Ling Yuan melihat bagaimana keluarganya dibantai di depan matanya sendiri. Hidupnya yang dipenuhi dendam dan kebencian membuat dirinya bertekad untuk membalaskan kematian keluarganya.
Mendapatkan kekuatan dari sebuah artefak yang mampu membuatnya menjadi lebih kuat dengan sistem kultivasi, Ling Yuan akhirnya menjadi kultivator yang disegani di dunia persilatan.
Namun belum lama ia membantai banyak organisasi kriminal dengan kekuatan barunya, dirinya sudah dijebak oleh mereka dengan cara mengepungnya.
Ling Yuan terbunuh di sana namun ternyata itu bukanlah akhir dari kisahnya.
Ling Yuan terlahir kembali tepat sebelum keluarganya terbunuh. Menyadari ada kesempatan untuk mengubah takdirnya, Ling Yuan berusaha menjadi lebih kuat dan melindungi keluarganya di kehidupan keduanya ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myuran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 11 — Teknik Pedang Air
"Nona, jangan memaksaku untuk menyerangmu!" Pria berotot itu menatap Lian Hua tajam sekaligus memberinya peringatan.
Pria berotot itu memiliki senjata juga, ada sebilah golok yang tersemat di punggungnya.
Lian Hua tidak menjawab, sebaliknya ia langsung maju dan menyerang pria berotot itu dengan teknik pedangnya.
Ekspresi pria berotot itu menjadi buruk, ia segera menarik goloknya untuk menghadapi gadis tersebut, dalam beberapa pertukaran jurus saja, Lian Hua mampu mendesak pria berotot itu dengan mudah.
Pria berotot itu mengerutkan dahi ketika melihat goloknya sudah mulai mengalami kerusakan saat berbenturan dengan pedang lawannya. Dia kemudian menyadari kualitas senjata keduanya ternyata berbeda jauh.
Benar saja, dalam belasan jurus berikutnya golok pria berotot itu sudah mengalami retakan halus.
Pria berotot itu berdecak kesal lalu mengambil jarak dari Lian Hua, ia kemudian menoleh ke arah sebelas rekannya yang semenjak tadi hanya menonton.
"Apa yang kalian lihat, bantu aku untuk hadapi dia!?"
Tanpa menunggu diperintah dua kali, rekan-rekan dari pria berotot itu langsung mengeluarkan golok mereka sebelum menyerang Lian Hua bersamaan.
Tindakan pria berotot itu mungkin terkesan pengecut karena harus menyerang seorang gadis dengan mengeroyoknya namun dalam dunia persilatan, terkadang kemenangan lebih penting daripada harga diri.
Semua pengunjung di restoran berpikir Lian Hua akan kalah melawan dua belas lawannya sekaligus namun diluar dugaan mereka, gadis itu nyatanya belum menggunakan seluruh kemampuannya.
Permainan pedang Lian Hua mendadak berubah saat ia diserang dari berbagai sisi, gerakan pedangnya menjadi mengalir seperti air.
"Teknik Pedang Air..." Gumam Ling Yuan ketika melihat teknik yang sedang digunakan gadis itu.
Ling Yuan mengenali teknik pedang Lian Hua karena teknik yang sama akan membuat gadis tersebut terkenal di dunia persilatan dimasa depan.
Teknik Pedang Air merupakan teknik pedang tingkat tinggi yang bisa digunakan dalam berbagai situasi pertarungan, dulu banyak orang yang ingin berguru pada Lian Hua karena teknik itu namun sampai Ling Yuan terbunuh, Teknik Pedang Air tidak pernah diajarkan kepada siapapun.
Gerakan pedang Lian Hua menjadi lebih gesit serta memiliki pola serangan yang sulit ditebak, meski satu melawan belasan orang namun dalam waktu singkat Lian Hua mengungguli pertarungan.
Perlahan tapi pasti Lian Hua memberikan luka pedang pada setiap lawannya sementara mereka tidak berhasil melukai gadis tersebut.
"Sial! Ternyata dia sekuat ini!?"
Pria berotot mengumpat dalam hati sesudah melihat kemampuan Lian Hua yang sebenarnya. Dia menyesal telah berurusan dengan gadis itu karena tidak berpikir Lian Hua yang terlihat masih muda memiliki kemampuan yang sangat tinggi.
Mata pria berotot itu kemudian melirik ke arah Ling Yuan yang sedang dijaga oleh dua pengawalnya, seketika sebuah ide terlintas dari pikirannya.
Pria berotot itu memberi instruksi pada dua rekannya untuk menangkap Ling Yuan, mereka bisa menggunakan bocah tersebut sebagai sandera untuk mengalahkan Lian Hua.
Lian Hua berhasil menangkap rencana mereka, sorot matanya seketika berubah. "Pengecut, apa kalian sungguh-sungguh seorang kultivator?"
"Kau pikir orang seperti kami peduli tentang harga diri, kau akan mengetahui konsekuensinya karena telah melawan kelompokku..." Pria berotot itu tertawa dengan lantang.
Dua rekan dari pria berotot itu memisahkan diri dari pertarungan dan langsung berlari ke arah Ling Yuan.
