Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daddy Tiga Balita
"Sayang ayo makan dulu, katanya Abang mau ikut Bunda ke Cafe? Jadi Abang makan dulu," kata Wanita muda itu sambil membawa semangkuk makanan di tangannya.
"Ayo ak dulu," wanita muda itu sambil menyodorkan sesendok bubur ayam yang sangat menggoda lidah sebenarnya. Hanya saja namanya juga anak-anak, masih balita lagi. Ya you know lah akan seperti apa.
"Ngak mau Mommy, Abang ngak mau maem! Abang minum susu aja Mommy," kata balita tampan itu pada sang Mommy.
"Ah, Abang cemen, aku sama kakak aja pinter makan sendirikan Mommy! Nih lihat bubur ayam kita udah habis, masa Abang kalah Cassy dan Kakak," kata balita perempuan yang berperawakan bule itu memanas-manasi sang Abang.
"Eh, ingat ya Cassy, kata Oom ngak boleh ngeledekin orang tua. Itu berdosa, kamu mau masuk neraka karena ngeledekin Abang cemen," Sedangkan sang Mommy hanya geleng-geleng kapala melihat perilaku ajaib anak sulungnya itu.
Beda reaksi sang Mommy maka beda lagi dengan pria dewasa di belakang mereka berempat yang dari tadi mengamati. Mata hang tadi memandang haru dan penuh rindu, sekarang tidak kuasa menahan tawa.
Apakah umur 4 tahun termasuk tua? Oh Tuhan, jika 4 tahun adalah usia tua apa kabar dirinya yang tahun ini 34 astaga ada-ada saja anak ini.
"Baiklah, karena Abang nakal dan buat Mommy susah maka hari ini Daddy akan jalan-jalan sama Mommy, Kakak dan Adek saja. Abang tinggal di rumah, jaga rumah biar nanti rumahnya ngak lari," kata Sang Daddy pada Abang saat mendekati bocah 4 tahun itu.
"Daddy!" teriak ketiga balita itu serempak dan memeluk erat pria yang baru saja dia jumpai setelah selang sebulan lamanya.
"Miss you Daddy, kenapa Daddy lama sekali perginya. Abang kangen sama Daddy," kata si sulung.
"Iya Daddy, Kakak juga teramat rindu dengan Daddy," kata anak nomer 2
"Adek selalu menangis Daddy," kafu Cassy pada sang Daddy dengan mata yang memerah.
"Kenapa Adek selalu menangis sayang?" tanya pria tampan itu mengusap rambut panjang putrinya.
"Daddy jarang pulang kerumah, Abang selalu membuat Mommy sibuk mengurusinya. Ada terus ulah yang di buat Abang agar Mommy sibuk, kadang Mommy juga sering sakit gara-gara harus kerja dan mengurus kami bertiga, terlebih Abang yang sangat egois." pengaduan sang putri membuat kedua pasang mata irang dewasa itu berkaca-kaca.
Mommy yang tadinya tersenyum melihat kebahagiaan sang buah hati sekarang tak kuasa menahan tangis, dia merasa berdosa karena tidak mampu adil pada buah hatinya. Malah, beberapa hari belakangan dia sering sakit karena harus kerja larut malam dan ada sedikit masalah serius dengan pekerjaan.
"Maafin Mommy ya sayang, Mommy ngak maksud bedakan Adek dan Abang ataupun Kakak..." perkataan Mommy muda itu di potong oleh gadis batita nan manis seraya beralih memeluk sang Mommy dengan erat.
"Cassy sayang Mommy, Cassy tahu Mommy bukan mau beda-bedakan Abang dan Kita berdua. Tapi Abang aja yang kelewat manja, karena Daddy jarang pulang hingga selalu mencari perhatian Mommy. Lagi pula Adek yang paling special diantara Abang dan Kakak. Karena Abang dan Kakak harus tidur di kamar sendiri-sendiri sedangkan Adek bebas meluk Mommy di malam hari karena Mommy tidur bareng sama Adek," perkataan Cassy membuat pria yang di panggil Daddy merasa di hantam gada berduri, perih dan sakit sekali. Ini semua karena salahnya. Karena dia Cassy harus merasakan hal ini. Tapi percuma sesalan di akhir tidak ada gunanya.
