Maula
"Berapa hargamu untuk semalam?" Seorang pria gagah dengan mengenakan kaos berwarna hijau army menatap wanita di depannya penuh lekat.
Sayangnya, wanita itu tertunduk seperti takut-takut.
"S-saya nggak tahu" Lirihnya sambil berusaha membuang rasa yang bergemuruh dalam dada.
"What?? Nggak tahu?" Pria itu tersenyum miring, sedetik kemudian melempar pandangan ke arah kiri dengan malas. "Bukankah ini pekerjaanmu? Kamu biasa melakukan transaksi, kenapa nggak tahu harga untuk dirimu sendiri?"
"Saya baru di sini"
Mendengar ucapan dari lawan bicaranya, pria berinisial F kembali memusatkan atensinya ke wanita itu, jelas tak percaya pada wanita berbalut dress warna merah.
"Maksudmu, kamu baru bekerja di sini?"
Wanita itu mengangguk.
Lalu hening. Pria itu menatap dalam-dalam wajah wanita di depannya yang masih menundukkan kepala.
"Siapa namamu?" Tanyanya, setelah beberapa detik berlalu.
"Nama saya Maula"
"Maula?" Wajah tampannya terkesiap, agak sedikit terkejut namun hanya sesaat.
"Iya, Maula" Ulangnya.
"Coba lihat saya!"
Menelan ludah, Maula tak langsung menurut. Dia malah memejamkan mata, menarik napas perlahan berharap bisa melawan rasa takutnya.
"Saya di depanmu, bukan di bawahmu" Sindirnya, yang langsung memantik kepala Maula terangkat pelan-pelan.
Sepasang mata mereka pun kini saling bersirobok.
"Apa kamu juga belum pernah melakukannya sebelumnya? Maksud saya, kamu belum pernah berhubungan intim, begitu?"
"Belum" Jawabnya gugup.
"Dengan pacarmu juga belum?"
"Saya tidak punya pacar"
Sejenak pria tampan itu berfikir sambil menelisik wanita yang memang tampak begitu polos. Ada raut cemas membingkai wajah ayunya, juga hidupnya yang tersirat seakan menyimpan beban berat.
Mungkin saja memang sepolos itu, akan tetapi si pria masih belum percaya sebelum benar-benar membuktikannya sendiri.
Sementara Maula, di tatap begitu menghujam oleh pria matang dan tampan di hadapannya, dia reflek menunduk, meremat jari-jemarinya dengan gugup.
"Okay, saya Mr F dan saya akan membayarmu dua kali lipat, asalkan kamu bisa memuaskan saya malam ini"
Maula menelan ludahnya, mendadak ada rasa gundah yang persekian detik menyelimuti dirinya.
"Baik" Jawab Maula, hatinya seperti tercabik-cabik.
Miris memang...
Dia terpaksa menjual diri untuk membayar kuliahnya, membeli obat untuk ayahnya, juga untuk memenuhi kebutuhan ibu serta adik tiri yang super kejam.
Selain itu ada hutang yang harus di bayar pada rentenir saat dia meminjam untuk biaya operasi mata sang ayah.
"Ikut saya!" Dengan gaya elegannya, pria itu memakai kaca mata hitam, mendorong kursi lalu bangkit.
Di susul oleh Maula setelah sebelumnya dia menarik napas panjang, mengikuti langkah Mr F yang berjalan satu langkah di depannya. Meski dengan ragu, tapi harus ia lakukan agar bisa melaksanakan sesi paling akhir di dunia perkuliahan, wisuda.
"Bagaimana pak? Apa bapak tertarik dengan anak baru saya?"
Mendadak, baik Mr F dan Maula kompak berhenti saat ada seorang wanita menghadang langkah mereka.
"Iya, saya ambil dia"
"Tapi maaf jika servicenya nanti tidak maksimal, ini pengalaman pertama bagi dia, jadi harap maklum"
"Harus bayar berapa untuk membawanya pergi?" Tanya Mr F, tanpa peduli apa yang baru saja ia dengar. Nadanya dingin, sesuai dengan ciri khasnya selama ini.
"Karena dia masih perawan, jadi bapak harus membayarnya dua kali lipat dari harga normal"
"Katakan saja berapa nominalnya?"
Dua juta untuk satu malam, dan itu di luar dari bayaran dia. Bapak harus membayar gadis itu sesuai tarif yang dia pasang"
Pria yang sedari tadi tak melepas masker di mulutnya, mengeluarkan uang sesuai dengan jumlah yang di minta.
"Ini dua juta, saya akan membawanya sekarang"
"Baik, terimakasih!" Wanita itu menerimanya seraya tersenyum puas. "Silahkan!" Tambahnya setelah berhasil menghitung uang yang baru saja di terima.
Pria itu kembali melangkah.
