Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Kembali
Rumah sakit, ruang inap Morgan…
Jam menunjukkan pukul 9.00, Morgan segera berbenah untuk keluar dari rumah sakit karena dia sudah merasa tidak nyaman berada di sana terlalu lama.
Randi yang baru saja masuk ke ruangan sambil membawa sarapannya pun langsung dihentikannya. " Lo aja yang makan." ucap Morgan cepat sambil memakai kaosnya.
Randi sontak terkejut dengan apa yang dikatakan Morgan dan meletakkan makanan tersebut di atas meja.
"Morgan, lo jangan bercanda! Lo harus makan dengan kondisi…"
"Gue udah baik-baik aja." sambung Morgan lalu melangkah keluar dari ruangan itu.
Tetapi Randi mencegatnya dan menahan tangannya. Ia menatap Morgan dengan penuh keseriusan. "Gue tahu lo gak bisa ngerasain sakit, panas, dingin, atau apapun itu. Tapi, itu bahaya karna lo gak bisa tahu mana yang sakit." jelasnya panjang lebar.
Morgan langsung menatapnya sinis dan terdiam sejenak. "Bukan urusan lo."
Morgan memberontak dan langsung pergi meninggalkan ruang inapnya tersebut. Tentu Randi tidak hanya diam saja di sana, ia pun bergegas menyusul Morgan yang akan meninggalkan rumah sakit.
"Morgan, lo mau ke mana?!" tanya Randi menghentikan langkah Morgan.
Morgan kembali bersikap dingin dan sinis. "Minggir!"
Randi terus menghalangi jalannya. "Gak! Gak bisa. Lo gak ingat Felyn khawatir sama lo?!" ungkapnya.
Morgan terdiam dan kembali menatapnya. "Jangan ungkit soal Felyn! Gak ada hubungannya sama lo."
"Ya, justru ada lah! Kan gue ketua kelas lo, yang bertanggung jawab menggantikan walas dan orang tua lo sekarang." sambung kesal Randi.
Morgan tidak bisa terus berdebat dengan Randi karena kondisi nya sekarang tidak memungkinkan untuk tetap beradu mulut dan pikiran dengan Randi di sana.
Morgan melihat sebuah taksi dan melambaikan tangannya, taksi tersebut pun berhenti.
"Morgan, lo…"
"Gue mau ke sekolah, tidak ada gunanya tetap di sini." ucap Morgan.
Randi pun menahan emosinya dan berusaha mendengarkan apa yang diinginkan oleh Morgan. "Oke, kalau gitu naik motor sama gue aja! Kenapa pake taksi?"
"Lo sendiri aja!" Morgan pun langsung masuk ke dalam taksi.
Randi kesal dengan sikap Morgan yang tidak mau mendengarkan semua nasihatnya, tetapi ia tidak bisa marah terus-menerus karena harus mengikuti kemana saja Morgan pergi. Ia pun segera berlari menuju ke parkiran untuk mengambil motornya dan segera pergi ke sekolah menyusul Morgan.
Kembali ke Felyn dan Nadin yang masih mengantri di tengah teriknya matahari…
Aduh, panas cuy lama banget.
Iya, kalau tahu gini tadi mending bawa payung.
Lo yang betul lah barisnya!
Ini nih berisik banget, orang juga kepanasan tahu.
Ssstt, ribut aja terus sampe hujan.
Nadin meletakkan tas ranselnya untuk menutupi kepalanya dari matahari yang sudah terik sekali. Sedangkan Felyn mengipas-kipas menggunakan buku latihan yang ia bawa di tas nya tadi.
"Hadehh, panas banget." keluh Nadin.
Felyn membisikkannya, "Sabar, bentar lagi tuh kita dapat giliran."
Nadin pun mengangguk dan mencoba bertahan sebentar lagi karena barisan mereka sudah dekat dengan meja penulis Sisin Kim.
Beberapa menit kemudian, giliran Nadin pun tiba dan penulis Sisin langsung melirik Felyn dan tersenyum padanya.
"Jadi, kamu sekolah di sini ya?" tanya Sisin Kim.
Nadin pun melirik Felyn, "Hehe, iya Kak. Kakak kenal kita karna semalam kabur tiba-tiba, kan?"
"Iya, Kak. Saya minta maaf karna semalam ada urusan mendadak, jadi gak bisa lama-lama." jawab Felyn.
"Ya, it's okay. Karna kita bisa ketemu lagi, berarti kita emang harus ketemu." ucap Sisin sambil tersenyum.
Penulis Sisin pun langsung menandatangani novel Nadin dan Felyn bersamaan, "Kalian kan semalam gak sempat di acara sampai selesai, jadi saya nyiapin sesuatu kalau ketemu kalian lagi."
"Gak perlu repot-repot Kak, kami senang bisa ketemu Kakak." ucap Nadin.
Penulis Sisin memberikan merchandise official novel terbarunya kepada Felyn dan Nadin. "Ini untuk kalian berdua karna udah berhasil buat saya ingat sama kalian, diterima ya."
Felyn dan Nadin tidak bisa menolak pemberian itu, mereka terlihat sangat senang sekali.
"Wah, terima kasih banyak Kak Sisin." ucap Nadin dengan senyum lebar.
Felyn juga membalas dengan senyuman. "Oh, iya. Kak, boleh foto bareng?"
Penulis Sisin langsung menyiakan ajakan Felyn untuk berfoto bersama dengannya. "Nah, ini yang ditunggu dari tadi. Yuk, foto gak usah malu!"
Felyn pun tidak segan mengeluarkan ponselnya dan mereka bertiga pun berfoto bersama dengan senyuman lebar.
Setelah selesai berfoto, Felyn dan Nadin mengucapkan banyak terima kasih pada penulis tersebut karena kerendahan hatinya sebagai idola.
"Terima kasih, Kak Sisin!" serentak Felyn dan Nadin sambil berjalan keluar dari barisan.
Penulis Sisin masih memperhatikan Felyn dan Nadin yang terlihat sangat senang mendapatkan hadiah darinya. Saat tiba giliran orang selanjutnya yang berada di belakang Felyn tadi, penulis Sisin langsung terdiam melihat wajah laki-laki tersebut.
"Eh, iya. Tadi aku lupa bilang kalau ada cowo yang baris di belakangku." ucap Felyn.
"Iya? Mana?" tanya Nadin penasaran.
Felyn pun menunjuk ke arah penulis Sisin yang sudah bertemu dengan orang tersebut. "Itu, udah giliran dia."
Nadin tercengang, "Astaga, ganteng banget." Ia terpesona karena wajah tampan dari laki-laki tersebut.
Bahkan sejak tadi banyak siswi yang memperhatikan pria tersebut tetapi Felyn dan Nadin tidak begitu memperdulikan hal tersebut.
Ih, ganteng banget loh cowo yang di sana itu.
Iya, tadi aku juga salah fokus gara-gara dia.
Siapa ya kira-kira? Kayaknya dekat sama penulis Sisin sampai gitu natapnya.
Iya, kayak kenal mukanya tapi di mana?
Sumpah bening banget kayak oppa korea!
Ops, kayaknya ada adegan drakor nih langsung keluarkan ponsel.
Wei, videokan langsung biar viral.
Ih, sabarlah! Kita liat dulu.
"Pada sibuk ngelirik itu cowo juga ternyata mereka dari tadi, wkwk." ucap Nadin.
Felyn tersenyum. "Ya, jelaslah. Ganteng gitu, idaman banget kan?"
Pria tersebut memberikan satu buket bunga mawar putih kepada penulis Sisin, penulis Sisin hanya terdiam sehingga ia meletakkannya di atas meja.
"Sudah lama tidak bertemu…" ucap pria tersebut dengan nada suara berat.
Astaga, suaranya cowo banget.
Aduh, fix dia kayaknya mau ngelamar kak Sisin deh.
Iya, liat aja di kasih bunga gitu.
Udah, rekam cepat! Jangan buang kesempatan emas ini kaum muda!
Wkwk, langsung gercep kalau ginian.
Penulis Sisin terlihat sangat menahan emosinya seperti sudah lama tidak bertemu dengan sang kekasih.
"....Mutiara-ku." sambung pria tersebut sambil tersenyum pada penulis Sisin.
Penulis Sisin tidak bisa menahan perasaan bahagianya dan langsung memeluk erat pria tersebut. Tidak peduli dengan berapa pasang mata dan kamera yang mengelilingi, Sisin menghiraukan semua itu untuk melepaskan rasa rindunya terhadap orang yang sudah lama ia cari keberadaannya itu.
Woh, rekam we cepat! Beneran cowonya?
Iya, kayaknya sih gitu.
Bukan, itu kan alumni kita juga namanya kak Leon.
Oh, yang jadi dokter di Singapura itu?
Nah, iya. Dia emang dulu terkenal karna pintar selain ganteng.
Emang dulu dekat sama penulis Sisin?
Gak tahu, tapi kata kakakku mereka pernah pacaran.
Felyn dan Nadin pun tercengang mengetahui fakta kalau pria tersebut ternyata adalah tokoh nyata dari karya penulis Sisin Kim yang berjudul L&M.
"Astaga, aku gak nyangka ternyata kisah L&M nyata dari mereka?" tanya Felyn.
Nadin juga tidak bisa mempercayai hal itu. "Wah, kamu yang udah jadi fans dia dari dulu aja gak tahu apalagi aku."
Aaa, so sweet!
Oh, udah lama pisah? Kenapa?
Gak jelas juga kenapa pisahnya, gue belum baca novel L&M 2 nya.
Wkwk, iya. Berarti itu novel dari kisah nyata penulis Sisin dong?
Iya, jelas lah. Nama asli penulis Sisin kan Mutiara Nabila, sama kayak di novel itu.
Oalah, aku juga baru tahu sekarang.
Ketinggalan berita kita, woi.
Melihat kerinduan itu, semua yang ada di lapangan sangat terbawa suasana. Yang tadinya banyak dari mereka mengeluh karena cuaca panas, sekarang seperti langit tengah mendukung pertemuan itu.
BERSAMBUNG...