"Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku tak memakai baju?"
Alicia Putri Pramudya begitu kaget ketika mengetahui dirinya dalam keadaan polos, di sampingnya ada pria yang sangat dia kenal, Hafis. Pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya tetapi dia tolak.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alicia Putri Pramudya?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih ulasan bagus dan kasih bintang 5 untuk yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku bukan orang bodoh, Sayang.
Naomi cemberut dan terus aja melayangkan protesnya kepada Hafis, dia merasa sudah tidak tahan karena hanya menjadi wanita simpanan. Sekalinya dinikahi hanya nikah siri, rasanya itu sangat tidak adil bagi dirinya.
Dia ingin kalau Hafis segera menceraikan Cia, agar dia menjadi istri sah dari pria itu. Namun, setiap kali dia memintanya, Hafis selalu mangkir. Ada saja alasan dari pria itu.
Padahal, bagi Naomi uang yang didapatkan oleh Hafis sudah sangat besar selama 1 tahun ini. Bahkan, rumah yang ditempati oleh kedua orang tua Hafis juga sudah balik nama atas nama pria itu.
Ada juga mobil yang sudah di balik nama atas nama pria itu, Hafis sudah lumayan untung dengan menikahi Cia. Sudah tak perlu berlama-lama lagi bersama dengan wanita itu, pikir Naomi.
"Yang, anak kita bentar lagi lahir. Masa kamu masih mau deket-deket sama dia aja? Jangan bilang kalau kamu jatuh cinta sama dia," protes Naomi.
"Mana ada aku jatuh cinta sama dia, kamu tahu sendiri kalau semua ini dimulai Karena untuk mendapatkan harta yang banyak dari dia. Aku rela memberikan dia obat perangsang untuk mengeruk semua hartanya," ujar Hafis.
Cia rasanya ingin menangis dengan apa yang dikatakan oleh Hafis, dia baru mengetahui kebenarannya dan itu sangat menyakitkan. Suami yang mulai dia cintai itu ternyata adalah pria brengsek, pria yang tidak tahu malu.
"Memangnya apalagi yang kamu incar sih, Sayang?"
"Setiap bulannya dia masih dapat keuntungan bulanan dari kedua ayahnya, aku mau mendapatkan uang itu. Kamu sabar sedikit lagi," jawab Hafis.
"Sabar-sabar mulu, aku itu takut kamu akan jatuh cinta sama dia. Terus, kamu berniat punya anak dari dia."
"Mana ada kaya gitu, kamu tahu sendiri kalau dari pertama aku melakukannya dengan Cia, aku sudah memberikan dia pil kontrasepsi. Bahkan, Vitamin yang dalam setiap bulannya aku berikan kepada dia juga adalah pil kontrasepsi."
Cia hampir saja terjatuh mendengar apa yang dikatakan oleh Hafis, karena bisa-bisanya pria itu melakukan hal tersebut. Pantas saja dirinya tidak hamil-hamil, karena ternyata Hafis melakukan hal bejat seperti itu.
"Iya juga sih, Yang. Tapi tetap saja aku selalu cemburu setiap kali mengingat kamu yang tidur dengan wanita itu, aku bisa gila kalau lama-lama kamu dengannya."
"Kamu tenang saja, Yang. Aku tak pernah bersungguh-sungguh saat tidur dengannya," ujar Hafis. Setelahnya dia mengecup kening istri sirinya.
"Tapi, Sayang. Kamu tuh harus berhati-hati dalam mengambil uang wanita itu, kalau salah-salah nanti yang ada kamu bisa dipenjara."
Hafis tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Naomi, tak lama kemudian pria itu mencubit gemas hidung istri sirinya.
"Kamu tenang saja, Sayang. Aku itu bukan orang yang bodoh, setiap kali aku menginginkan uang wanita itu, tentu saja aku akan meminta tanda tangan persetujuan dari wanita itu. Jadi, tanpa dia sadari uang itu aku dapatkan atas persetujuan dia sendiri. Surat resmi yang ada tanda tangan dianya," jawab Hafis.
Cia terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Hafis, dia mengingat-ingat kapan pria itu meminta persetujuan dirinya untuk pengeluaran uang.
Namun, tak lama kemudian dia teringat kalau dalam setiap bulannya Hafis selalu menunjukkan laporan bulanan. Setelahnya Cia selalu diminta tanda tangan di atas materai.
