Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Alumni Tower 9
Happy Reading... 🩷
Kadang kala langit merasa bosan menampakan wajah cerahnya menjadi biru atau jingga, seperti hari itu, matahari melayang entah kemana, mungkin dia undur diri sementara mempersilahkan sapuan mendung berupa gumpalan awan hitam yang menandakan kesedihan.
Langit pun mengajarkan, jika ia muram, warna yang ditampilkan adalah awan berwarna kelabu. Pemuda itu masih berdiri di atas tanah basah sebuah perkuburan korban Covid, yaitu mama dari Kanaya. Meski pun banyak yang melarang mendekat. Reno telah berjanji pada sang gadis untuk mendokumentasikan pemakaman mama Kanaya.
Butiran air hujan yang meluncur bagai ribuan anak panah tidak jua menyurutkan langkahnya untuk terus membidikkan kamera ponselnya demi mendapatkan gambar yang terbaik.
"Hey, sudah kamu pulang sana. hujan makin deras" tegur seorang pengubur makam
Atensi Reno beralih, "Baik pak"
"ke tenda sini, Ren." ajak Iyan
Reno berlari kecil dengan sepatu yang sudah penuh tanah merah. "Piuuhh ... Hujan gak pake permisi" gerutunya
"Dia udah kulo nuwun dari tadi, tuh lihat aja awan masih kelabu!" jawab seorang Kapten yang saat itu ditugaskan menjadi ketua pengurus kematian.
Reno menunduk kepalanya sekilas tanda mengiyakan ucapan bapak tersebut.
"Kamu teman anak pak Sandi?" tanyanya memecah obrolan
"Iya pak." Reno mengulurkan tangannya agar terpapar derai air hujan yang masih mengguyur tenda pemakaman, lalu membersihkan tangannya dari noda tanah. Dengan lincah tangannya mengirimkan gambar pemakaman pada Kanaya.
Bapak Kapten melirik aktivitas Reno karena posisi tubuhnya yang sedikit menempel dengan bahu Reno, "Kalo photo nya kurang, minta aja sama mas Samsul, petugas bagian dokumentasi."
Reno melirik ke samping dengan wajah malu, "Emangnya boleh, pak"
"Boleh dong!" jawabnya sambil mengembangkan senyum
"Sam, kasih dokumentasi pemakaman ke anak ini" titahnya.
"Siap, Dan!" sigap Samsul
"Emailmu, le!" tanya Samsul
Mereka pun bertukar email dan saling mengirim foto.
Foto dan video pun sudah terkirim, Reno sempat berdecak kagum dengan kinerja bapak-bapak TNI ini, bukan hanya mampu mengendalikan senjata, namun urusan dokumentasi juga tidak kalah dengan para konten kreator dan editor film.
"Terima kasih mas Samsul, ini sudah lebih dari cukup" jawab Reno
"Ojo sungkan, Le. Kalau mau tanya lainnya bisa chat saya langsung" ucap Samsul.
Reno segera mengirimkan video yang sudah diedit oleh Samsul ke nomer Kanaya. Di video itu Kanaya bisa melihat langsung semua prosesi sejak mamanya dimandikan, dikafankan, disholatkan hingga berakhir dimakamkan secara terhormat dengan di hadiri para kerabat dan teman sejawat beliau dari berbagai kalangan.
💌 Reno : Send Video📹
Send foto 📸
💌 Kanaya : "thx!"
💌 Reno : "Kamu yang tabah Kanaya, jangan sedih. Kalau perlu temen ngobrol aku siap 24 jam. Kamu di tower berapa Kanaya? Kalau butuh apa-apa bisa hubungi aku atau Dea."
💌 Kanaya : GK
Reno menghela napas berat, tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Baru kali ini dia menghadapi orang yang dry teks seperti Kanaya. Bahkan teman cowonya gak ada yang berani jawab pesan dry teks padanya.
Merasa responnya tidak sesuai harapan, Reno memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana, begitu juga dengan tangannya yang sudah kedinginan dia hangatkan di dalam saku celana.
Mereka terus menunggu hujan reda dengan diiringi obrolan ringan, seseorang yang berpangkat sama dengan pak Sandi, sedikit berbisik menceritakan kesulitan satgas di Kongo. Obrolan yang sangat menarik bagi Reno, hingga dia menajamkan telinganya untuk mencuri dengar.
