NovelToon NovelToon
Ancient Slayer

Ancient Slayer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:104.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Kusuma

Full Remake, New Edition 🔥🔥

Ini adalah perjalanan Iramura Tenzo, seorang pejuang yang dipanggil ke dunia baru sebagai seorang pahlawan untuk mengalahkan raja iblis.

Namun, dia gugur dalam suatu insiden yang memilukan dan dinyatakan sebagai pahlawan yang gugur sebelum selesai melaksanakan tugasnya.

Akan tetapi dia tidak sepenuhnya gugur.

Bertahun-tahun kemudian, ia kembali muncul, menginjak kembali daratan dengan membawa banyak misteri melebihi pedang dan sihir.

Ia memulai lagi perjalanan baru dengan sebuah identitas baru mengarungi daratan sekali lagi.

Akankah kali ini dia masih memegang sumpahnya sebagai seorang pahlawan atau mempunyai tujuan lain?

Ini adalah kisah tentang jatuhnya seorang pahlawan, bangkitnya seorang legenda, dan perang yang akan mengguncang dunia.

Cerita epik akan ditulis kembali dan dituangkan ke dalam kisah ini. Saksikan Petualangan dari Iramura Tenzo menuju ke jalur puncak dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Desa Dalf

Setelah insiden di camp para Demon telah usai, Tenzo masih melanjutkan perjalanannya, sendirian menyusuri hutan lebat. Tidak ada jalur yang jelas, hanya rimbunan semak dan pepohonan yang menjalar ke segala arah. Dia sengaja memilih jalur seperti ini untuk menghindari kemungkinan bertemu dengan para petualang yang ia selamatkan sebelumnya.

Seharian penuh berjalan tanpa henti, akhirnya Tenzo menemukan sebuah desa. Kali ini, desa itu masih dihuni oleh manusia. Sebuah pemandangan yang jarang ia temui belakangan ini.

Dia berhenti sejenak, mengamati bangunan-bangunan sederhana di kejauhan. Meskipun terlihat seperti desa biasa, entah kenapa ada sesuatu yang terasa aneh. Namun, untuk saat ini, Tenzo hanya ingin masuk dan melihat lebih dekat. Selain itu, ada tujuan lain—mencari toko pakaian. Pakaian yang ia kenakan sudah begitu lusuh, penuh robekan dan kotoran. Untuk menutupinya, ia bahkan mengenakan beberapa lapis pakaian yang sudah hampir tidak layak pakai.

Keluar dari rimbunan semak, Tenzo melangkah menuju gerbang desa. Dari kejauhan, terlihat beberapa orang dengan perlengkapan sederhana berdiri di sana. Mereka jelas penjaga desa.

Saat Tenzo mendekat, reaksi yang ia dapatkan bukanlah sambutan ramah—melainkan ujung tombak yang diarahkan padanya.

"Berhenti di situ! Siapa kamu!?" salah satu penjaga berteriak lantang, sementara yang lain mengayunkan tombak maju-mundur sebagai ancaman.

Tenzo refleks mengangkat tangannya. "Maaf, aku hanya seorang pengembara yang tersesat. Aku ingin meminta izin untuk masuk ke desa ini."

"Hah? Untuk apa kau ingin masuk?" Nada curiga masih terdengar jelas dalam suara mereka.

Alih-alih langsung menjawab, Tenzo merentangkan kedua tangannya, memperlihatkan pakaiannya yang compang-camping. "Aku sudah lama tersesat di hutan, dan pakaianku hampir hancur. Aku hanya ingin mencari toko pakaian untuk menggantinya."

Para penjaga saling bertukar pandang. Mereka tampak berdiskusi singkat, mempertimbangkan apakah Tenzo bisa dipercaya. Setelah beberapa saat, salah satu dari mereka akhirnya menurunkan tombaknya.

"Baiklah, kau boleh masuk. Tapi jangan coba-coba berbuat onar di dalam."

Pintu gerbang pun terbuka, memberi Tenzo akses masuk ke desa.

Padahal, sebelumnya ia sudah bersiap untuk mencari cara masuk secara diam-diam jika ditolak. Namun, untungnya mereka memperbolehkannya masuk tanpa insiden lebih lanjut.

Saat memasuki desa, Tenzo membaca sebuah papan kayu di sisi gerbang: "Desa Dalf."

Ia berjalan perlahan, matanya menelusuri setiap bangunan yang ada, mencari tanda-tanda keberadaan toko pakaian. Namun, semakin jauh ia melangkah, semakin kuat perasaan aneh yang muncul di dalam dirinya.

"Hm... apa hanya perasaanku, atau desa ini terlalu sepi?"

Hanya ada segelintir orang yang terlihat di jalan. Beberapa dari mereka menundukkan kepala saat melewati Tenzo, seakan tak ingin menarik perhatian. Rumah-rumah dan toko-toko berdiri utuh tanpa tanda-tanda kehancuran, tetapi suasananya terasa begitu hampa.

