NovelToon NovelToon
RACUN

RACUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Kisah cinta masa kecil
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kelabu yang menyelimuti rumah tangga selama lima tahun?

Khalisah meminta suaminya untuk menikah lagi dengan perempuan yang dipilih mertuanya.

Sosok ceria, lugu, dan bertingkah apa adanya adalah Hara yang merupakan teman masa kecil Abizar yang menjadi adik madu Khalisah, dapat mengkuningkan suasana serta merta hati yang mengikuti. Namun mengabu-abukan hati Khalisah yang biru.

Bagaimana dengan kombinasi ini? Apa akan menjadi masalah bila ditambahkan oranye ke dalamnya?

Instagram: @girl_rain67

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A. 13~ Sungguhkah Aku

Begitu memasuki halaman rumah, Abizar tak membuang waktu bahkan untuk sekedar memasukan mobil ke dalam bagasi. Ia meminta bantuan pada pak Angga dan bergegas masuk rumah.

"Mama!" pekik Abizar di ruang tamu.

Mama Laili muncul, secara takut-takut mendekat putra semata wayangnya. Diikuti Hara yang berdiri di tengah keduanya.

"Beritahu padaku, Ma. Apa yang Mama lakukan sampai membuat Khalisah memutuskan pergi dari rumah ini?" tanya Abizar mencoba menahan suaranya agar tidak meninggi. Ingatlah dihadapannya ini adalah wanita yang telah mengenalkannya pada dunia.

Meski takut menatap wajah anaknya, mama Laili tetap menerangkannya. "Mama memarahinya karena membuat perut Hara kesakitan, soalnya beberapa hari ini semua pekerjaan rumah disuruh Hara yang kerjain. Mama nggak mau Hara kelelahan dan berakibat pada kandungannya."

"Oke, alasan Mama bisa diterima. Tapi haruskah Mama menyebut Khalisah 'kotor?" Kali ini Abizar mulai sedikit kehilangan kendali.

"I-itu, itu...."

"Itu Mama nggak sengaja ngucapinnya. Sebenarnya ini kesalahan Hara, Hara yang ngagetin mbak Khalisah sampai mbak Khalisah menjatuhkan piringnya. Hara mau beresin, tapi perut Hara malah sakit. Mama cuma khawatir sama kandungan Hara saja kok," jelas Hara yang disimak Abizar dengan mimik datar.

"Tetap saja itu tak menjadi alasan bagi Mama untuk menyebut Khalisah kotor, karena kata 'kotor' itu tak pantas disandingkan kepada Khalisah." Menoleh pada sang Mama. Abizar kemudian melewati keduanya.

"Renungi kesalahan kalian, terkhusus Mama. Mama harus meminta maaf begitu Khalisah pulang ke rumah," pesan Abizar menaiki tangga.

Aku harap kamu baik-baik saja, Khalisah. Karena sedetik saja kamu berada diluar rumah bakal menjadi hal berbahaya untukmu.

Di sisi lain, Khalisah terlihat berbaring di atas kasur single-nya. Dirinya tak tahu harus melakukan apa dan hanya bangun ketika waktu shalat dhuhur dan ashar tiba, selebihnya ia mencoba tidur namun kantuk tak terasa. Khalisah termenung.

"Pasti mas Abi mencariku begitu tahu aku keluar rumah," pikirnya sportif.

Namun sedetik kemudian Khalisah menyungging senyum miris. "Aku berharap rupanya. Bagaimana kalau semuanya kembali ke awal, dimana hanya ada aku dan Tuhanku saja. Masa-masa itu ya...."

"Aku bukannya membenci masa laluku, ya Allah. Hanya saja aku mensyukuri keadaanku sekarang. Rame, walau ramenya gara-gara sindiran Mama." Khalisah tertawa, cuma sebentar karena setelah keningnya mengkerut.

Klek!

Ada suara handle diputar dan bunyi 'krit' pintu terbuka.

Segera Khalisah bangkit dan mempersiapkan dirinya sampai ke kaos kaki dan cadar, barulah ia keluar kamar.

Apa buk Rani ya? pikir Khalisah.

Dan ketika tangannya berhasil menutup pintu kamar, Khalisah mematung.

Di hadapannya ada seorang laki-laki yang sangat dikenalinya, tersenyum kepadanya.

Khalisah membuka mulutnya hendak berteriak, namun seakan tahu perbuatannya laki-laki itu bergerak cepat membungkam lobang dibalik cadar itu dengan tangan satunya di pinggang Khalisah.

Khalisah menarik tangan yang menutup mulutnya, lalu mendorong dada orang yang berani mengikis jarak dengannya. "Kamu!"

Meski begitu laki-laki itu menunjukkan senyumannya.

Flashback On.

Tangan kecilnya sesekali mengguling ke samping lantaran cenat-cenut, namun perempuan bernama Khalisah itu tetap mengusahakan menyelesaikan catatan IPS lima lembar di waktu semua penghuni sekolah sudah pulang.

Dan. "Selesai," sorak Khalisah mendirikan bukunya, namun naas buku itu harus basah lantaran tuangan air seseorang.

Cur, cur.

Bukunya ditarik dan suara robekan pun terdengar. Walau begitu Khalisah tetap tak memandang pelaku dan hanya mengepal kedua tangannya di atas meja.

Buku bekas baruku.

"Nah."

Satu buku baru dalam keadaan terbuka diletakkan atas meja. "Silahkan tulis kembali ya. Aku pulang dulu, dada."

Laki-laki itu meninggalkan Khalisah dalam keadaan hati terbakar.

Akan tetapi tetap saja berujung helaan napas panjang, Khalisah mencoba tabah dan memasukkan bukunya ke dalam tas.

Setidaknya aku punya buku baru.