"Kerja yang benar!" Bisik wanita berambut pirang di telinga Maula. "Jangan mengecewakannya, mengerti!!"
Maula merespon dengan bahasa tubuh, mengangguk, lalu mengambil langkah seribu untuk menyusul pria yang sudah jauh melangkah keluar area bar.
***
Namanya Maula anindya. Seorang mahasiswa yang selalu bekerja paruh waktu di sela-sela kuliahnya.
Ibunya meninggal saat melahirkannya, sementara sang ayah menikah lagi ketika dirinya berumur enam tahun.
Ibu tiri yang juga membawa anak dari pernikahan sebelumnya, selalu menuntut Maula untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.
Dan di titik terendahnya, Maula terpaksa menerima tawaran dari seorang wanita pemilik bar agar bisa mendapatkan banyak uang dalam sekejap.
Kini, Maula sudah berada di kamar mewah di salah satu hotel yang ada di Surabaya.
Menunggu dengan cemas pria yang saat ini tengah membersihkan diri di kamar mandi.
Berulang kali Maula menoleh ke arah di mana pintu kamar mandi terletak. Jantungnya berdebar kuat, menyesali keputusan yang dia ambil setelah berfikir hampir satu minggu.
Ada niat melarikan diri dari kamar bernuansa abu tersebut, namun bayangan pria tua yang mendesaknya supaya membayar hutang, biaya wisuda, obat ayahnya yang harus segera di tebus, juga jambakan ibu tiri, seakan-akan menari dengan begitu luwes di atas kepalanya.
Wanita itu pun mengurungkan niat, lantas kembali duduk di ujung ranjang dengan perasaan berkecamuk di hatinya.
Selang lima menit, pintu berwarna silver itu terbuka, menampilkan pria yang mengalungkan handuk kecil di lehernya.
Satu tangannya bergerak mengeringkan rambut, dan tangan lainnya menutup pintu kamar mandi.
Melihat pria itu muncul hanya mengenakan celana pendek, jantung Maula berdesir hebat.
Ia menelan salivanya dengan mata terpejam, namun alih-alih tenang, debaran di dadanya justru makin tak karuan, hingga keringat di dahinya bermunculan.
"Apa pekerjaanmu sebelumnya?" Tanya Mr F, dia berkaca sambil mencukur bulu-bulu halus yang memenuhi wajahnya.
Karena suatu hal yang membelitnya, membuatnya hampir tiga bulan ini tak memiliki waktu untuk merawat dirinya sendiri.
"Saya bekerja paruh waktu" Jawab Maula.
"Apa?"
"Mengantar koran sebelum pergi kuliah, menjadi pelayan restauran sepulang kuliah, dan malam harinya, saya bekerja di bar"
"Oh, seorang mahasiswa? Semester berapa?"
"Semester akhir"
"Tadi kamu bilang bekerja di bar. Apa bar milik wanita tadi?"
"Iya"
"Sampai pukul berapa?"
"Dua dini hari"
"Dalam sehari kamu tidur berapa jam?"
"Sekitar tiga jam" Sahut Maula tanpa berani memusatkan perhatian pada pria yang masih sibuk mencukur jambangnya.
"Pantas saja kamu memilih bekerja menjadi wanita penghibur, uangnya menggiurkan, bukankah begitu?"
"Tidak!"
Mendengar jawaban kilat Maula, Mr F menghentikan tangannya yang tengah bergerak di area wajah, lalu menatap Maula melalui cermin di hadapannya.
"Bahkan saya tidak berniat mengunjungi tempat laknat itu jika bukan karena sesuatu hal" Lanjut Maula.
"Apa yang membuatmu melakukan itu?" Tanya si pria kali ini sambil membalikkan badan menghadap Maula.
"Ada banyak alasan yang membuat saya terpaksa melakukan ini"
"Begitu ya!"
Maula tak merespon, dia hanya menunduk menatap dua ibu jarinya yang ia mainkan.
"Apapun alasanmu, layani saya malam ini"
Maula masih diam, sementara Mr F kembali berbalik menghadap ke cermin untuk melanjutkan aktivitasnya.
Beberapa saat kemudian...
"Apa bapak sudah punya istri?" Tanya Maula ketika pria itu melangkah menghampirinya.
"Sudah"
Dan jantung Maula, detik itu juga makin menggila detakannya bersamaan dengan wajahnya yang terangkat demi bisa melihat pria yang tahu-tahu sudah berdiri tegak di hadapannya.
Gesturnya sangat santai, berbanding terbalik dengan Maula yang gugup bercampur takut dan juga bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Purnama Pasedu
tinggal aj ibu dan adik tiri,ngapain di turutin
2025-02-03
0
Lyzara
awal yang menarik kak.. penasaran lanjut
2025-02-03
0
yellya
hai kak,kuberikan bunga untukmu 🤗
2025-02-03
0