Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick, .
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Frederic, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrik.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apapun
Kala Killian terlelap, saat itulah Grisela mulai bangkit. Hanya menggunakan baju tidur, menyalakan lampu kecil yang dapat dibawa. Melangkah menelusuri lorong gelap seorang diri.
Killian tidak mengatakan dimana ruangan pusaka keluarga berada. Tapi tentu saja sebagai orang yang pernah membaca novel ini dirinya benar-benar tahu.
Ada dua akses untuk masuk ke ruangan tersebut. Akses pertama ada penjaga yang tidak akan membiarkannya masuk, karena yang boleh memasuki tempat itu adalah Duke dan Duchess yang telah mewarisi gelar.
Jadi harus menggunakan akses lainnya. Mengingat isi novel, ada adegan dimana Killian yang tengah berada di ruang kerja Duke. Masuk melalui pintu lain, guna membawa sesuatu yang direbut nya dari kuil suci. Entah apa, tapi berkat adegan dalam novel dirinya mengetahui bagaimana cara untuk masuk.
Perlahan mengendap-endap, memasuki ruang kerja Duke yang memang tidak terdapat apapun didalamnya. Hanya ruang kerja dengan kursi dan meja. Beberapa buku terlihat disana, sudah pasti dokumen penting tidak akan disimpan di tempat ini.
Tapi.
Grisela tersenyum menatap lukisan Duke Frederic pertama, lebih tepatnya leluhur Killian. Mengamati bingkai lukisan itu baik-baik, kayu yang sedikit rapuh. Dan benar saja kala menekan salah satu bagian, pintu jalan masuk terbuka. Benar-benar seperti yang ada dalam novel.
Perlahan Grisela melangkah, jika cerita dalam novel itu benar. Maka, semakin dekat dengan ruangan yang menyimpan berbagai pusaka keluarga Duke Fredrick.
Menelan ludah, hingga ujung lorong yang gelap, pintu kayu dibuka olehnya. Pintu yang bergeser ternyata benar-benar menembus ruangan tersebut.
Lebih tepatnya juga menembus pintu rahasia yang menggeser rak.
"Akhirnya! Aku sampai! Gelang ku tersayang!" Gumam Grisela dengan suara kecil tidak ingin penjaga yang berjaga di luar mengetahui keberadaannya.
Cahaya yang kecil membuatnya kesulitan mencari. Terdapat pedang, bahkan kuku dan sisik naga yang diawetkan di tempat ini. Tidak lupa juga mahkota dari salah satu negara yang berhasil ditaklukkan, ada juga beberapa artefak, perhiasan yang memiliki sejarah tinggi.
"Dimana gelangnya." Gumam Grisela kesal.
Samar ditatap olehnya ditengah cahaya minim terdapat pantulan sinar keunguan. Melangkah mendekat sebuah buku terlihat, buku dengan sampul berhiaskan permata ungu yang langka.
Mencari gelang adalah tujuannya. Tapi kepo adalah jalan ninjanya. Apa berisikan cara mengendalikan mana? Atau berisikan kemapuan super? Bisa saja ini berisikan sistem harta tanpa batas.
Namun, menantikan hal spesial kala membukanya. Menelan ludah, isinya ternyata hanya diary? Pesan? Entahlah. Tapi tulisan yang indah. Kelopak bunga perak tertempel di sudutnya.
'Untuk, diriku yang lain. Kamu akan tau betapa kejamnya dunia ini setelah mengalaminya bukan? Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan pada catatan ini.
Sifat terlalu baik manusia terkadang akan memberikan kehancuran. Karena itu, jangan biarkan dia berbuat baik.
Diriku yang lain, aku harap kamu mengerti. Setelah mengetahui segalanya. Ada harga yang harus kita bayar untuk semua ini.'
Itulah isi halaman pertama. Grisela mengernyitkan keningnya. Membalik halaman kedua.
'Hal buruk yang dimulai dari gubuk dalam hutan. Betapa baik dan tulusnya orang yang aku cintai. Aku begitu mengagumi nya...'
Belum selesai dirinya membaca, kasak kusuk penjaga di luar sana terdengar.
"Kenapa seperti ada cahaya dari dalam?" Suara penjaga pertama.
Dengan cepat Grisela mematikan lampu yang dibawanya. Meletakkan buku tersebut di tempatnya. Panik? Itulah kondisinya saat ini. Persetan dengan gelang! Lebih baik dicari lain kali saja. Ruangan ini juga begitu luas, pasti sulit untuk menemukannya.
Berjalan dengan cepat, hingga tepat kala penjaga masuk. Dirinya sudah keluar melalui pintu yang tersambung ke dalam lorong menuju ruangan Duke.
"Aku selamat..." Gumam Grisela, melangkah menelusuri lorong yang gelap. Menghela napas, buku yang indah dengan tulisan omong kosong. Tapi kenapa bisa ada di ruangan pusaka keluarga? Entahlah! Dirinya tidak peduli, sama sekali tidak peduli.
