Biasanya, perceraian dilakukan antara dua orang atas kesadaran masing-masing diantaranya.
Retaknya rumah tangga, hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, dan perihal pelik sebagainya.
Namun berbeda yang dirasakan seorang model sekaligus Aktris cantik yang benama Rania. Tepat satu tahun di hari pernikahanya, Rania mendapat kejutan perceraian yang di lakukan suaminya~Pandu.
Tanpa memberi tahu Rania, Pandu langsung saja membuat konferensi pers terhadap wartawan, bahwa Rania adalah sosok wanita yang begitu gila karir, bahkan tidak ingin memiliki seorang anak pada wanita umumnya.
Rania yang saat itu tengah melakukan pemotretan di Amerika, tidak pernah tahu menahu, bahwa suami yang begitu dia cintai menceraikannya secara hina. Rania sendiri sadar, saat melihat berita dari televisi internasional.
Dan setelah kedatangn Rania ke tanah air. Dia baru tahu, jika gugatan cerai yang dia terima, semata-mata hanya untuk menutupi perselingkuhan Pandu dengan sahabatnya sesama model~Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32~PPH
Bragh!
Kecelakaan hebat terjadi, saat Pandu mengendarai mobilnya menuju apartement Ricard.
Dan paginya, berita itu sudah menyebar ruah keseluruh masyarakat. Hingga saat ini membuat kekasihnya~ Laura hampir pingsan dibuatnya.
"Nggak! Nggak mungkin, Pandu ... Itu pasti bukan Pandu! Nggak ...."
Tangisan Laura spontan pecah, saat melihat berita di televisi lokal saat ini. Dia langsung bangkit, dan langsung menghubungi nomor Pandu saat ini juga.
Setelah menunggu beberapa saat, kini panggilannya terhubung. Namun bukan Pandu yang mengangkat.
"Hallo nona, saya Ricard-"
"Hallo, dimana Pandu? Apa dia baik-baik saja saat ini? Ricard katakan, dimana kekasihku?" suara Laura bergetar menahan tangis.
Ricard terdiam sejenak. Mau tidak mau, dia harus menyampaikan berita duka tentang Bosnya kini.
"Maafkan saya, Nona ... Tapi tuan Pandu tidak selamat! Sekarang saya masih berada dirumah sakit, untuk menunggu keluarga besarnya datang. Jika Nona berkenan, maka datanglah ke rumah sakit."
Tubuh Laura seketika luruh diatas lantai. Pagi ini seolah mendung pakat menghantam matanya. Tatapanya kosong, seakan kehilangan arah tujuan.
.
.
Tuan Bigson beserta keluarga kecilnya, dan juga taun Mohan, kini bergegas dalam perjalanan rumah sakit, setelah mendapat dari anak buah Pandu.
Hati tuan Bigson hancur, bagai kehilangan mutiara dalam hidupnya. Ayah mana yang akan kuat, jika mendapat kabar bahwa putra satu-satunya sudah terlebih dulu mendahuluinya.
"Yang kuat, Mas! Aku tahu, ini semua nggak mudah bagimu," Ratih sejak tadi terus mengusap lengan suaminya, karena sejak menyetir, tuan Bigson tak henti-hentinya menangis.
Dan kebetulan, kedatanganya hanya berjarak 5 menit dari kehadiran sang Ayah~tuan Mohan.
"Dimana cucuku, Ricard? Kenapa dia bisa sampai kecelakaan seperti itu?" mulut tua tuan Mohan bergetar, hingga menangis pun dia tidak bisa.
'Baguslah, jika pria sialan itu sudah mati! Kabar ini akan menjadi sebuag hadiah besar untuk Aston, dan Bryen'
Sean menarik sudut bibirnya tipis, sambil memegangi tubuh majikannya.
"Ricard, dimana putraku? Aku ingin melihatnya!" ujar tuan Bigson dengan sorot mata sendu.
Ricard menoleh, "Maaf tuan! Pihak rumah sakit tidak memperkenakan jenasah tuan Pandu untuk dibuka! Karena kencangnya laju kendaraan tuan Pandu, sehingga mengakibatkan tubuhnya remuk tanpa sisa! Dan dokter sudah menaruh jenasahnya dalam peti!" terang Ricard menampakan raut wajah antusias.
"Nggak! Nggak bisa! Saya harus melihat terlebih dahulu cucu saya, untuk yang terakhir!" sahut tuan Mohan merasa tidak terima. Dia sangat merasa kehilangan sang cucu, karena sejak kecil, Pandu lebih dekat dengan dirinya.
"Sean, bawa saya menemui dokter disini! Saya harus berbicara dengan dia!" ucapnya menatap Sean.
Sean mengusap bahu renta itu. "Tuan, tolong Anda yang tenang! Anda duduk saja disini, biar saya yang bertanya pada dokter!" Asisten itu membawa Tuannya untuk duduk terlebih dahulu. Setelah itu, dia langsung bergegas menuju ruang otopsi Pandu.