Hafis berkata jika itu untuk kelengkapan perusahaan, Cia yang dibuatkan oleh sikap manisnya Hafis tentunya tidak pernah curiga dengan apa yang dilakukan oleh pria itu.
'Sial! Ternyata dia adalah pria yang licik!' rutuk Cia dalam hati.
"Kamu sangat pandai, Sayang. Bikin aku makin cinta," ujar Naomi. Kedua orang tua Hafis bahkan ikut memuji pria itu.
Cia merasa sudah cukup mendengar obrolan antara Naomi dan juga Hafis, rasanya hatinya sudah tidak kuat lagi kalau harus berlama-lama di sana. Selain itu, dia juga takut ketahuan.
'Aku mending pergi saja sekarang,' ujar Cia dalam hati.
Cia pergi dengan begitu hati-hati, karena dia takut kalau keluarga Hafis mengetahui keberadaan dirinya di sana dan keberadaannya itu akan terancam.
Setelah keluar dari rumah itu, Cia pergi ke rumah kosong di mana dia memarkirkan mobilnya. Dia menangis sejadi-jadinya di sana, security yang tadi sempat menemani Cia langsung menghampiri wanita itu.
"Bagaimana, Neng?"
"Saya harus gimana, Pak? Suami saya ternyata benar-benar sudah menikah lagi, nikah siri Pak."
"Sabar, Neng. Minum dulu, terus Neng pulang aja. Kompromiin sama keluarga," ujar security itu sambil memberikan sebotol air mineral.
"Emm," jawab Cia dengan deheman saja.
Cia lalu meminum air yang sudah diberikan oleh security itu, setelah merasa lebih tenang Cia memutuskan untuk pergi. Tak lupa dia memberikan uang tips kepada security yang sudah mau menemani dirinya itu.
"Semoga hidup si neng Cantik baik-baik saja, semoga dia bisa menyelesaikan masalahnya," doa security itu ketika melihat kepergian Cia.
Setelah mengetahui kenyataan tentang Hafis, Cia tak pulang ke kediaman ayahnya atu daddy-nya. Dia malah pergi ke kediaman pengacara dari keluarga Pramudya.
"Kenapa malam-malam datang ke sini? Apa ada yang urgent?"
Seorang pria paruh baya begitu kaget saat membukakan pintu rumahnya, karena ternyata yang datang adalah anak dari kliennya.
Pria itu menatap di bawah wanita muda yang ada di hadapannya, karena Cia datang dengan air mata yang berurai di kedua pipinya.
"Om, tolong Cia." Cia langsung menghambur ke dalam pelukan pria paruh baya itu.
"Masuklah," ujar pria itu sambil mengurai pelukannya.
Lalu, dia membawa Cia ke ruang keluarga. Dia bahkan membuatkan teh hangat untuk wanita itu, Cia berusaha untuk menenangkan dirinya dan menyesap teh hangat itu sambil terisak.
"Sekarang coba ceritakan apa yang terjadi kepada Om," pinta Damar.
Cia pun menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya sambil menangis, setelah itu dia memberikan ponselnya kepada pria itu.
"Astagfirullah! Kenapa bisa kamu menikah dengan pria busuk seperti ini?"
"Kayaknya kemarin mata Cia kelilipan jeruk, makanya gak bisa liat busuknya dia."
Damar menggelengkan kepalanya, karena anak dari kliennya itu malah menjawab pertanyaannya seperti itu.
"Lalu, apa yang ingin kamu lakukan sekarang?"
"Ceraikan dia, Om. Terus, Cia mau ambil semua uang yang sudah dia ambil dari Cia. Cia juga mau ambil rumah milik Cia," jawab Cia.
"Oke, Om bisa bantu untuk urusan perceraian. Tapi, untuk pengembalian aset tidak bisa balik semuanya."
"Kok gitu, Om?"
"Karena seperti yang Hafis bilang, kamu memberikannya dengan suka rela. Ada tanda tangan persetujuan kamu," ujar Damar.
"Ck! Dia sungguh licik," ujar Cia yang merasa geram sekali.
yg penting bisa lepas dari lelaki jahat itu ..dan bongkar kejahatan dia.. Nanti suatu saat harta yg di rampas enggak selama nya milik dia..