Dia seorang wanita yang begitu dihormati dalam jalanan bebas harga diri. Dia bisa menjadi wanita yang begitu unik dengan tertawa gila nya. Ia juga Menjalankan tugas dengan berat.
Ini kisah dari Chandrea. Wanita licik dari tempat yang jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Karena dia meminta begitu, alhasil Alexa perlahan mendekat.
"Letakkan kedua tanganmu di pundakku," perintah Jake. Posisi mereka sekarang sangat dekat, hampir seperti saat Alexa akan menciumnya sebelumnya.
"Lakukan saja," ujar Jake. Alexa pun memegang kedua pundak Jake yang lebar. Jake juga memegang pinggang Alexa. Mereka saling menatap. Alexa terdiam, lalu perlahan mendekat untuk mencium Jake.
Namun, Jake sama sekali tidak melecehkannya; tangannya tetap diam di pinggang Alexa. Hal ini membuat Alexa curiga tentang apa tujuan Jake.
Saat Jake membuka mulutnya untuk ciuman lebih dalam, tiba-tiba Alexa menghindar dan menutup mulut Jake dengan tangannya. Hal itu membuat Jake terdiam, bingung.
"Aku... sebenarnya, bisakah kau jelaskan kenapa aku harus ada di sini?" Alexa langsung mendorong Jake dan berjalan mundur, menjauh.
Jake menatapnya datar dan menjawab, "Kau menginginkan uang, bukan? Kalau iya, bekerjalah bersama mereka di sini."
"Memangnya kapan aku setuju soal ini?" balas Alexa dengan tatapan tajam.
Jake tersenyum kecil dan berbisik, "Cukup bilang iya."
"Aku tak mengerti apa yang dia maksud atau rencanakan. Aku benar-benar tidak mengerti siapa dia sebenarnya." Alexa terdiam. Jake terus menatapnya sambil tersenyum kecil. "Aku akan mencari tahu siapa kau dan dari mana asalmu," katanya, lalu berjalan pergi. Sepertinya mereka berdua menyimpan misteri masing-masing.
"Cih... Aku akan lebih dulu mencari tahu siapa kau," pikir Alexa.
Mereka keluar dari ruangan itu dan disambut oleh Oak. "Jadi, Jake, apa yang bisa kulakukan dengan si cantik ini?" tanyanya sambil menghalangi jalan Jake.
"Jika dia ingin bekerja di sini, aku harus membaca CV termasuk resumenya," tambah Oak.
Jake menatap Alexa yang termenung mendengar itu. "CV? Masa lalu... apa dia akan memberikan CV-ku?" Alexa tampak khawatir.
Namun, Jake berkata, "Dia tak memerlukan CV atau apapun untuk bekerja di sini. Aku sendiri yang sudah melihat kemampuannya." Jake menatap Oak yang terdiam, lalu pergi meninggalkan mereka.
"He... hei, tunggu!!" Alexa hendak mengejar, tapi Oak menghentikannya. "Oh, benarkah kau bisa melakukannya? Kalau begitu, mari kita lihat kemampuanmu, cantik," ujar Oak sambil memegang tangan Alexa dan menariknya ke bagian lain, membiarkan Jake pergi tanpa penjelasan lebih lanjut.
"Wah... apa kau benar-benar bisa memperbaikinya?" tanya Oak sambil mengamati Alexa memperbaiki mesin mobil.
"Padahal kau wanita. Apa kau belajar dari seseorang atau sendirian?" tanyanya lagi. Alexa terdiam dan menatap datar. "...Aku diajarkan oleh ayahku, tapi dia mati sebelum menyelesaikan semua materi padaku."
"Oh, sangat disayangkan. Apa kau mengalami kecelakaan yang membuatmu berakhir seperti ini? Keluargamu punya masalah?"
"Maaf, aku tak bisa memberitahumu," jawab Alexa, menatap Oak dingin, membuatnya terdiam.
"Kalau aku boleh bertanya, apa pekerjaan Jake di sini?" Alexa menatap penasaran.
"Hm... dia itu manajer di sini sekaligus pemilik tempat ini. Dia seorang polisi kriminal," jawab Oak.
Alexa terkejut. "Polisi kriminal?!"
"Kau tahu kan polisi kriminal? Mereka bekerja kapan saja karena tugas mereka berat dan berbahaya. Tugas mereka menyelidiki kasus kriminalitas, termasuk membunuh pelaku di tempat. Mereka memang sesuka hati sih... Tapi ya memang tak ada larangan untuk mereka berbuat sesuka hati," tambah Oak.
Lalu Alexa mengingat saat dia melihat mayat di dalam mobil Jake saat itu.
