Malam itu Lily gadis polos dan culun yang bekerja sebagai room service disebuah hotel mengalami nasib naas karena diperkosa oleh seorang pria yang sedang mabuk namun siapa sangka itu justru membuatnya terjebak dalam sebuah pernikahan tanpa cinta hanya demi status bayi dalam kandungannya agar tidak menjadi anak haram seperti dirinya dan setelah bayinya lahir ia ditendang begitu saja dari keluarga Wilson, keluarga kaya raya di kotanya hingga membuatnya terpaksa berpisah dari bayinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~18
Lily nampak ragu menyambut tangan pria asing tersebut tapi bukankah kesempatan ini bisa ia gunakan untuk melindunginya dari bosnya itu? karena jika pria itu mengira ia telah memiliki kekasih pasti takkan berani mengganggunya lagi, kemudian tanpa berpikir panjang ia pun mengangguk kecil sembari tersenyum tipis.
"Hm," sahutnya kemudian.
Keduanya pun segera pergi sementara Sarah yang baru menyadari Lily tak ada disekitarnya tiba-tiba ia tak sengaja menatap gadis itu sedang bersama seorang pria tampan.
"Oh my God, Lily bersama tuan muda Xavier?" ucapnya sedikit berteriak hingga membuat semua orang yang ada disekitarnya langsung menatapnya begitu juga dengan Elizabeth dan Nancy yang sontak mengikuti arah pandang wanita itu.
"Oh astaga bukankah itu tuan muda Xavier rival bisnis tuan Wilson? kenapa bisa mengenal Lily?" ujar Nancy tak percaya, mulutnya langsung mengaga ketika melihat bagaimana pria itu menggandeng gadis culun itu dengan erat seperti seorang kekasih yang dicintainya.
Elizabeth pun langsung mengepalkan tangannya. "Dasar wanita murahan tidak bisa mendapatkan tuan Wilson malah menggoda tuan muda Xavier," ucapnya murka ketika melihat bagaimana mesra keduanya.
Sarah pun langsung mendekati mereka. "Mohon maaf ya sahabatku tanpa menggatal pun pria-pria kaya sudah mengejarnya karena dia memang memiliki aura yang luar biasa berbeda," ujarnya dengan raut wajah puas karena bisa membuat mereka kesal karena sebelum ada Lily datang di kantornya ia menjadi sasaran bulian keduanya mengingat badannya yang lumayan montok tidak seperti mereka yang selalu berpenampilan seksi.
"Baiklah aku juga ingin menyapa tuan Wilson seperti mereka, bye." imbuhnya kemudian segera menyusul mereka.
"Ly tunggu, aku juga mau ikut memberikan selamat kepada mereka." ucapnya seraya melangkah dengan tergesa menyusul keduanya.
Elizabeth dan Nancy pun nampak geram, mereka masih tak habis pikir kenapa bisa karyawan magang kampungan itu bisa mengenal Xavier tuan muda dari perusahaan Leonard dimana adalah pesaing utama perusahaannya.
"Tunggu, jangan-jangan Lily adalah mata-mata yang sengaja tuan Xavier susupkan ke kantor kita?" tuding Nancy karena rasanya mustahil gadis sederhana dan polos seperti Lily bisa mengenal pria kalangan atas jika bukan karyawan yang diperkerjakan sebagai mata-mata oleh bosnya.
Elizabeth langsung tersenyum sinis. "Kau benar, sejak awal kedatangannya aku sudah mendapatkan firasat buruk tentangnya." balasnya membenarkan dugaan sahabatnya itu yang sama sepertinya, akhirnya ia mempunyai peluang untuk menendang gadis itu dari kantornya karena berani sekali memeluk bosnya waktu itu.
"Ini tidak boleh dibiarkan kita harus segera memberitahu tuan Miller, ayo!" imbuhnya seraya menarik tangan Nancy pergi menemui asisten bosnya yang kini nampak sedang sibuk berbincang dengan para rekan bisnisnya.
Sementara itu Lily dan Xavier nampak mendatangi Alexander yang sedang bersama keluarga besarnya.
"Kau?" tentu saja Alexander langsung terkejut karena ia tak pernah merasa mengundang pria itu apalagi pandangannya kini langsung jatuh ke tangan Lily yang sedang melingkar di lengan pria tersebut.
"Selamat atas pertunangan kalian tuan Wilson," Xavier nampak mengulurkan jabat tangannya dengan senyuman mengembang di bibirnya. Senyumnya licik penuh dengan kemenangan.
Alexander menatap jabat tangan pria itu dengan sinis tanpa berniat untuk menyambutnya. "Aku tak pernah mengundangmu jadi ku rasa sedikit tahu diri untuk datang kesini," ucapnya penuh sindiran.
Lily pun langsung melotot, sambong sekali bosnya itu gumamnya dalam hati.
Sebenarnya Xavier dulu adalah teman pria itu saat di kampus, keduanya sama-sama murid populer juga berprestasi dan sejak saat itu persaingan demi persaingan mereka lakukan hingga kini karena memang sudah turun temurun kedua belah keluarga sudah tak akur dan sampai kapan pun tak ada alasan untuk membuat mereka akur.
Xavier kembali tersenyum mendengar sindiran pria itu dengan tangannya terus menggandeng erat Lily ketika menyadari lirikan penuh kemarahan pria tersebut jatuh kepada gadis disebelahnya itu.
"Kau memang tidak mengundangku tuan Wilson tapi perlu kamu tahu sekitar 30 menit yang lalu aku sudah mengakuisisi seluruh kepemilikan hotel ini jadi aku bebas berkeliaran disini." tukasnya sembari menatap jam mewah yang melingkar di pergelangan tangannya.
Alexander nampak geram mendengarnya, pria di hadapannya itu benar-benar ingin cari mati sayangnya ia tak bisa membuat keributan disini mengingat itu akan memperburuk citranya ditengah para kalangan pebisnis yang ia undang.
"Enyah dari hadapanku sebelum aku berubah pikiran!" hardiknya seraya mengepalkan tangannya menatap pria itu.
Xavier langsung tersenyum kecil. "Ayo kita pergi sepertinya tuan Wilson emosinya sedang kurang stabil!" sindirnya seraya mengajak Lily pergi dari sana.
Sarah yang tadinya ingin memberikan ucapan sekaligus meminta foto pun ia urungkan lantas segera pergi menyusul keduanya.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" Victoria yang melihat kekasihnya nampak penuh amarah langsung melingkarkan tangannya di lengan pria itu.
"Selera tuan Xavier benar-benar rendahan ya padahal banyak sekali artis yang mengejarnya," imbuhnya lagi ketika menyadari sang suami masih menatap ke arah mereka.
"Aku tak ingin membahasnya," ucap Alexander seraya menghentikan pelayan yang sedang membawa nampan berisi beberapa minuman lalu ia pun mengambil segelas dan segera diminumnya seiring dengan tenggorokanya yang tiba-tiba terasa kering.
"Tentu saja lagipula tak penting juga bagi kita, ngomong-ngomong setelah ini temani aku istirahat di kamar ya." mohon Victoria seraya mengusap lembut dada pria itu.
"Atau bagaimana jika kita makan malam romantis dahulu?" imbuhnya lagi, meskipun mereka baru bertunangan tapi apa salahnya dirayakan berdua dengan romantis pikirnya.
Alexander tak menjawabnya karena pandangannya kini fokus ke arah Lily dan Xavier yang nampak sedang berdansa, dasar wanita murahan pikirnya mengingat gadis itu menolak menjadi simpanannya karena lebih memilih Xavier.
"Sayang, kamu dengar aku tidak sih?" Victoria mulai jengah ketika ucapannya tak pernah ditanggapi oleh kekasihnya itu.
"Tuan," tiba-tiba tuan Miller datang hingga membuat Victoria makin kesal karena Alexander langsung menjauhkan tangannya yang sedang melingkar di lengannya lalu menepi bersama asistennya tersebut.
"Ada apa?" ucap Alexander setelah menjauh dari sana.
"Maafkan saya tuan, saya baru mendapatkan kabar jika tuan Xavier baru mengakuisisi hotel ini secara sepihak satu jam yang lalu dan sepertinya beliau sengaja melakukannya karena ingin memberikan anda kejutan." terang tuan Miller yang merasa kecolongan dengan tindakan musuh bisnisnya itu.
"Dan apa perlu saya menyelidiki hubungan nona Lily dengan tuan Xavier, tuan?" tambahnya kemudian seraya melirik ke arah mereka yang masih asyik berdansa.
"Tentu saja, perusahaan tidak pernah menerima seorang penghianat." tegas Alexander seraya mengepalkan tangannya saat melihat kemesraan gadis itu dan juga musuhnya tersebut.
"Sayang, ayo kita berdansa." Victoria tiba-tiba menarik tangan Alexander dan entah apa yang membuat pria itu tak menolak saat wanita itu mengajaknya berdansa dengan para tamu lainnya.
Entah amalan apa yang sudah kamu lakukan Ly 🌚...
Hingga membuat duo ib-lis itu demen ngibul /Sob/...
Memangnya kagak engap /Drool/...
Lemaahhhh dirimu Lex gampang baper adek kecilmu /Sob//Facepalm/...
Bukan dengan wanita lain sih okayy2 saja 🤸♀️🌚...