Kepergian Nayla menjelang pernikahannya, membuat semua orang bersedih, termasuk Laura sang kakak.
Ketika takdir membalikan kehidupan dan menulis cerita baru, Laura harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi pengantin pengganti sang adik, Nayla. Untuk menikah dengan calon suaminya bernama Adam.
Namun, ketika akad nikah akan berlangsung, sang ayah justru menolak menjadi wali nikahnya Laura. Laura ternyata adalah anak haram antara ibunya dengan laki-laki lain.
Pernikahan yang hampir terjadi itu akhirnya dibatalkan. Fakta yang baru saja diterima lagi-lagi menghantam hati Laura yang masih di rundung kesedihan. Laura lalu meminta pada Adam untuk menunda pernikahan hingga dia bertemu dengan ayah kandungnya.
Bagaimana perjalanan Laura mencari ayah kandungnya? Apakah dia akan bertemu dengan ayah biologisnya itu? Dan bagaimana kisah cintanya dengan Adam? Baca kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh
"Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" Ariel balik bertanya.
"Banyak ... banyak yang ingin aku katakan dengan Om atau ayah. Menurut Om aku sebaiknya panggil apa? Om atau ayah?" tanya Laura dengan suara serak.
Ariel makin terkejut mendengar pertanyaan gadis itu. Dia tampak gugup.
"Aku tak mengerti dengan pertanyaanmu Laura! Ingat kamu di sini hanya tamu. Bersikaplah sopan!" ucap Ariel dengan nada sedikit tinggi. Sepertinya terbawa emosi.
"Om ... Aku sadar siapa aku. Jangan takut, aku juga akan segera pergi dari sini. Cuma aku ingin tau, kenapa Om tak berani mengakui dengan istri Om jika aku adalah anakmu?" tanya Laura.
"Anakku ... Jangan mengaku-ngaku! Dari mana kamu bisa buktikan jika aku adalah ayahmu?" tanya Ariel.
Laura menggelengkan kepalanya. Tak percaya jika pria yang terlibat gagah ternyata hanya pecundang.
"Apa Om berani melakukan tes DNA? Jika ternyata aku bukan darah dagingmu, aku akan bersujud di kakimu dan Tante Ratna karena telah membuat kekacauan. Tapi jika terbukti aku darah dagingmu, apa Om berani mengumumkan pada semua keluarga jika aku anakmu?" tanya Laura dengan menatap tajam ke arah Ariel.
Bukannya dia tidak sopan bersikap begitu. Tapi rasa hormatnya mendadak lenyap karena penolakan dari sang ayah.
Selama ini dia sudah cukup kuat menghadapi kedua orang tuanya dahulu, saat dia harus menghadapi satu lagi orang tuanya, dia tak ada lagi rasa takut. Luka yang begitu besar mereka torehkan membuat dia jadi anak kuat.
"Mengapa kau ingin sekali diakui sebagai anak? Apa kau butuh uang? Berapa yang kau inginkan, akan aku beri cek?"
Kembali Laura tersenyum miris mendengar ucapan ayahnya. Ternyata dalam pikiran mereka hanyalah tentang uang. Apakah setiap orang miskin itu hanya butuh uang?
"Aku tak butuh uangmu, Om. Aku hanya butuh pengakuan darimu. Setelah itu aku janji akan pergi selamanya dari hidupmu. Aku janji tak akan datang lagi, sekalipun kau yang memintanya!" seru Laura dengan nada tinggi.
Ariel menatap ke arah Laura. Dia melihat sisi keras kepalanya turun pada gadis itu. Dia tampak lemah, tapi ternyata memiliki harga diri yang tinggi dan begitu berani.
"Aku tak pernah mengakui kamu anak karena aku dan ibumu memang tak pernah menikah. Kau tak bernasab padaku. Lagi pula kami melakukan dulu atas suka sama suka. Kenapa aku dituntut buat bertanggung jawab? Sebagai wanita, seharusnya ibumu bisa menjaga diri!"
Laura menatap Ariel dengan mata yang tajam dan penuh kemarahan. Dia tidak bisa percaya bahwa pria yang berdiri di depannya, yang adalah ayahnya, karena telah menjelekkan ibunya dengan kata-kata yang kasar dan menyakitkan.
"Apa yang kamu katakan tentang ibuku?" Laura bertanya dengan suara yang keras dan penuh kemarahan. "Kamu tidak memiliki hak untuk menjelekkan ibuku!"
Ariel terlihat terkejut dengan reaksi Laura, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. "Aku hanya mengatakan kebenaran," Ariel berkata dengan suara yang santai. "Ibumu tidak pernah menjadi ibu yang baik untukmu."
Laura merasa seperti ada yang meledak di dalam dirinya. Dia tidak bisa percaya bahwa pria yang seharusnya dipanggil ayah, bisa mengatakan hal seperti itu tentang ibunya. "Kamu tidak tahu apa-apa tentang ibuku!" Laura berkata dengan suara yang keras. Walau ibunya tak pernah bersikap baik dengannya, tapi dia tak rela seorang pun menjelekan wanita yang telah melahirkan dirinya.
Laura merasa seperti ada yang mengganjal di hatinya. Dia tidak bisa percaya bahwa ayahnya sendiri bisa mengatakan hal seperti itu tentang ibunya. Dia merasa seperti ingin menangis, tapi dia tidak ingin menunjukkan kelemahan di depan pria itu.
"Semua tergantung laki-laki. Jika dia memang orang baik, tak akan mau merusak wanita. Apa Om lupa jika terlahir dari seorang wanita? Bagaimana jika ada orang mengatakan hal buruk tentang ibunya Om?"
"Tak akan ada yang mengatakan jelek tentang ibuku, karena dia wanita terhormat!" seru Ariel.
Laura menatap tajam ke arah Ariel. Tanpa kata dia meninggalkan pria itu. Berdebat dengannya tak akan ada habis. Karena pria itu tak ada sedikitpun ingin mengalah.
Beberapa saat kemudian dia keluar dengan membawa koper pakaiannya. Dalam hati Laura membenarkan ucapan sang ibu, jika dia akan menyesal nantinya setelah bertemu dengan sang ayah, dan ternyata benar adanya.
Ariel menatap tak berkedip ke arah Laura yang membawa koper. Dia menarik rambutnya pelan. Seperti banyak pikiran.
"Maafkan aku, Laura. Aku tak bisa mengakui kamu, karena keluargaku pasti tak akan bisa menerima kehadiranmu. Itu akan menambah lukamu jika banyak yang membencimu. Suatu saat nanti, aku pasti akan datang meminta maaf. Tapi tidak saat ini. Aku butuh waktu. Kakek dan nenekmu bisa-bisa mencoret namaku sebagai ahli waris jika tahu aku memiliki anak di luar nikah. Apa lagi saat ini orang tua Ratna ingin memberikan perusahaan padaku. Semuanya untukmu juga suatu saat nanti!" gumam Ariel pada diri sendiri.
"Tolong sampaikan rasa terima kasihku pada Adam dan Tante Ratna karena menerimaku dengan baik." Laura menghentikan ucapannya. Dia menarik napas dalam sebelum melanjutkannya. "Terima kasih karena tak mau mengakui aku sebagai anakmu. Aku bersyukur sekali. Jika Om mengakuinya, aku yang malu karena memiliki seorang ayah pengecut dan pecundang!"
Setelah mengatakan itu, Laura kembali melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Adam.
yang dl gak setuju sama Laura
Daniel kah
atau bapak nya?
gantian jd pengganti