Tenzo menyipitkan mata. Ini bukan desa yang ditinggalkan, tetapi jumlah penduduknya tidak sesuai dengan ukuran desa ini. Apakah ada sesuatu yang terjadi?

Ia bisa merasakan keanehan itu, tapi untuk sekarang, ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.

Cepat atau lambat, jawabannya pasti akan muncul dengan sendirinya.

Tenzo melangkah melalui jalanan berbatu desa dengan langkah mantap. Tatapannya menyapu bangunan-bangunan sederhana yang berjajar di sepanjang jalan. Sebagian besar tampak kosong, hanya ada beberapa orang yang berjalan dengan langkah terburu-buru, wajah mereka dipenuhi kecemasan yang tak tersiratkan.

"Sepi sekali… Sesuatu pasti telah terjadi di desa ini," pikirnya dalam diam.

Namun, untuk saat ini, dia punya tujuan yang lebih mendesak—mencari pakaian baru.

Setelah beberapa menit berjalan, pandangannya tertuju pada sebuah toko kecil di sudut jalan. Di atasnya tergantung papan kayu dengan gambar sepasang pakaian dan pedang bersilangan, menandakan bahwa tempat ini menjual pakaian dan mungkin perlengkapan tempur ringan.

Tanpa ragu, Tenzo melangkah menuju pintu dan mendorongnya perlahan.

Begitu pintu terbuka, suara lonceng kecil berdenting, memenuhi keheningan ruangan dengan nada halus. Udara di dalam toko terasa sedikit pengap, bercampur dengan aroma kain baru dan kayu tua.

Dari balik meja kayu di sudut ruangan, seorang pria paruh baya muncul. Posturnya sedikit bungkuk, dengan rambut beruban yang diikat ke belakang. Pakaian sederhananya menunjukkan bahwa dia bukan orang kaya, tetapi dari cara dia membawa dirinya, jelas bahwa dia adalah pemilik toko ini.

"Selamat datang, apakah Tu—"

Ucapan itu terhenti seketika.

Mata pria itu melebar ketika melihat sosok Tenzo yang berdiri di ambang pintu. Lebih tepatnya—keadaan pakaiannya. Lusuh, penuh tambalan, dan tampak seperti tidak pernah diganti dalam waktu yang sangat lama.

Sebenarnya, dengan keadaan seperti itu, tidak heran jika pria ini mengira Tenzo hanyalah seorang pengemis atau pengembara tanpa uang.

"Tuan…" katanya, suaranya sedikit ragu. "Apakah Anda ingin membeli pakaian?"

"Ya," jawab Tenzo singkat, suaranya tenang, tapi terdengar dalam.

Pria itu menelan ludah. Ada sesuatu yang aneh dari cara pria ini berbicara. Bukan hanya ketenangan dalam suaranya, tetapi juga caranya berdiri, caranya menatap lurus tanpa goyah. Seolah-olah… dia bukan orang biasa.

Namun, sebagai pedagang, dia tetap harus memastikan satu hal terlebih dahulu.

"Sebelum itu… apakah Tuan memiliki uang?" tanyanya hati-hati.

Nada suaranya halus, tetapi ada sedikit rasa curiga. Tidak ada yang salah dalam mempertanyakan hal itu. Lagipula, siapa yang ingin melayani seseorang yang mungkin saja tidak mampu membayar?

Namun, alih-alih tersinggung, Tenzo hanya menyelipkan tangannya ke dalam kantong. Satu detik. Dua detik.

Dan kemudian, dia mengeluarkan sesuatu—sebuah koin emas.

Kilau emasnya memantulkan cahaya lampu di ruangan itu, membuat pemilik toko itu membelalakkan matanya.

"Oh!" pria itu segera membungkuk hormat. "Maaf atas keraguanku tadi, Tuan! Silakan masuk, pilih pakaian yang Anda sukai!"

**

Tenzo menghabiskan hampir setengah jam memilih pakaian yang sesuai.

Namun, di sela-sela itu, Ono—begitu pria itu memperkenalkan dirinya—tampaknya merasa tidak nyaman melihat wajah Tenzo yang dipenuhi janggut dan kumis tebal.

"Ehem… Tuan Tenzo, jika saya boleh menyarankan… mungkin Anda ingin merapikan sedikit?" katanya dengan canggung, sambil menunjuk ke arah janggut yang hampir menutupi setengah wajah Tenzo.

Tenzo tidak banyak bicara. Dia hanya mengangkat bahunya, lalu duduk di kursi kecil di pojok ruangan. Ono tersenyum puas, mengambil alat cukur sederhana dan mulai merapikannya.

Beberapa saat kemudian, transformasi Tenzo pun selesai.

Kini dia mengenakan jubah hitam panjang dengan aksen emas di bagian tepinya, menjuntai hingga ke betisnya, memberikan kesan yang elegan tetapi juga misterius.