"Yaudah, sekarangkan Daddy udah pulang masa mau nangis bareng. Let's go have fun together honey," kata sang Mommy.
Mengingat hari ini adalah hari kerja maka mereka bisa menikmati suasana taman bermain sepuasnya, antrian yang kurang dan tidak begitu ramai menjadikan suasana menyenangkan bagi anak-anak berusia 4 tahun itu.
Pria tampan yang di panggil Daddy sedari tadi ikut menemani aktifnya ketiga balita itu bermain. Sedang sang Mommy hanya memantau dari pinggir seraya duduk di bangku tunggu bermain anak-anak.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, sekarang matahari telah berpamitan untuk pulang. Mentari pulang di gantikan shift kerja dengan Tuan rembulan.
"Mereka pulas banget, kayaknya kelelahan sehabis main dan makan malam tadi," kata pria tampan itu memulai percakapan.
"Iya Kak, si kembar pulas banget di belakang. Cassy juga kelihatannya kecapek-an makanya pules banget," wanita muda itu mengusap kepala gadis balita yang di pangkuannya sedang tertidur pulas.
"Terima kasih," kata pria itu.
"Buat apa kak?" tanya wanita muda itu.
"Karena ada kamu, Cassy baik-baik saja hingga sekarang. Aku harap kamu ngak keberatan jika Cassy akan selalu ikut kamu, mengenai tawaranku masih sama dengan tahun kemaren. Aku bersungguh-sungguh, jika aku siap menjadi Daddy yang sesunggunya untuk si Kembar," kata pria tampan itu menatap serius wanita di sampingnya tanpa memecahkan fokusnya pqda stang kemudi.
"Kak, aku tahu Kakak hanya merasa bersalah pada Cassy karena merasa tidak memeliki orang tua lengkap. Tapi aku tidak bisa bersama kakak, alasannya jelas, masa lalu Kakak yang belum usai tidak akan berakhir baik Kak. Sebut aku trauma, pada kenyataannya itu benar adanya. Aku tidak ingin lagi menjalin hubungan dengan pria yang belum usai masa lalunya, mengenai Twins..." jeda sejenak Wanita muda itu menatap menerawang ke depan. Matanya memerah menahan tangis.
"Sekarang cukuplah dia tahu jika aku Mommynya dan Kakak Daddynya. Jika Kakak sudah tidak memperbolehkan Twins memanggil Kakak dengan sebutan Daddy maka aku akan memberikan penjelasan pelan-pelan pada Twins mengenai keadaan yang sebenarnya," kata Wanita muda itu tanpa mengalihkan tatapannya pada jendela kaca mobil yang sedang melaju kerumah besar kediaman ketiga anak balita menggemaskan itu.
"Kakak, akan tidur bersama Twins. Kamu tidak keberatankan?" tanya Pria muda itu lagi.
"Tentu tidak Kak, aku yakin Twins sangat bahagia bila mendapati Daddynya pada saat mereka membuka mata esok hari," kata Wanita itu berlalu seraya Cassy yang terlelap dalam gendongan wanita muda yang manis itu.
Saat ini Pria yang di panggil Daddy tadi tengah mebatap Twins yang tertidur lelap dengan pandangan berkaca-kaca. Dia mengusap kepala kedua anak laki-laki yang tampan itu, lalu membuka laci yang terkunci di smaping ranjang Twins.
Pria tampan yang di panggil Daddy tadi mengambil sebuah foto dari dalam laci yang telah dia buka dengan kuncinya. Pria tampan bergelar Daddy oleh tiga balita itu menangis dalam diam menatap objek yang ada di dalam foto itu.
Tangannya bergetar mengusap objek tidak hidup yang menampilkan wanita cantik berperut membuncit yang tampak mempesona dengan balutan pakaian syari'i berwarna merah muda. Gamis merah muda bercorak dan kerudung segi empat lebar berwarna senada yang menutupi separoh tubuhnya yang tengah hamil besar benar-benar membuat aura wanita utu memancar.
"Maaf... Maaf... Maaf,"
"Aku masih belum mampu, menuruti keinginanmu,"
"Karena di hati ini masih terpatri namamu begitu kuat sayang,"
"Maafkan Aku," tangis tergugu dari seorang Daddy dari tiga Balita itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan