NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gasekil (Gadis Seratus Kilo)

Mengejar Cinta Gasekil (Gadis Seratus Kilo)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Karena Taruhan / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Idola sekolah / Cintapertama
Popularitas:21k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Raska adalah siswa paling tampan sekaligus pangeran sekolah yang disukai banyak gadis. Tapi bagi Elvara, gadis gendut yang cuek dan hanya fokus belajar, Raska bukan siapa-siapa. Justru karena sikap Elvara itu, teman-teman Raska meledek bahwa “gelar pangeran sekolah” miliknya tidak berarti apa-apa jika masih ada satu siswi yang tidak mengaguminya. Raska terjebak taruhan: ia harus membuat Elvara jatuh hati.

Awalnya semua terasa hanya permainan, sampai perhatian Raska pada Elvara berubah menjadi nyata. Saat Elvara diledek sebagai “putri kodok”, Raska berdiri membelanya.

Namun di malam kelulusan, sebuah insiden yang dipicu adik tiri Raska mengubah segalanya. Raska dan Elvara kehilangan kendali, dan hubungan itu meninggalkan luka yang tidak pernah mereka inginkan.

Bagaimana hubungan mereka setelah malam itu?

Yuk, ikuti ceritanya! Happy reading! 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Fenomena Langka

Di dalam kelas, Elvara fokus seperti biasa. Tenang, stabil, dingin.

Sampai tiba-tiba… ada sensasi yang sangat ia kenal.

"Gawat. Aku datang bulan? Sekarang?"

Ia menunduk sedikit. "Sial… aku nggak bawa pembalut."

Wajahnya tetap datar, tapi napasnya menegang. Ia berdiri dan menghampiri guru yang sedang menjelaskan.

“Bu, saya izin ke toilet,” ucapnya singkat.

Sang guru mengangguk, dan Elvara langsung melangkah cepat menuju koperasi sekolah. Tapi baru beberapa meter…

Ada rasa hangat yang mengalir.

Elvara spontan berbelok ke toilet terdekat dan masuk ke salah satu bilik. Begitu melihat kondisinya, ia hampir mengumpat.

"Astaga… kenapa langsung deras begini?"

Roknya sudah kena bercak merah.

"Kalau aku keluar sekarang… sampai koperasi pun pasti sudah belepotan duluan," pikirnya panik, meskipun wajahnya tetap berusaha tenang.

Cuek setengah mati seperti apa pun Elvara, hal seperti ini tetap bikin siapa pun gugup.

Setelah menata napas, ia keluar dari bilik. Untuk pertama kalinya, langkahnya ragu. Ia celingukan, memastikan tak ada siapa pun.

Ia berjalan perlahan di koridor dengan tubuh sedikit menempel ke dinding, satu tangannya terkepal menahan panik, matanya mengawasi sekitar dengan penuh kewaspadaan.

"Sedikit lagi ke koperasi… semoga nggak ada yang—"

“Elvara?”

Elvara membeku. Sial. Suara itu.

Ia refleks membalik badan, punggung menempel ke dinding, roknya ia tutupi dengan tangan seolah tak terjadi apa-apa.

Raska berdiri beberapa meter di depannya, alisnya terangkat melihat Elvara, si gadis paling dingin di sekolah yang terlihat pucat dan gelisah. Hal yang tak pernah ia lihat sebelumnya dari seorang Elvara.

“Lo kenapa?” tanyanya, melangkah mendekat.

Elvara menelan ludah.

"Sial.

Kalau dia maju satu langkah lagi… dia bakal lihat semuanya."

Raska memerhatikan Elvara lagi, dan tubuhnya langsung menegang. Matanya melebar melihat jejak darah di sepanjang kaki gadis itu.

Elvara cepat menunduk, refleks memalingkan wajah. Napasnya memburu.

Detik berikutnya, Raska sudah bergerak.

“Lo… ke toilet dulu,” katanya pelan namun tegas.

Tanpa ragu ia merangkul lengan Elvara, menuntunnya menjauh dari tengah koridor. Elvara tertegun, refleks ingin menarik diri.

“Gue—”

“Udah.” Raska memotong cepat, tatapannya serius. “Lo ke toilet dulu. Gue bantu. Masa lo mau ke koperasi dengan kondisi begini?”

Warna merah muda naik ke pipi Elvara, reaksi manusiawi yang jarang dimiliki gadis itu. Cuek level dewa pun tumbang oleh momen ini. Malu, kaget, tersentuh, semua campur jadi satu.

Ia akhirnya mengangguk kecil dan kembali ke toilet dengan langkah cepat.

Begitu pintu bilik menutup, Raska langsung sprint ke koperasi sekolah.

“Bu, pembalut, cepat!” katanya setengah terengah.