"Aku rasa dia masih tertahan di Ranpur saat kejadian itu terjadi. Semoga aja lettingku itu selamat, sun!" lirihnya
"Iyo Tor, melas anake wedok siji-sijine kalau jadi yatim piatu" timpal salah satunya yang berpangkat Mayor
Note : (Tor \= Mentor, biasa dipakai untuk sebutan senior. Sun \= Sisun, biasa dipakai untuk sebutan Junior. Letting \= Angkatan masuk akademi)
"Jadi kabar Letkol Sandi bagaimana, Dan?" tanya sang Kapten yang baru ikut nimbrung.
"Masih dirawat di ICU karena cidera kepala berat" jawab sang letkol
Reno menoleh ke arah kanan, dimana sumber suara tadi. Wajahnya mengeras, airmatanya mulai mengisi rongga bola matanya, bibirnya bergetar, dia ingin ikut masuk di dalam obrolan dan menanyakan kejadian yang sebenarnya tapi hatinya belum siap. Tiba-tiba respon tubuhnya lebih menguasai dan terlarut dalam kesedihan mendalam. Kakinya tiba-tiba lunglai.
Reno terjatuh dalam posisi sujud. Bahunya terguncang hebat menahan suara isakan yang akan keluar.
"Loh, kenapa kamu le?" tanya salah seorang pelayat
Iyan dengan sigap memeluk Reno, dia tahu komandannya adalah idola pemuda itu.
"Kamu bantu doakan saja, Ren. Jangan beritahu Kanaya dulu. Dia belum siap mendengar keluarganya dilanda musibah." Ucap Praka Iyan
Dengan nada bergetar Reno berusaha protes, "Kenapa Om gak cerita dari tadi?"
"Aku mau cerita tadi, wajah kamu udah sewot duluan. Malah melarang aku cerita aib ibu" sanggah Iyan
"Gimana kejadiannya dan keadaan bapak sekarang, Om?" isakan pun kini mengiringi suaranya
"Kendaraan yang bapak tumpangi melewati ranjau, Sekarang masih di ICU, cidera kepala berat" jawab Iyan
"Makanya kenapa bapak sulit di hubungi selama dua bulan ini, bapak masih koma, Ren" imbuhnya lagi.
Reno makin meraung, dia selalu merasakan firasat buruk, dan bermimpi buruk tentang idolanya, tapi seringkali pula dia tepis perasaan itu.
"Sabar, Reno. Bapak butuh doa bukan tangisan kejer kamu." pesan Iyan
Tangisan Reno berangsur reda seiring derai air hujan yang kian menyusut. Jadi mendung dan hujan hari ini adalah pertanda kesedihan Reno yang mendalam baru saja menyapa. Mulai saat itu, Reno bertekad akan menemani Kanaya dalam suka maupun suka.
Hari terus berlalu, Kanaya dan seluruh keluarganya masih di wisma atlet. Dengan bantuan dari rekan-rekan Pak Sandi, Reno dapat mengakses keberadaan Kanaya yang ada di tower 9. Dan dengan berbagai cara Reno memberi perhatian baik secara moril maupun material.
Pemuda itu tidak pernah bosan mengirimkan makanan, Vitamin pada Kanaya. Meskipun respon Kanaya sangat datar, tidak sesuai harapan Reno.
"Dum! Capek banget gue, nih cewe dry teks parah. Susah banget buat gue buka obrolan panjang sama dia." dengus Reno
"Sabar Ren, cinta emang butuh pengorbanan" jawab Aldo
"Tuh, crush lo ... Lagi meluk boneka yang kemaren lo kirim" tunjuk Dumas.
Mereka bertiga saat itu juga sedang di isolasi karena hasil test swabnya dinyatakan positif Covid.
☘️☘️
Hari kepulangan Kanaya beserta Yangkung dan Yangti nya dari Wisma Atlet, Reno dengar dari Iyan, Reno berencana membuat kejutan dengan membuat banner ucapan selamat datang kembali ke rumah, tentunya dibantu oleh ART yang sudah terlebih dulu diperbolehkan pulang.
Kanaya turun dari mobil Pajero hitam dengan memeluk boneka Tedy bear besar yang Reno kirimkan beberapa hari lalu. Wajah gadis itu sangat sendu, matanya masih sembab. Dan wajahnya polos tanpa make up sedikitpun.
Reno tersenyum saat Kanaya menangkap kehadirannya dengan tatapan, kini tatapan itu lebih ramah tidak lagi dingin seperti sebelumnya.
"Ini yang namanya Reno itu, Nay?" tanya Eyangkung
"Iya Eyang" jawab Kanaya seraya menunduk malu
"Ayo masuk, Ren." ajak Eyangti
"Iya, Eyang." Reno ikut masuk ke dalam
Mata Kanaya terbelalak melihat banner ucapan selamat datang dengan foto dirinya dari beberapa angel pose foto.
"Kapan photo- photoku diambil? Kok bisa sih ... " Kanaya tertegun menatap banner yang terpampang di teras rumahnya.
"Paparazinya bucin" jawab Dumas, yang kontan saja mendapat sikutan tajam dari Reno di perut Dumas
"Kamu gak takut ketularan Covid, Sampai masuk ke area olahraga di tower 9" tanya Kanaya penasaran
"Hahaha ... Kamu gak tau ya Nay, kami juga penghuni tower 9. Reno, aku, dan Aldo. Kita alumni tower 9. Nay ... " seru Dumas
Kanaya menatap Reno lama, menunggu Reno menjawab. Pemuda itu hanya memiringkan kepalanya dengan canggung dan mengulum senyuman.
Kanaya melangkah mendekati Reno, "Terima kasih ya"
Reno manggut-manggut sambil tersenyum manis.
"Masa terima kasih doang sih, Non?" ledek Aldo
Kanaya menoleh ke arah Aldo, dan mencari tanggapan lain. Lalu dia menatap Reno lagi. "Ayo masuk dulu" Kanaya menarik lembut ujung baju Reno untuk ikut masuk ke dalam rumah Eyangnya.
Kedua sahabat Reno seketika tantrum, mereka berjingkrak-jingkrak dan bertepuk tangan tanpa suara di belakang Reno dan Kanaya.
Kanaya pamit naik ke atas untuk berganti pakaian.
Setelah seorang ART menyiapkan minum dan makanan ringan di depan mereka, Eyangkung ikut duduk di ruang keluarga.
"Kalian gak takut kan dengan kami penyintas Covid?" tanya Eyangkung
"Kami juga alumni Eyang" jawab Reno sambil memamerkan deretan giginya.
"Hohoho ... Eyang terima kasih kalian udah menghibur Kanaya, tiap hari yang Kanaya tunggu chat dari Reno. Yang mana namanya Reno" Eyangkung menelisik wajah ketiga remaja itu
Reno mengangkat telunjuknya. Bisa dibayangkan saat ini hatinya sedang bermekaran bunga-bunga.
Kanaya yang baru turun dari anak tangga sempat menghentikan langkahnya karena kejujuran Eyangkung. Pipinya seketika memerah, merona. Betapa malunya dia, Reno tahu kalau dia sangat menunggu setiap chat dari pemuda itu.
Kanaya membalikkan badannya ingin kembali ke kamarnya, wajahnya tidak bisa lagi dia kondisikan, malu teramat sangat.
"Nay! Sini temani Eyang." panggil Eyangkung
Kanaya membalik lagi badannya, hal pertama yang dia lakukan adalah menatap wajah Reno. Pemuda itu juga sedang menunduk dan mengulum senyuman. Dengan langkah pelan Kanaya menghampiri tempat kakeknya duduk.
"Eyang kenapa ngomong kayak gitu ... " bisiknya
"Ya memang toh, kamu selalu nungguin chat dari Reno. Terus sering senyum-senyum kalau Reno kirim pesan." jujur Eyangti menimpali
Kanaya menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Maaf ya Nay, kalau chat aku ganggu waktu istirahat kamu ... " basa basi Reno
Kanaya menggoyangkan telapak tangannya, dia sudah tidak sanggup lagi bicara karena malu.
Dumas dan Aldo yang tau perjalanan kegalauan sahabatnya saat dicuekin Kanaya, ikut menggodanya dengan banyolan-banyolan kocak.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
B e r s a m b u n g ...
Hai Guys ...
Selamat menjalankan ibadah puasa, tetap semangat ...
Jangan lupa tinggalkan like, komen dan votenya ya🩷🫰