Notes : zona dewasaaaaaa!
“Om nikahin temenku ya? Ntar dapet istri sekaligus anak di hari pertama kalian menikah!”
Ide gila yang muncul dari Tari, membuat masa depan Lea yang hancur lebur menjadi indah.
Siapa sangka? Luca, pria yang Lea nikahi sebagai ayah darurat dari janinnya, telah merubah kehidupannya menjadi lebih berwarna dan berarti.
Akankah Luca menutup mata dengan siapa ayah kandung dari janin di perut istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Poli Obgyn
...“Pak, sini, Pak. Ketemu dulu sama anaknya.” — Dokter Obgyn...
“Katanya mau ke rumah sakit?”
Lea kebingungan saat mobil yang ia tumpangi memasuki sebuah mall yang cukup elit di kota itu.
“Saya ada perlu sebentar.”
Lea hanya diam dan tak berkomentar. Ia melirik jam di dashboard mobil. Dua menit lagi, waktu menunjukkan pukul sepuluh. Bertepatan dengan jam operasional mall dimulai.
Mobil yang ditumpangi oleh dua orang itu sudah terparkir di basemant, berhadapanan dengan pintu masuk mall. Jadi, mereka tak perlu berjalan jauh untuk mencari pintu masuk.
Luca keluar dari mobilnya dan bergegas membukakan pintu untuk Lea.
Drttt. Drttt.
Ponsel Luca bergetar. Ia langsung mengangkat panggilan dari sahabatnya, sembari memberi isyarat wajah kepada Lea, untuk bergegas masuk ke dalam mall yang sudah mulai beroperasi.
^^^“Luc, cewe yang kemaren pingsan.”^^^
^^^“Ada hubungan apa sama lo?”^^^
Luca mengerutkan keningnya begitu Gerry bertanya tanpa basa basi.
^^^“Gue bisa minta kontaknya—”^^^
“Calon istri.” Seloroh Luca tanpa basa basi sembari sepasang matanya menatap lurus ke depan, ke arah tubuh gadis yang akan menjadi istrinya. Ia berjalan di belakang Lea yang saat itu sedang melihat ke sana ke mari.
Terdengar suara ketawa terbahak-bahak di sebrang sana. Gerry seolah menertawakan khayalan sahabatnya yang sudah dijuluki ‘Jomblo Akut’. Tak pernah pacaran dan introvert, tapi tiba-tiba ingin menikah? Bahkan gadis itu sepertinya jauh lebih muda dari mereka.
“Gue serius.”
Gerry terdiam. Seketika tawanya terhenti.
^^^“Lo bohong, ‘kan?!”^^^
“Kalo ada hal penting, wa a—”
^^^“Gue ngerasa cewe itu familiar.”^^^
^^^“Kayak pernah ketemu. Tapi … gue nggak inget kapan dan di mana?”^^^
Luca tersenyum setengah, seolah mengejek sahabatnya. Pasalnya, Gerry terkenal dengan pemain wanita. Bahkan dalam sebulan ia bisa saja gonta ganti pasangan, karena tampangnya yang tampan dan profesinya yang cukup memukau. Ditambah lagi ia anak konglomerat. Wanita mana yang tidak terpedaya padanya?
Luca menghentikan langkahnya. Kemudian ia memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana.
“Ge, gue nggak masalah kalo lo mau deketin wanita mana pun.”
“Tapi untuk yang satu ini, jangan pernah lo deketin.”
^^^“What the—”^^^
“Udah ya, gue lagi sama dia sekarang.”
Luca langsung mematikan ponselnya. Kemudian, ia melihat sekelilingnya, mencari sosok Lea yang sudah hilang dari pandangannya. Pria bertubuh atletis itu mempercepat langkahnya. Ia melihat ke sana ke sini untuk mencari Lea. Langkahnya terhenti saat melihat gadis itu berada di sebuah toko boneka.
Luca menghela nafas tenang, begitu melihat Lea sedang sibuk melihat sebuah boneka beruang berwarna coklat dengan pita merah di lehernya.
“Mau saya belikan?”
Lea tersentak kaget saat ada suara bariton mengusiknya dari belakang. Ia menoleh kebelakang sembari mengangkat kepalanya. “Aku bisa beli sendiri.”
Lea mengambil boneka tersebut, kemudian membawanya ke kasir. Saat tiba di kasir, Lea merogoh tas selempangnya untuk membayar tagihan.