"Apa itu berarti dia membunuh orang itu tanpa sebuah sebab? Polisi kriminal dikenal sebagai sesuatu yang sangat mengerikan. Mereka tidak membela melainkan melakukan sesuka hati. Dengan kata lain, pekerjaan ini tak lain dari seorang gangster yang bertindak semaunya. Apa dia pria yang berbahaya?" pikirnya sambil terdiam.
"Kau baik-baik saja, kan, seksi?" Oak menatap bingung.
"Aku... Baik-baik saja," Alexa tersadar. "Tak kusangka aku mendapatkan informasi secepat ini."
Malamnya Alexa berjalan melihat langit yang sudah gelap. Ia juga melihat Oak menutup tempat itu bersama pria bertopi misterius yang mengantar Alexa ke sana.
"Kau tidak mau pulang, seksi? Tempat ini akan tutup," tanya Oak.
"Aku... Akan pulang sekarang," balas Alexa.
"Apakah kau baik-baik saja? Di mana tempatmu?" tanya Oak lagi.
"Hanya sekitaran, cukup dekat," balas Alexa, sepertinya mencoba berbohong. "Kalau begitu, aku pergi," katanya sambil mulai berjalan.
"Tunggu dulu," pria bertopi itu tiba-tiba menahan lengannya sambil memegang ponsel.
"Jake bilang, dia akan datang kemari untuk menemui mu."
"Wah... Sebenarnya ada apa dengan kalian? Apa kau adalah orang spesialnya Jake?" tanya Oak.
Mendengar itu membuat Alexa ragu. "Memangnya dia ingin membahas apa lagi sehingga ingin menemuiku?" tanyanya.
"Kami tidak pernah tahu pemikiran Jake, jadi jangan bertanya pada kami," jawab pria bertopi itu, membuat Alexa termenung.
"Kalau begitu kau harus menunggu di luar, seksi. Aku juga harus pulang cepat, dan aku yang membawa kunci tempat ini," kata Oak.
"Baiklah," Alexa mengangguk, lalu ia berdiri menunggu di luar tempat yang gelap dan dingin.
Dia hanya memakai celana levis pendek dan kemeja hijau yang tidak dikancingkan karena dia memakai kaus putih di dalamnya.
"Ini sangat dingin untukku. Haruskah aku pergi duluan? Dia masih lama, kah?" pikir Alexa sambil menggigil. Di balik kulit pucatnya, rupanya dia sangat sensitif pada rasa dingin. Apa karena itulah dia tak apa-apa saat berada di bawah matahari?
Tak lama kemudian mobil putih berhenti tepat di depannya. Alexa membuka pintu di dekat bangku sopir. Ia melihat Jake duduk di sana.
"Kau sudah lama menunggu?" tanyanya.
"Hanya beberapa menit," balas Alexa.
"Kalau begitu masuklah," kata Jake. Alexa memasang wajah ragu.
"Kau mau membawaku ke mana?" tanyanya.
"Aku mengantarmu," balas Jake, membuat Alexa agak paham. Ia akhirnya masuk dan duduk di bangku samping.
"Bagaimana dengan hari pertamamu?"
"Hanya... Biasa saja. Kenapa dia mengawali pembicaraan dengan basa-basi seperti itu?" Alexa membalas sambil membuang pandangannya ke luar jendela.
Jake sedikit meliriknya, lalu tangannya menyentuh paha Alexa. Alexa terdiam tanpa menunjukkan reaksi apa pun.
"Apa malam ini sangat dingin? Padahal kau tadi ada di dalam. Kau berbohong bilang baru menunggu sebentar, padahal kau sudah lama menunggu," kata Jake.
"Aku tidak berbohong padamu, ini hanya... Sesuatu," jawab Alexa, menyela, membuat Jake terdiam.
"Tangan besar miliknya... Sangat hangat..."
"Sesuatu, ya?" kata Jake, lalu dia menarik tangannya kembali dan fokus mengemudi.
"Kenapa dia berhenti menyentuhku? Tangan itu tadi sangat hangat... Tapi ya sudahlah," pikir Alexa, menghela napas panjang.
Jake menghentikan mobilnya di depan sebuah bar. Alexa terdiam lalu menatapnya.
"Aku akan pergi. Terima kasih untuk tumpangannya," katanya.
"Tidak kah kau mau memberiku satu ciuman saja?" tanya Jake dengan lirikan yang dianggap mengerikan oleh Alexa.
"Kenapa dia tidak menyerah? Dia terus saja meminta ciuman... Aku tak akan memberikannya," pikir Alexa. "Apa itu sebuah persyaratan?" tanyanya.
"Persyaratan, ya? Mungkin itu ide yang bagus. Bagaimana jika beri aku satu setiap hari? Atau aku tidak akan memaksamu. Kali ini... Untuk hari ini saja," kata Jake.
"Aku tak mau mencium bibirmu," kata Alexa.
"Tak masalah, ciumlah di mana pun kau mau," jawab Jake sambil menunggu.
Alexa terdiam lalu perlahan mendekat mencium pipinya. Tangan Jake tak bergerak sama sekali. Alexa tak melakukan lebih dari itu. Setelah itu, Alexa keluar dan mengusap bibirnya beberapa kali, sementara Jake pergi dengan mobilnya.
"Tangan miliknya... Kenapa tak bergerak menyentuhku? Dari nada bicaranya, seharusnya dia langsung terbawa nafsu untuk melecehkanku. Tapi kenapa dia hanya diam, hanya menginginkan ciuman biasa itu? Apa dia benar-benar tak ada niat melecehkanku?" pikir Alexa sambil memegang bibirnya sendiri.
"Padahal aku hanya mencium pipinya, tapi kenapa harga diriku langsung terasa jatuh begitu saja..."
Lalu, terlihat Alexa berjalan menuju rumahnya di jalan sempit. Tapi ketika ia berjalan dengan tenang, terdengar klakson kecil dari motor besar di belakangnya dengan lampu yang menyala terang.
Alexa tidak peduli, namun motor itu tak disangka-sangka berhenti di sampingnya dan terdengar suara seorang wanita. "Permisi, nona, kami ingin bertanya soal wanita yang selalu bekerja di daerah sini..." ujarnya, suaranya mirip dengan Jangmi, dan suara itu dikenali oleh Alexa.
Seketika, Alexa menoleh, yang rupanya adalah Jangmi yang menyangga motor dan Chandrea yang memeluknya dengan helm full-face mereka.
"Eh, Alexa?" Jangmi membuka kaca helmnya.
"Ehehemmm... kita menemukannya..." suara Chandrea terdengar, membuat Alexa menatap tak percaya dengan apa yang terjadi, hingga tiba-tiba Jangmi memeluknya, membuat Alexa terkejut.
Lalu, Chandrea berjalan mendekat sambil melepas helmnya, seketika rambut pirangnya terlihat sangat panjang. "Ehehemm, Alexa...!" Dia juga memeluk Alexa.
"Ke... kenapa ini? Kenapa kalian bisa ada di sini?" tanya Alexa.
"Chandrea sangat merindukanmu, jadi aku mengantarnya untuk mencarimu. Kenapa kamu tidak membalas pesanku saat itu... kenapa?" tanya Jangmi dengan tatapan menuntut.
"Maaf, aku pikir kau hanya bertanya dan tidak kemari, ternyata kalian kemari... aku bahkan sudah lupa bagaimana kita bertemu..." ujar Alexa dengan ragu. Lalu, Chandrea memegang pipinya dengan lembut dan senyuman yang tulus. "Kamu masih saja cantik..."
Jangmi, yang mendengar itu, menjadi terkejut. "Hei, apa maksudmu, Chandrea? Jadi hanya dia yang cantik?" tatapnya dengan kesal.
"Eheheemmm... Jangmi juga cantik kok..." balas Chandrea dengan mudah, membuat Jangmi tertawa kecil.
"Ah, Alexa, ayo bawa kami ke rumahmu... kita sudah lama tidak mengobrol..." tatap Jangmi.
Alexa terdiam sejenak lalu mengangguk. "Maaf jika sempit..."
Hingga rupanya benar, rumah Alexa hanyalah sebuah rumah kecil yang tersembunyi. Seperti rumah kecil yang lengkap dengan segala sesuatu. Ada sofa, kasur, dan lainnya di sana dalam satu ruangan, kecuali kamar mandi yang tidak terlalu lengkap.
"Alexa, Jangmi bilang kamu tinggal di sini sendirian?" tatap Jangmi dengan khawatir, lalu Alexa menghela napas panjang. "Begitupun, aku juga masih bisa makan..."
Lalu, Chandrea menanyakan sesuatu. "Kau sudah menjual tubuhmu?" tatapnya, lalu Alexa menggeleng.
"Itu bagus, biarkan kami di sini, ya, kami akan menemanimu..." tatap Chandrea.
"Tapi, apakah rumor soal jalanan sang Ratu masih berjalan? Bagaimana jika polisi menemukanmu di sini, Chandrea?" tanya Alexa.
Tetapi, Jangmi dan Chandrea justru tertawa terbahak-bahak. "Hhahaha... Hei, ini Chandrea, jangan khawatir, dia seperti seorang 'rubah', seorang 'kucing', bahkan seorang 'kelinci' dalam satu malam... Kau mengerti kan, sudah, aku lelah, biarkan aku dan Chandrea tidur, ya..." tatapnya, lalu Alexa mengangguk pelan dengan wajah serius.