Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Kehilangan Anna
...****************...
Langit mulai meredup, rona jingga keemasan menyelimuti kota ketika Damian memarkir mobilnya di depan mansion. Hari ini, entah kenapa ia merasa ingin pulang lebih cepat dari biasanya.
Saat Damian masuk ke dalam rumahnya, alisnya berkerut.
Mansionnya itu sunyi. Yang biasanya Anna sedang menonton tv atau membukakan pintu untuknya, ini sama sekali tidak terlihat.
Tak ada aroma masakan dari dapur, tak ada suara langkah kaki Anna yang biasanya mondar-mandir di dalam rumah.
Damian melepas jasnya berjalan menuju dapur yang kosong.
Ia menaiki tangga dengan langkah panjang membuka pintu kamar Anna.
Kosong.
Kepanikan mulai menjalar dalam dirinya. Damian meraih ponselnya langsung menekan nomor Anna.
Tutt.. Tutt.. Tutt..
Tidak aktif.
Damian menghela napas kasar mencoba menenangkan dirinya. Tapi detak jantungnya malah semakin cepat. Tidak mungkin Anna pergi begitu saja.
Atau... Dia kabur?
Pikiran itu membuat dadanya terasa sesak. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Tidak. Ana tidak mungkin melakukan itu.
Ia langsung menekan nomor Jeff, sekretarisnya.
"Cari tahu keberadaan Anna sekarang juga," ujarnya memerintah.
"Hah? Maksudnya, Pak?" Jeff terdengar bingung dari seberang.
"Cek transaksi terakhir kartu debit yang ku berikan padanya. Kau tahu kartu itu kan? Aku ingin tahu di mana terakhir kali dia menggunakannya." perintahnya tanpa basa-basi.
Jeff segera mengiyakan. Sementara itu, Damian mulai mondar-mandiri diruang kerjanya dengan pikiran yang kacau.
" Jika sesuatu terjadi pada Anna... " ucapnya menggantung dengan tangan mengepal kuat.
Tak berselang lama, Jeff menghubunginya.
"Terakhir kartu debit ya digunakan di pusat perbelanjaan. Setelah itu, tak ada transaksi lain."
Mendengar hal itu, Damian tanpa menunda waktu langsung berlari menuju mobilnya dan kembali ke kantornya. Ia duduk di kursi kemudinya sambil mengetukkan jemarinya di setir dengan gelisah. Pikirannya penuh dengan kemungkinan buruk.
Begitu tiba, Jeff dan beberapa anggota tim kepercayaannya sudah menunggunya di ruang rapat khusus.
"CCTV?" tanya Damian tajam tanpa basa-basi.
Jeff mengetik cepat di laptopnya, lali memproyeksikan rekaman dari pusat perbelanjaan ke layar besar yang di dapatkan secara ilegal tanpa izin pemilik Mall.
Damian berdiri tegak, matanya tajam menatap layar.
Di rekaman itu, terlihat Anna tampak berjalan sendirian membawa kantong belanjanya. Wajahnya terlihat tenang dan senang. Namun tiba-tiba seseorang menariknya ke lorong sepi.
Sosok pria tinggi dengan setelan hitam, wajahnya tak terlihat jelas dan seorang wanita yang mengikutinya di belakang.
Damian mengepalkan tangan—emosi.
Dalam rekaman, Anna berusaha melawan. Tubuhnya terlihat menegang karena sebuah pisau mencoba menusuk pinggangnya. Tak lama, mereka menghilang dari rekaman.
BRAK!!
Damian memukul meja dengan keras. Napasnya memburu, rahangnya mengeras.
"Siapa mereka?"
Jeff dan timnya yang lain mulai menelusuri rekaman dari kamera lain di sekitar lokasi. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya mereka menemukan rekaman di bagian parkiran.
Disana, pria itu menyeret Anna ke dalam sebuah mobil hitam. Plat nomornya tertangkap dengan jelas.
"Kita bisa lacak mobil itu. Dan kemungkinan pelakunya hanya seorang amatiran." ujar Jeff.
Damian menyeringai dingin.
"Lakukan. Aku ingin tau kemana mereka membawanya. Dan Bajingan mana yang berani menyentuhnya."
...****************...
Saat Jeff dan timnya masih melacak keberadaan mobil penculiknya, Damian duduk di kursi mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Namun, ketenangan itu hancur seketika saat ponselnya bergetar.
Sebuah email masuk.
Mainanmu ada di tanganku!
Tanpa ragu, Damian membuka email itu. Begitu layar menampilkan isi pesan. Darahnya kembali mendidih.
Di sana, terlihat Anna yang terikat dikursi dengan wajah yang sudah babak belur. Bibirnya berdarah, rambutnya sedikit basah dan berantakan. Dan napasnya yang terlihat lemah.
"Damian.." ujar suara dalam video itu.
Damian membeku. Ia sangat hapal dengan pemilik suara itu.
"Sialan!" makinya.
.
.
Next👉🏻
(Like dan komennya besst🗿)
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