“Pakai ini aja, Mbak.” Luca menyerahkan black card-nya. Kemudian, ia mensejajarkan tingginya dengan Lea dari belakang, dan berbisik ke telinga gadis itu. “Anggap ini kado perkenalan kita.”
Seketika wajah Lea memerah seperti tomat mateng. Kasir yang tadinya sibuk mengutak atik mesin EDC, ia pun ikut tersipu karena tingkah Luca yang bikin meleleh.
“Pin-nya, Pak,” ucap kasir tersebut sambil menyerahkan mesin EDC kepada Luca.
Setelah melakukan pembayaran, Luca mengajak Lea pergi ke toko perhiasan.
“Pilih model yang kamu suka,” ucap Luca saat mereka berdua berada di etalase yang berisi cincin berlian.
Deg! Deg! Deg!
Lagi-lagi jantung Lea berdetak tak karuan. Ia memeluk boneka yang dibelikan Luca tadi dengan sangat erat, mencoba menenangkan diri yang saat itu sedang gelisah dan tak tenang.
Karena cukup lama Lea melihat tanpa mengambil keputusan, pramuniaga toko itu menyarankan sebuah produk baru kepada mereka. “Ini model baru yang baru dateng kemaren. Bisa dicoba dulu, Pak.”
Luca mengambil cincin pasangan yang untuk wanita dari kotak yang diberikan oleh pramuniaga tadi. Kemudian, ia mengambil tangan kanan Lea, dan menyarungkan cincin tersebut ke jari manis gadis itu.
“Cantik,” gumam Luca tanpa sadar. Padahal yang ia katakan cantik itu adalah Lea. Bukan cincinnya.
Sesaat kemudian, ia sadar bahwa tangan gadis itu dingin sekali dan telapak tangan gadis itu juga basah. Ia mengeluarkan sapu tangan dari kantongnya, kemudian mengelap telapak tangan gadis itu.
“Gimana? Kamu suka?” tanya Luca santai.
“Suka.” Lea mengiyakan pertanyaan Luca. Pertanyaan yang ia pikir suka dengan act of service dari Luca, padahal, Luca menanyakan apakah ia suka dengan cincin itu atau tidak?
Luca mencoba cincin pasangan yang khusus pria, dan ternyata ukurannya pas. Sehingga tak perlu pramuniaga itu bersusah payah mencari ukuran yang sesuai dengan jari mereka.
Setelah mereka membeli cincin, Luca memutuskan untuk langsung memakainya tanpa harus mereka simpan lagi di dalam kotak. Lalu, mereka bergegas meninggalkan mall dan menuju ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Luca mendaftarkan administrasi untuk ke poli obgyn. Setelah mendapatkan nomor antrian, mereka menuju ke ruang tunggu poli obgyn, melakukan pengecekan berat badan, pengecekan tensi, menyampaikan keluhan dan menunggu nomor urut mereka dipanggil.
“Ibu Eleanor Lunette?” panggil suster sambil mencari sosok pemilik nama yang ia sebutkan.
“Saya, Sus,” sahut Lea sambil berdiri dari duduknya.
“Silahkan masuk ke ruangan, Bu.”
Lea berjalan sendiri ke dalam ruangan. Sementara Luca, ia bimbang dan bingung. Apa sebaiknya ia ikut? Atau tetap menunggu di luar? Ia pun pura-pura bermain ponsel seolah-olah sedang membalas pesan.
“Suaminya bisa ikut aja, Bu. Nanti ada beberapa hal yang mau dokter sampaikan terkait kehamilan muda.”
Luca langsung berdiri dengan sigap setelah mendengarkan saran suster kepada Lea.
“Maaf tadi ada lagi ada kerjaan,” dusta Luca pada Lea. Padahal jelas sekali ia gugup saat itu.
Keduanya pun masuk ke dalam ruangan, disambut dokter yang ramah.
“Pengecekan pertama ya, Bu?” tanya Dinna, dokter yang terlihat sudah berusia itu. “Ayok kita ke USG dulu.”
Dokter itu berjalan menuju kasur pasien yang berdampingan dengan meja, di mana di atasnya ada alat USG yang disebut transducer.
“Iya, baru pertama, Dok,” jawab Lea dengan suara yang tercekat. Rasanya begitu canggung dengan kehamilan pertama yang tak direncanakan itu.
