𝗍 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽
Memyr 67
𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖽𝖺𝗇𝗂 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁? 𝖽𝗂𝖺 𝖽𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺, 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀
Memyr 67
𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖾𝗅𝖾𝖻𝗂𝗁𝖺𝗇 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗅𝖺𝗂𝗇 𝖽𝗂𝖻𝖺𝗇𝖽𝗂𝗇𝗀𝗄𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺.
Memyr 67
𝗂𝗇𝗂 𝗅𝖺𝗀𝗂. 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗍𝗂𝖻𝖺 𝗍𝗂𝖻𝖺 𝗂𝗄𝗎𝗍?
Memyr 67
𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺 𝗂𝗍𝗎 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝖾? 𝖺𝖽𝖺 𝗁𝗎𝖻𝗎𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗉𝖺 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝖾 𝖽𝖺𝗇 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁. 𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗆𝖾𝗋𝖾𝖻𝗎𝗍 𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺, 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝖻𝖾𝗋𝗌𝗂𝗄𝖺𝗉 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗅𝖺 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺.
Memyr 67
𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁. 𝗎𝖺𝗇𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗂𝗍𝗎 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗍𝖺𝗇𝗉𝖺 𝖻𝖺𝗇𝗍𝗎𝖺𝗇 𝗎𝖺𝗇𝗀 𝗍𝗋𝗂𝗅𝗂𝗎𝗇𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺, 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗂𝗍𝗎 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗆𝗂𝗌𝗄𝗂𝗇.
Memyr 67
𝗌𝖾𝗍𝗎𝗃𝗎 𝖺𝗄𝗎, 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝖽𝗂𝗍𝗎𝗋𝗎𝗇𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗉𝗈𝗌𝗂𝗌𝗂 𝗍𝖾𝗋𝗍𝗂𝗇𝗀𝗀𝗂 𝖽𝗂 𝗉𝖾𝗋𝗎𝗌𝖺𝗁𝖺𝖺𝗇.
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝖻𝖺𝗋𝗎 𝗌𝖺𝖽𝖺𝗋 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖽𝗂𝖺 𝖻𝗈𝖿𝗈𝗁?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗄𝗎𝗂 𝗇𝖺𝗇𝖺 𝗒𝗀 𝗍𝖾𝗋𝗁𝖾𝖻𝖺𝗍, 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗋𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺? 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋𝖺𝗇 𝗆𝗈𝖽𝖾𝗅 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀
Memyr 67
𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄 𝗍𝗈𝗄𝗈𝗁 𝗍𝗈𝗄𝗈𝗁 𝗒𝗀 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖽𝗂 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗂𝗇𝗂 𝗒𝖺? 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽, 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗒𝖺𝗇𝖺, 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗁𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗇𝖺𝗇𝗍𝗂 𝗆𝖺𝗌𝗂𝗁 𝖺𝖽𝖺 𝗒𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇𝗇𝗒𝖺?
Memyr 67
𝗌𝗂𝖺𝗅 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗄𝖺𝗁𝗂 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽. 𝖼𝗎𝗆𝖺 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗅𝖺𝗅𝗎, 𝗆𝖾𝗆𝖻𝗎𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗋𝗅𝗂𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗋𝖺𝗐𝖺𝗍 𝖻𝖺𝗍𝗎 𝗄𝖺𝗅𝗂.
Evy
Dapat ATM zonk...emang enak?
Evy
Teman yang tidak tahu diri memang harus digituin...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!