Lian Hua berdecak kesal, ia ingin menyusul dua pria tersebut namun langkahnya dihadang oleh pria berotot dan sisa rekannya.
Dua pengawal yang menjaga Ling Yuan mejadi ketakutan ketika dua pria itu bergerak ke arah mereka, pengawal itu hanya manusia biasa, sama sekali bukan tandingan bagi seorang kultivator seperti dua rekan pria berotot tersebut.
Disisi yang lain Ling Yuan terlihat masih tenang, ia maju beberapa langkah. "Paman, biar aku yang menghadapi mereka... Paman boleh mundur sebentar."
Dua pengawalnya jelas menolak perintah Ling Yuan namun setelah melihat bocah tersebut tersenyum dengan percaya diri, dua pengawal itu langsung menurut.
Lagipula bukan rahasia umum lagi kalau Tuan Muda keluarga mereka merupakan seorang kultivator, terlebih dia dikatakan sebagai anak jenius, dua pengawal itu yakin pasti ada alasan Ling Yuan berkata demikian.
Ling Yuan membalikan badan lalu tersenyum lebar ke arah dua pria yang ingin menangkapnya tersebut.
Mendadak bulu kuduk mereka meremang setelah melihat senyuman Ling Yuan. "Apa-apaan, bocah itu ingin melawan kita?"
"Kalaupun melawan dia hanya seorang bocah, tangkap saja langsung!"
Keduanya kemudian menyarungkan golok ke sarungnya karena tidak berpikir untuk melawan Ling Yuan dengan senjata, perbuatan yang sebentar lagi akan mereka sesali.
Ketika jarak mereka tinggal beberapa langkah lagi dari Ling Yuan, secara tiba-tiba bocah itu menghilang dari pandangan lawannya.
"Kemana dia?!"
"Kau lihat kemana? Aku ada disini!"
Salah satu dari keduanya terkejut tatkala menemukan Ling Yuan sudah selangkah di depannya. Sebelum ia bereaksi, Ling Yuan sudah melepaskan pukulan keras ke arah perutnya.
Satu pukulan tersebut cukup membuat pria itu bertekuk lutut sambil memegang perutnya. Meski terlihat seperti pukulan biasa, tapi pria tersebut seperti merasakan seluruh organ tubuhnya berpindah tempat.
Darah segar keluar dari sudut bibir pria itu, ia mengumpat, tidak menyangka Ling Yuan yang terlihat seperti seorang bocah polos akan memiliki kekuatan fisik semengerikan ini.
Satu rekannya yang lain sudah dulu melompat saat Ling Yuan memberikan serangan tersebut namun seperti sebelumnya, Ling Yuan juga kembali menghilang dan muncul di dekatnya .
Pria itu dengan panik ingin menarik goloknya tetapi gerakannya sedikit terlambat karena Ling Yuan sudah lebih dulu memukul perut pria tersebut.
Dalam waktu singkat, dua rekan pria berotot yang ingin menyandera Ling Yuan sudah dilumpuhkan dengan mudah.
Mulut dua pengawal yang menjaga Ling Yuan terbuka lebar, begitu juga dengan orang lain yang menyaksikan. Mereka tidak menduga Ling Yuan akan mengalahkan lawannya secepat itu.
"Guru, sekarang anda bisa fokus mengalahkan mereka!" Seru Ling Yuan.
Dalam kepungan musuhnya, Lian Hua menoleh ke arah seruan tersebut untuk menemukan Ling Yuan sudah mengalahkan dua lawannya.
Lian Hua sebenarnya terkejut tetapi ia segera fokus menghadapi pria berotot dan sembilan rekannya yang tersisa.
Ling Yuan sadar perhatian Lian Hua terpecah karena mengkhawatirkan dirinya sehingga tidak bisa langsung memaksimalkan kemampuannya. Kini dua orang yang ingin menyandera Ling Yuan sudah dikalahkan, gadis itu seharusnya bisa langsung mengakhiri pertarungannya.
Sorot mata Lian Hua berubah menjadi dingin, perubahan tersebut disadari oleh pria berotot dan rekan-rekannya.
Lian Hua mengalirkan qi ke senjatanya sebelum menggunakan jurus yang terdapat pada teknik pedangnya.
"Teknik Pedang Air — Tetesan Embun Salju!"
Lian Hua bergerak sangat cepat sampai ia terlihat menjadi beberapa orang, setiap cerminan dirinya kemudian menyerang ke arah yang berbeda.
"Bagaimana?!"
Pria berotot berpikir Lian Hua menggunakan sejenis ilusi sampai ia menyadari bahwa sepuluh bayangan gadis itu semuanya merupakan wujud asli.
Dengan jurusnya Lian Hua dengan cepat merubah situasi pertarungan, golok yang lawan-lawannya pakai sejak awal bukan tandingan pedang Lian Hua yang tajam sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk senjata mereka hancur berkeping-keping usai beberapa kali berbenturan dengan pedang gadis itu.
Lian Hua nyatanya tidak berhenti sampai di sana, setelah senjata mereka hancur, ia langsung menyerang pria berotot dan rekan-rekannya dengan nafsu membunuh.