“Maaf, bajunya saya naikin ya, Bu,” ucap Suster yang menjadi asisten dokter. Ia menaikkkan baru Lea sebatas bawah dada. Kemudian sedikit menurunkan celana Lea, dan membubuhkan cairan pelumas ke perut di bawah pusar gadis itu.
Dingin dan geli rasanya.
Sedangkan Luca, ia masih duduk di meja dokter tadi. Ragu untuk ikut menyaksikan calon bayi, apalagi kondisi perut Lea saat itu terekspos.
Dokter meletakkan alat USG di atas cairan pelumas yang sudah dibubuhkan suster tadi. Kemudian matanya menatap layar monitor yang menampilkan embrio yang sedang bertumbuh di dalam perut Lea.
“Tu … dede-nya udah sebesar biji wijen, Bu,” jelas Dinna mengulum senyum.
Luca mencoba curi-curi pandang ke arah monitor yang tak jauh dari ia berada.
“Loh, bapaknya ke mana, Sus?” tanya Dinna keheranan sambil melihat sekeliling.
“Pak, sini, Pak. Ketemu dulu sama anaknya,” panggil Dinna tanpa basa basi saat mendapati Luca di meja kerjanya.
Luca langsung berdiri dengan kikuk. Ia berjalan mendekat dan berdiri di samping Lea yang sedang berbaring.
“Tuh, Pak. Anaknya sehat. Masih sebesar biji wijen. Dan usia kandungan saat ini lima minggu enam hari.”
Tanpa sadar, hati Luca terasa hangat menatap layar monitor. Meskipun hanya ada gambar hitam putih yang sulit dimengerti orang awam, tapi … rasanya bahagia. Seperti sedang melihat anaknya sendiri.
Mata Lea memanas. Ada perasaan haru dan tak menyangka. Ternyata, sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu.
“Okay, kita lanjut ngobrol di meja ya,” ucap Dinna menyudahi proses USG.
Suster yang sejak tadi sibuk menulis di buku KIA, kini ia beralih membersihkan pelumas yang ada di perut Lea menggunakan tisu. “Selamat ya Pak, Bu.”
Lea dan Luca tersenyum mengiyakan.
Lalu, saat Lea ingin bangkit dari kasur, Luca membantu memapah tubuh gadis itu. Sedangkan perut Lea masih belum tertutup.
Seketika wajah Lea dan Luca memerah. Lea bergegas menutup perutnya dan menaikkan celananya kembali. Kemudian keduanya duduk berhadapanan dengan Dinna.
“Nah, sekarang ‘kan istri Bapak lagi hamil muda,” jelas Dinna dengan serius, “tolong ditahan-tahan dulu ya berhubungan badannya.”
“Sebenarnya aman-aman saja. Tapi, tolong mainnya pelan-pelan ya, Pak.”
Wajah Luca memerah. Ia mendadak malu begitu Dinna menjelaskan tentang hubungan intim dengan wanita hamil. Meskipun akan menikah, tapi sampai saat ini pikirannya belum sampai ke sana. Ia sama sekali tak memikirkan tentang bersetubuh.
“Karena kondisi janin saat ini masih rentan.”
“Terus, Ibu-nya jangan kecapean, jangan banyak pikiran. Happy aja ya, Bu. Apapun masalahnya, di bawa happy, demi anak.”
“Pak,” Dinna menatap Luca yang sejak tadi fokus mendengarkan. “Tolong istrinya diperhatiin ya.”
“Jauhi makanan mentah, makanan yang belum dicuci dengan bersih, terus jangan makan yang bakar-bakar dulu.”
“Saya resepkan beberapa vitamin dan obat penguat janin. Bulan depan kita ketemu lagi ya.”
“Sekali lagi, selamat menjadi Ayah dan Ibu.”
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung …...
❤❤❤❤
calon pelakor
jgn sering..
masih rentan...
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
berdasarkan cerita panakannya kalo lea dibobol org saat di club...
makanya walau awalnya nolak lea..
akhirnya luca mau ngaku ke pak johan kalo dia hamilin lea..
❤❤❤❤❤
apa yg akan terjadi hayooiii..
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
yg dapat pelukan dari istru kecil yg cantik..
❤❤❤❤❤❤
kan eamng anakmu luca..
❤❤❤❤❤
udah terlanjur kena gampar lagi..
❤❤❤❤❤