'Kamu pikir, aku akan menemui dokter sesuai perintahmu, Mohan? Hah ... Jangan harap! Untuk apa aku mengulur waktu, jika kematian cucumu itu akan segera cepat selesai'
Ungakapan itu, hanya mampu bergema dalam dada Sean. Asisten itu malah menuju kamar mandi, untuk menghubungi bosnya~Aston.
Laura yang baru saja tiba di rumah sakit, kini langsung menuju lantai 4, dimana keluarga Pandu sudah berkumpul.
"Dimana Pandu? Katakan, dimana dia? Aku ingin melihatnya terlebih dahulu!" Laura menatap orang-orang dihadapnya, yang saat ini hanya dapat menunduk lesu.
Melihat itu, Ratih segera mendekat. Dia mengusap punggung calon menantunya, sambil berlirih, "Ikhlaskan Pandu, Laura! Tidak hanya kamu ... Kita juga sangat kehilangan kekasihmu."
Ratih seringkali mendongak, agar air matanya tidak terjatuh dihadapan orang-orang. Tidak dapat dia pungkiri, bahwa dirinya juga sangat kehilangan anak tirinya itu, walaupun Pandu tidak pernah menganggapnya ada.
"Pernikahan kita seminggu lagi, tapi kenapa dia lebih dulu meninggalkanku," isak Laura dalam pelukan Ratih.
Dia masih tidak menyangka, bagaimana kecelakaan itu dapat terjadi. Karena malam itu, Laura masih berkomunikasi dengan kekasihnya, melalui telefon.
"Yang sabar, yang kuat, Laura! Saya tahu kehilangan apa kamu," jawab Ratih menguatkan calon menantunya kini.
Setelah menunggu, kini peti jenasah Pandu sudah siap diantarkan menuju kediaman Eyangnya. Tuan Mohan meminta, agar sang cucu di kubur bersebelahan dengan istrinya, mendiang nyonya Elsa.
Setelah semuanya sampai di kediaman besar tuan Mohan. Ricard yang menjadi tangan kanan Pandu, kini memberi usulan mengingat pesan terkahir dari Tuannya itu.
Pandu sudah pernah menulis surat, jauh sebelum hari ini, bahwa kelak jika dia meninggal. Dia meminta untuk di kuburkan di sebelah makam sang ibu, yakni nyonya Ester.
"Tidak bisa! Kuburkan cucuku di pemakaman keluarga besar saya!" tolak tuan Mohan bersikekeh.
"Tapi bagaimana permintaan mendiang, tuan?" tanya kembali Ricard.
"Sudah ... Jika memang itu permintaan terakhir Pandu, maka makamkan saja dekat pusara Mamahnya!" sahut tuan Bigson menengahi.
Tuan Mohan seketika mendekat, dengan bantuan tongkat kayunya. Tatapnya jelas-jelas tidak terima dengan pernyataan sang putra.
"Kenapa kamu yang memutuskan, Bigson! Aku yang merawat Pandu, semenjak kamu keluar mengejar wanita itu," ujarnya sambil menuding Ratih.
Tuan Bigson menarik nafas dalam. Dia sejujurnya paling malas jika harus berdebat dengan Ayah. Namun bagaimana lagi, pemintaan Pandu harus dipenuhi untuk menghormati keputusannya.
Tanpa bantahan apapun, Tuan Bigson langsung melenggang pergi. Putranya harus segera disemayamkan secepatnya.
"Sudah, Tuan! Untuk sementara, Anda harus mengalah. Kasian jenasah tuan Muda, jika tidak segera disemayamkan!" gumam Sean yang kini memapah jalan pria tua itu.
Sementara Laura, dia kini mengikuti kedalam mobil ambulan untuk menemani perjalanan sang kekasih menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
Dia sejak tadi memeluk peti Pandu, dengan wajah pucat dan air mata yang hampir mengering.
'Kenapa kamu pergi meniggalkanmu, Baby? Kau tahu, aku sudah menyiapkan semuanya untuk pernikahan kita'
Laura terus saja mengusap peti jenasah kekasihnya sejak tadi. Hari ini bagaikan mimpi yang sama sekali tidak pernah dia inginkan. Cintanya pada Pandu sudah sejak dulu dia gadang-gadang. Namun takdir Tuhan siapa yang tahu, jika saat ini Pandu harus pergi terlebih dulu.
'Aku harus mencari tahu, siapa dalang dibalik kecelakaanmu, Baby! Aku tidak akan tinggal diam!'
Laura mengecup saya peti atas bagian kepala Pandu, seolah kini dia sedang mencium kepala kekasihnya. Dan malangnya, sejak saat tadi, keluarga besar maupun dirinya, tidak di perkenankan untuk membuka peti jenasah tersebut.
Kecelakaan hebat itu, membuat tubuh Pandu hampir tidak terbentuk, hingga remuk tak tersisa. Oleh karena itu, keluarga besar menghargai keputusan dokter, agar para awak media tidak menyebar foto Pandu dalam keadaan yang mengenaskan.
.
.
.
Rania yang saat ini tengah memegang gelas, sambil berjalan menuju ruang tengah, sontak saja terlepas saat melihat berita duka tentang mantan suaminya kini.
PYAR ...
lanjut thor