Tapi tetap saja ada rasa kecewa karena tidak mendapatkan gelangnya kembali.
***
Bug!
Grisela menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, benar-benar malas untuk bicara.
"Kamu dari mana?" Tanya Killian yang baru saja terbangun.
"Jangan bicara padaku." Grisela masih berbaring dalam posisi tengkurap.
"Baik...aku tidak akan bicara." Killian malah menarik tubuhnya kemudian memeluk Grisela dari belakang.
"Killian?" Tanya Grisela.
Tapi tidak ada sahutan, hanya dengkuran halus yang terdengar. Entah apa dan bagaimana, tapi di kediaman ini yang dimilikinya memang hanya Killian.
Satu-satunya orang yang tidak diwaspadai olehnya. Anak manis ini, apa akan menjadi villain masa depan? Entahlah...
***
Beberapa hari berlalu setelahnya. Grisela juga mulai membuat makanan yang lain, meskipun terasa tidak enak. Tapi masih lebih baik, daripada makanan yang diberikan pelayan.
Kondisi kesehatan Killian juga semakin membaik. Tapi tidak dapat mengatakan pada siapapun. Karena tanpa kehadiran Duke, Duchess akan mencari cara membunuh Killian yang telah lebih sehat.
"Aku harus memakai bedak?" Tanya Killian, kala Grisela mendandaninya.
"Tentu saja! Wajah pucat yang utama. Duchess harus percaya jika kondisimu memburuk setiap harinya." Jawab Grisela merasa bangga dengan dirinya sendiri. Berhasil menipu semua orang selama beberapa hari ini.
Mana yang begitu besar, membuat Killian dapat mempelajari sihir dengan mudah. Tangannya terulur, terbentuk lingkaran sihir. Tiba-tiba apel yang begitu segar ada di tangannya.
"Ini untukmu." Ucapnya memberikan apel pada Grisela.
"Jangan menggunakan sihir sembarangan. Jika Duchess mengetahui kamu sudah dapat mengendalikan mana. Kita akan kesulitan." Gerutu Grisela.
"Bunga perak, apa kamu menginginkannya? Aku memang tidak dapat mengambil gelang yang diberikan kaisar. Tapi jika bunga perak mungkin masih bisa." Ucap Killian lembut.
"Benar-benar bisa!?" Tanya gadis itu penasaran. Tapi hanya sejenak, kemudian menggeleng."Tidak! Aku akan mencari bunga itu sendiri."
"Bisa, jika aku memiliki benda yang berhubungan dengan bunga perak." Jawab Killian."Mau jalan-jalan?"
Grisela mengangguk, bersamaan dengan dua orang anak yang bangkit. Melangkah keluar dari kamar, wajah Killian yang pucat membuat tidak satu orang pun menyadari keadaan anak itu sudah jauh lebih baik.
Mungkin baru akan diketahui oleh Duchess saat pemeriksaan kesehatan berikutnya.
Jujur saja Killian begitu rupawan, bukankah seharusnya akan ada banyak putri bangsawan bersedia dekat dengannya. Tapi tidak, siapa yang bersedia menemani seseorang yang akan mati. Setidaknya itulah yang dikatakan semua orang.
Tapi sekarang, Killian bahkan dapat berlari ke area belakang kastil. Mencari celah diantara tembok kastil yang telah rapuh. Hingga pada akhirnya dapat keluar menuju hutan.
Sedangkan Grisela hanya berjalan mengikutinya. Tidak ada kelas hari ini, membuat mereka lebih leluasa.
Hingga sampai di tempat yang bagaikan pedang es. Hanya ada sedikit pohon di tempat ini.
"Apa kita akan bermain perang bola salju?" Tanya Grisela mulai mengepalkan salju hendak melemparnya pada Killian.
Tapi, pupil mata Killian sedikit bersinar indah, lingkaran sihir yang lumayan besar terbentuk. Mungkin berdiameter sekitar 10 meter.
Anehnya dalam radius itu, salju mencair, rumput terlihat, bunga yang seharusnya tidak ada mekar.
Grisela mundur selangkah menyaksikannya. Gila! Pantas saja dalam novel orang ini disebut jenius. Hanya belajar dari buku dan tutor tidak berpengalaman, tapi dapat melakukan ini? Bukankah diperlukan mana dengan jumlah yang besar? Benar! Mana milik Killian memang tidak terbatas, karena itu dia hampir mati saat kecil karena tidak dapat mengendalikan mana-nya.
"Grisela...apa kamu menyukainya? Jika kamu menyukainya...aku dapat melakukan apapun untukmu..." wajah penuh senyuman dari anak laki-laki yang ramah, terlihat begitu baik hati.
makanya killian menghancurkan istana kerajaan.
lugunya annete sampai tdk mengetahui adiknya sendiri serakah sejak kecil dari pertama muncul digubuk bertemu grisella dan killian