Penjaga koperasi mengerjap bingung. “Pembalut…? Kamu?”

“Bu, tolong. Ada atau nggak?”

“I—iya! Ada! Ada!” penjaga buru-buru meraih satu bungkus.

Di belakang Raska, dua siswi membeku seperti patung.

“Gue nggak salah dengar, 'kan?” bisik salah satu, nyaris gosip.

“Raska… beli pembalut?”

“Ini… legenda banget sih.”

“Siapa yang bisa bikin pangeran sekolah kayak gitu?”

Raska tak peduli. Begitu barang di tangan, ia langsung lari menuju loker, meraih jaket sekolahnya, lalu kembali ke toilet putri.

Tok-tok-tok.

“Elvara, ini gue,” ucapnya pelan di depan pintu.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka sekecil celah kartu ATM, lalu perlahan sedikit melebar. Cukup untuk Raska menyelipkan pembalut dan jaket.

“Pakai jaket ini buat nutupin rok lo nanti.”

Elvara menerimanya. Pelan, tetapi tatapannya jelas berbeda, campuran syok, tersentuh, dan… halus sekali, rasa dihargai.

“Terima kasih,” katanya tulus, suara nyaris tak terdengar.

"Hmm," Raska mengangguk kecil.

Saat Elvara menutup kembali pintu, Raska menarik napas dan langsung menuju kelasnya, atau lebih tepatnya, menuju kelas Elvara.

Kelas seketika jadi sunyi saat ia muncul di depan pintu. Semua mata memerhatikannya ketika ia mengetuk.

Tok—tok.

“Permisi, Bu. Maaf mengganggu,” ucap Raska menghampiri meja guru bahasa.

Guru itu mengangkat alis, heran.

“Ada apa, Raska?”

Raska menelan ludah. Ia mendekat ke meja guru sambil menyembunyikan kegugupannya di balik wajah pangeran sekolah yang sok kalem.

“Bu… saya mau lapor sesuatu.” Suaranya merendah.

Guru Bahasa itu menatapnya. “Ada apa, Raska?”

Raska mencondongkan badan, satu tangan menutupi mulutnya seolah sedang menyampaikan rahasia negara.

“Bu… Elvara… dia… itu… ee… ya… apa namanya… um… darurat kewanitaan gitu, Bu.”

Wajahnya memerah.

“Yang… bulanan. Yang… bleeding but not injured, Bu.”

Guru itu sempat terdiam tiga detik, memproses bahasa alien yang baru ia dengar.

“Oh.”

Matanya sedikit membesar sebelum cepat-cepat kembali tenang seperti profesional sejati.

Raska buru-buru melanjutkan, masih dalam mode bisik-bisik panik,

“Jadi… saya minta izin buat ngambil tas Elvara, Bu. Dia perlu pulang.”

Guru menahan tawa kecil melihat betapa canggungnya murid paling populer itu. Tapi ia hanya mengangguk anggun.

“Silakan, Raska.”

“Terima kasih, Bu…”

Raska mengangguk sopan, lalu cepat berbalik seperti habis melakukan operasi rahasia.

Semua kepala di kelas menoleh ketika Raska berjalan melewati lorong meja. Tatapan mereka makin membesar saat ia berhenti tepat di meja Elvara, sebuah pemandangan langka seperti gerhana matahari.

Dengan tenang (dan sedikit grogi), Raska membereskan alat tulis Elvara satu per satu. Zahra yang duduk di sebelah Elvara membuka mulut untuk bertanya, tetapi langsung menutupnya lagi saat disambut wajah datar Raska yang auranya menegangkan sekaligus memesona.

Setelah tas siap, Raska mengangkatnya dan menatap guru.

“Saya permisi, Bu.”

Guru mengangguk. Raska pun keluar kelas, meninggalkan jejak tanda tanya yang langsung meledak jadi bisik-bisik.

“Raska ngambil tas Gasekil?”

“Seriusan itu?”

“Dia pdkt ya? Masa pangeran sekolah suka cewek seratus kilo?”

“Enggak mungkin… 'kan?”

“Eh, tapi barusan dia keliatan kayak bodyguard pribadi.”

Tok tok tok.

Pena guru mengetuk meja.

“Jangan berisik. Kerjakan latihan.”

Kelas kembali hening… setidaknya secara fisik. Di kepala mereka? Chaos total.

***

Sementara itu Raska bergegas kembali ke toilet putri dan mengetuk pintu.

"Elvara," panggilnya.

Siswi yang baru sampai di toilet berhenti mendadak, menatap Raska seperti melihat fenomena langka. Namun sebelum ia sempat berkomentar, pintu toilet terbuka. Elvara keluar dengan jaket Raska melilit di pinggang, wajahnya masih sedikit memerah.