Di balik jubahnya, terdapat armor kulit ringan berwarna hitam pekat, menempel sempurna di tubuhnya, cukup untuk melindungi tanpa menghambat pergerakannya.

Celana panjangnya berwarna hitam dengan beberapa kantong kecil di kedua sisinya, cocok untuk menyimpan berbagai peralatan. Di kakinya, sepasang sepatu besi yang kokoh melindungi hingga betis.

Dan yang paling penting—wajahnya kini lebih bersih.

Tanpa janggut dan kumis lebat, dia terlihat lebih muda. Namun, matanya tetap tajam, seperti mata seseorang yang telah melihat terlalu banyak hal di dunia ini.

Rambut panjangnya tetap dibiarkan, hanya diikat rapi ke belakang.

Setelah membayar pakaian dan layanan tambahan tersebut, Tenzo hendak beranjak keluar. Namun sebelum itu—

“Duarrr!!!”

Suara gemuruh mengguncang udara.

Bukan hanya suara itu yang menarik perhatian Tenzo.

Ada sesuatu yang lain.

Sebuah hawa keberadaan yang luar biasa besar.

Bahkan dari dalam toko, ia bisa merasakan tekanan mengerikan yang datang dari luar. Jika ia harus menebak, ini adalah monster. Monster raksasa.

Ono juga tampaknya menyadari hal itu. "Aneh… Kenapa tiba-tiba ada keributan? Biasanya desa ini selalu sepi."

Tanpa membuang waktu, Tenzo dan Ono berjalan keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Dan di sana—

Langit yang tadinya cerah kini berubah gelap. Tenzo mengangkat kepalanya. Matanya menyipit. Seekor monster raksasa berbentuk ikan pari melayang di langit.

Begitu besarnya hingga tubuhnya menutupi matahari, menciptakan bayangan luas di bawahnya. Namun, yang paling mencolok adalah kastil kecil yang berdiri kokoh di atas punggung monster itu.

Tenzo mengenali makhluk ini.

"Demicratas…" gumamnya pelan.

Di sebelahnya, wajah Ono menegang. "Para Demon... Mereka mulai bergerak ke kerajaan dan membawa monster itu."

Tenzo melirik Ono. "Kerajaan?"

Ono menoleh dengan ekspresi terkejut. "Tunggu… Kau tidak tahu tentang kerajaan di daerah ini?"

Tenzo hanya diam.

Dengan helaan napas, Ono mulai menjelaskan. "30 kilometer dari sini, ada sebuah kerajaan bernama Servar. Itu adalah kerajaan terbesar di wilayah ini dan satu-satunya yang masih bertahan dari serangan Demon. Jika Servar jatuh, seluruh daratan ini akan dikuasai Demon sepenuhnya."

Ono lalu berbalik ke arah Tenzo.

"Nah, Tuan Tenzo, apa Anda sekarang sudah me—"

Namun—

Tenzo sudah menghilang.

Ono terdiam, matanya melebar. "Eh… Ke mana dia pergi?"

Tidak ada suara. Tidak ada jejak. Hanya angin yang berembus pelan, meninggalkan keheningan yang mencekam.

1
F~~
Kayaknya aku punya firasat soal Zerath ini
F~~
hahahaha, masih ada neraka lain menunggu. Kasian banget nasibmu Ramez
angin kelana
bagus thorr,lanjutkan..
Reza Orien
cihuyyy
F~~
Pelatihannya tidak main main
F~~
Oke Thor gkpp, yang penting rajin update aja
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: sip, tenang aja bakalan rajin kalau kagak ada halangan. stok bab masih banyak
total 1 replies
angin kelana
siaaaap yg penting rutin update thorrr...
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: oke akan diusahakan ritun soalnya sudah punya stok sampai bulan depan, doakan agar tidak terputus-putus 🙏 updatenya.
total 1 replies
angin kelana
satu tebasan..
angin kelana
lanjutkan duelnya...
F~~
lanjutkan
F~~
sheshhh sasuga Tenzo
F~~
Nooo Ramezzz
Kyurles Suga
Jejak
Kyurles Suga
menikmati
Ora Ora
.
F~~
Nah, sudah saya kira, rupanya emang si Diomas. Tapi mantap sekali update langsung 3 bab sekaligus. Bagus Thor pertahanin udpet beginian.
F~~
Ah, aku dah tebak siapa ini. pasti ... bacaselengkapnya
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: husst, sebaiknya tidak usah diberitahu
total 1 replies
F~~
laki laki kalau sudah berbincang semalaman pasti bakal kemana mana tuh tema pembicaraannya
F~~
Gas lanjut thor
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Oke sebentar lagi bakalan update bab baru
total 1 replies
angin kelana
lanjuuut
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Okeee sebentar lagi bakalan update, ditunggu yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!