Perempuan kecil itu mencoba mengambil hikmahnya saja.

Dan kejadian ini terjadi waktu sekolah dasar, lalu bagaimana sekolah menengah pertama.

Khalisah bekerja paruh waktu di sebuah gerobak keliling yang berjualan mie ayam. Letaknya di taman, jadinya nggak masalah mengatur kursi dan meja banyak dan pemilik usaha pun udah dapat izin jualan di sini.

Ketika kakinya diberi waktu berdiri tegak belum melangkah lagi, segerombolan anak laki-laki datang. Salah satu mereka tersenyum jahil seperti biasa dan memanggilnya.

"Dahi, kami mau memesan," ujarnya melambai satu tangan.

Mau tak mau Khalisah menghampiri karena cuma dirinya yang dipanggil 'Dahi' oleh laki-laki itu. Dan begitu sampai ia mengangkat papan tempat menulis pesanan, tanda bahwa ia siap menulis pesanan tanpa perlu membuka suara.

"Dua belas mie ayam, minumannya susu coklat, jus jeruk, jus naga, kopi susu, dua es teh, empat capucino, luwak satu, jus pir dua."

Reflek dahi Khalisah mengkerut, ia cuma berhasil menulis susu, jus, jus, kopi, es, empat, luwak, jus pir entah berapa. Bagaimana pun pesanan yang diucapkan terlalu cepat hingga Khalisah cuma berhasil menulis setengah.

Kekehan terdengar. Oke, Khalisah paham sekarang. Lagi-lagi ia dijahili oleh laki-laki ini.

Kerutan mulai timbul, namun perlahan menghilang saat hembusan napas panjang kembali dikeluarkannya. Khalisah cuma bisa memperlihatkan satu telunjuk karena ia benar-benar malas berbicara.

"Apa? Ulang? Oke." Tuh kan, laki-laki itu tak mungkin paham kalau memang bukan itu tujuannya.

Akhirnya laki-laki mengulangi, namun tetap saja cepat. Dan laki-laki itu tertawa ketika Khalisah memperlihatkan telunjuknya lagi.

"Kamu tuli ya? Masa nggak bisa dengar pesanannya, Edgar," celetuk anak di depan laki-laki itu.

"Diamlah."

Khalisah tersentak atas kalimat dingin yang terdengar dari laki-laki yang terkenal ramah di sekolah.

Anak yang kena nada dingin itu pun terdiam.

Apa yang barusan terjadi? Bingung Khalisah.

Dan ketika sekolah menengah atas dijalaninya, mulai menjadi ringan dari rizkinya karena orang-orang mau mempekerjakan anak SMA. Namun tetap berat di sekolah.

Khalisah menyusuri trotoar untuk menuju ke sekolah. Jarak antara rumahnya dan sekolah lumayan jauh sehingga Khalisah selalu bangun awal walau lagi datang bulan. Dan ia tak menaiki angkutan umum karena merasa biaya angkutan umum sedikit bisa untuk hal lain.

Namun bala menghampirinya, entah bagaimana laki-laki jahil itu berjalan beriringan dengannya. Yang memuakkannya ialah jaketnya ditarik sehingga langkahnya tertahan.

Tak kehabisan akal lantaran kejahilan ini sering terjadi di hari Sabtu, Khalisah melepas jaketnya dan berjalan cepat. Kali ini bersyukur banget ia tak punya tas, jadinya buku sekolah ia angkut.

Tapi laki-laki itu juga punya seribu kejahilan, tangannya meraih seragam Khalisah hingga ujung belakang seragam keluar. Reflek Khalisah melayangkan kaki ke belakang saking terkejutnya, sampai laki-laki itu mundur. Sempat loading lama, tapi akhirnya bertepuk tangan.

"Keren."

Khalisah kembali dibuat menghela napas olehnya.

Inilah contoh kejadian hari Sabtu, dimana laki-laki itu berusaha agar dirinya terlambat sekolah, sehingga ia berakhir berdiri di lapangan sembari menghadap bendera seorang diri.

Pasalnya ketika waktu mulai mepet, mobil tiba-tiba menjemput laki-laki itu dan pergi laju ke sekolah.

Namun ada satu hal yang Khalisah syukuri dari perbuatan laki-laki itu yang selalu membuatnya terlambat di hari Sabtu.

Aku tidak k perlu mengikuti pelajaran olahraga, pak Nasri. Khalisah tersenyum dibalik cadarnya, soalnya guru olahraga tersebut agak rada-rada menyeleweng.

Flashback Off.

...☠️...

...☠️...

...☠️...

Bersama; Tisara Al-Muchtar dan juru lainnya ✌️.

1
Masitoh Masitoh
aduh teka teki BYK..
Dinda Putri
up
Aminin azaaa
bingung Thor Edgar kan seorang polisi, tp bertahun tahun jd bodyguard khalisah, gimana cara bagi waktu nya🙏🙏
Masitoh Masitoh
jujur aku heran dgn sikap Khalisah terlalu baik ya Thor walau mertua SDH hadirin madu bahkan suaminya mafia
@Girl_Rain67: Jujur, Rain pun pengen jadi Khalisah. Tapi tak sanggup 😢
total 1 replies
Dinda Putri
up
Dinda Putri
Lanjut Thor jangan kelama an upnya jadi penasaran
@Girl_Rain67: Siap, kak
total 1 replies
Dinda Putri
luar biasa
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
@Girl_Rain67: Insyaallah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Aminin azaaa
lanjutkan
@Girl_Rain67: Siap, kak. /Smile/
total 1 replies
Aminin azaaa
lanjut
Gadiscantik27
Malam, kak. Boleh minta support balik, kak?
@Girl_Rain67: Boleh, kak 🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!