“Udah?” tanya Raska.

Elvara hanya mengangguk kecil. “Hmm.”

“Gue udah izin ke Bu Guru. Ini tas lo.”

Raska menyerahkan tas itu seperti sesuatu yang penting.

“Gue antar ke depan. Taksinya bentar lagi datang.”

Elvara kembali mengangguk. Mereka berjalan beriringan, melewati siswi tadi yang hanya bisa mematung.

“Gue nggak mimpi, 'kan?” bisiknya pada diri sendiri.

“Pangeran sekolah bawain tas Gasekil? Pinjemin jaketnya? Gila…”

Suasana koridor makin penuh tatapan. Beberapa siswa yang melihat mereka langsung bisik-bisik heboh.

Elvara menyadarinya. Ia melirik lapangan basket di depan, tempat sekelompok cowok kelas olahraga sedang bermain.

"Kalau gue lewat sendirian, mereka paling cuma nengok sebentar…"

Tapi begitu matanya menyinggung sosok Raska yang berjalan tenang di sampingnya…

"Ini bakal jadi tontonan sekelas sekolah."

“Ras…” panggil Elvara pelan.

“Gue sendiri aja. Makasih… nggak usah nganter sampai depan.”

Raska menoleh. “Gak apa-apa. Gue anter.”

“Tapi…” Elvara menelan ludah. “Di depan rame. Banyak yang liat.”

Untuk pertama kalinya, Raska melihat gadis super cuek itu peduli pada tatapan orang.

Ia mengangguk tipis. “Oke.”

Lalu tanpa banyak bicara, ia berjalan duluan, memberikan jarak beberapa meter.

Elvara menghela napas lega, menunggu sampai jarak mereka cukup aman sebelum melanjutkan langkahnya. Namun entah kenapa, melihat punggung Raska yang menjauh… dadanya terasa hangat.

...🌸❤️🌸...

Next chapter...

"Bel, lo denger nggak? Tadi Raska… beli pembalut di koperasi.”

Bella langsung berhenti melangkah.

“Dia… beli apa?”

To be continued

1
Puji Hastuti
Lanjut kk
sunshine wings
😢😢😢😢😢🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
sunshine wings
Alhamdulillah ya Rabb.. 🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼
sunshine wings
cepetan Raska.. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻😢😢😢😢😢
sunshine wings
😢😢😢😢😢
anonim
Ternyata pak Nata memantau Raska terapi pada dokter Wira. Baguslah.

Pak Nata mengenal Asep, Vicky, dan Gayus. Mereka bertiga tidak mengenal pak Nata, papanya Raska.

Ketika pak Nata mendatangi mereka bertiga yang sedang makan cilok di taman belakang sekolah, tak tahu Om itu siapa. Baru setelah pak Nata memperkenalkan diri - menyebut nama, mengatakan - ayahnya Raska, ketiganya langsung kaget.

Ngomong-ngomong Raska-nya kemana ini. Apa sedang duduk berdua dengan Elvara ?

Lisa ini perempuan nggak benar, melihat sejarahnya menikah dengan pak Nata.
Sebagai seorang ibu juga membawa pengaruh negatif bagi Roy, anaknya. Pantaslah Roy kelakuannya nggak benar. Turunan ibunya.
sunshine wings
🤬🤬🤬🤬🤬
mery harwati
Udah enak itu Lisa & Roy dikasih kemewahan oleh Nata meski dibatasi, tapi apakah sepak terjang mereka diawasi oleh Nata? Jangan berpikir karena finansial dibatasi mereka lupa diawasi, hati² Nata, orang licik tetep akan mencari cara untuk sampe tujuan hidupnya 🫣💪
sunshine wings
😢😢😢😢😢😭😭😭😭😭
Tolong kembali Elvara.. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Fadillah Ahmad
Betul, Karna dokter punya kode etik profesi yang harus di taati, dan Dokter Wajib menjaga Rahasia pasiennya. 🙏🙏🙏
sunshine wings
😢😢😢😢😢
Fadillah Ahmad
Ya elah, si paling Sibuk 😁😁😁
sunshine wings
lho boleh tenggelam situ.. busuk ati.. 😏😏😏😏😏
Felycia R. Fernandez
kamu anak hasil dari gundik...
ya beda donk hasil dari anak wanita tercinta..
tapi dasar kamu dan emak mu sama sama gak tahu diri...
anak pertama yang seharusnya jadi raja malah terusir dari rumah sendiri...
itu pun kamu gak tahu diri juga
sunshine wings
😡😡😡😡😡
sunshine wings
😮😮😮😮😮😤😤😤😤😤
sunshine wings
🤣🤣🤣🤣🤣
sunshine wings
💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!