Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita patah hati
Elis menunduk.
Ia merasa tertampar dengan pernyataan Yudh, pria itu mengetahui jika suaminya memiliki istri lain bahkan satu semesta tau jika Arjuna menikahi dokter Aida beberapa waktu lalu.
Elis memaksakan senyumannya. "Hmm, aku adalah istri sekaligus menantu yang tidak di akui keberadaannya. Katakan saja aku istri siluman. Hehe ..." Elis tertawa tapi matanya berkaca-kaca Yudha yang melihatnyapun merasa iba.
"Pasti Arjuna memiliki alasan melakukan itu! Benar begitu Arjuna?" Yudha menatap Arjuna untuk meminta persetujuannya namun keponakannya malah menatap Elis dengan tatapan penuh penyesalan.
Begitu banyak kebahagiaan yang di dapat Arjuna dari istri pertamanya namun apa yang ia berikan hanya luka dan pesakitan.
"Alasan yang nyata karna Arjuna malu memiliki istri sepertiku." lirih Elis.
Elis mengajak Arjuna dan Yudha untuk menemui Mine.
Jasmin tengah memainkan bonekanya.
"Mama, Om Yudha." sambut Jasmine Bocah cantik dengan kepala di balut perban itu mengabaikan papanya yang turut masuk ke ruangannya.
"My Mine." Arjuna menghampiri putri kecilnya. Sedangkan Jasmine malah melipat tangan di atas perutnya dagunya terangkat, sepertinya Jasmin marah serta merajuk kepada Papanya.
"Mana jepitan rambut yang Om janjikan." Jasmine menengadahkan tangannya di hadapan Yudha.
"Mana yahh?" Yudha malah memegangi dan mengusap dagunya seperti orang yang tengah berpikir keras.
"Yah, Om bohong ya? Apa setiap orang dewasa di perbolehkan untuk berbohong?"
"Siapa yang mengatakan seperti itu?" Om Yudha mengusap rambut lembut yang tersekat perban.
"Mama dan Papa." Jawab Jasmine polos. Yudha menatap kedua orang yang di sebutkan Mine bergantian.
"Waktu itu saat Valery adikku berulang tahun Mama mengatakan jika hadiah yang di berikan kepada Vale adalah dari Papa, padahan Mine melihat sendiri jika Mama membelinya langsung, Mama berbohong. Dan lagi Papa berjanji pada kak Rose akan mengajak kami jalan-jalan, nyatanya Papa menghilang. Padahal Mine, kak Rose dan Vale tidak nakal tapi Papa tidak pulang. Saat kak Ros menelpon nenek, nenek mengatakan jika kami tidak boleh menelpon papa lagi. Katanya Papa sudah punya anak baru." Jasmine mengatakannya dengan manik berkaca-kaca.
Arjuna mematung. Tega sekali Mamanya mengatakan hal seperti kepada anak berusia 4 tahu.
"Aku hanya mempunyai Mama saja." Pecah sudah tangis Jasmine di pelukan Yudha.
"Kapan kak Rose menelpon nenek, Sayang?" Elis merasa kecolongan, ternyata di balik diam ketiga putrinya menyimpan banyak rahasia.
"Setiap hari Ma. Maaf, kak Rose meminta Mine untuk diam."
Putri pertamanya memang sangat pandai di umurnya yang baru menginjak enam tahun.
"Ini dia." Yudha mengambil jepitan berwarna merah muda sebanyak 3 pasang dari sakunya. "Tidak hanya satu pasang, Om beli tiga pasang sakaligus, satu untuk kak Rose, ini untuk Mine dan yang terakhir untuk adik Vale." Jepit rambut yang sangat lucu di berikan kepada Jasmin. Jasmine langsung memeluk tubuh kekar Om Yudha,
"Terimakasih karna kata Mama Om sudah menolong Jasmine, semoga Om sehat selalu." ucap Jasmine tulus.
"Aamiin."
Arjuna menatap nanar tubuh putrinya di dekapan Yudha, belum apa-apa Arjuna sudah merasa kalah dan tersingkir dari peran ayah sesungguhnya.
Disaat ayah lain akan melindungi putri dan istrinya dari bahaya. Sedangkan Arjuna malah menempatkan Elis dalam kepelikan hidup yang sesungguhnya.
"Sayang." Arjuna mendekat ke arah putri keduanya, bermaksud memeluknya tapi Jasmine menghindar dan tidak mau di peluk olehnya.
"Aku tidak mau sama Papa. Kata kak Rose kata nenek kami harus membiasakan diri tanpa papa."
Jleb ....
Pernyataan polos putrinya seakan menikam dada Arjuna dengan sangat dalam membuat Arjuna semakin terluka.
"Mine Sayang tidak baik berkata seperti itu." Elis mengingatkan, meskipu dirinya kecewa terhadap Arjuna, tapi ia tidak pernah mengajarkan ketiga putrinya hal buruk.
"El, Aku ingin berbicara sebentar." Arjuna mendahului langkah dan mengajak Elis untuk keluar ruangan.
"Om Yudha nitip Jasmine sebentar ya!"
"Om? Apa aku setua itu sampai kau memanggilku Om?" Yudha menaikan satu alisnya, duda keren itu malah menggoda istri dari keponakannya.
"Kau kan Om dari suamiku, itu artinya aku juga harus memanggil Om. Oh ya Jasmine sayang, kau panggil dia Kakek ya. Kakek Yudha oke."
"Elisss ..."
"Hahaha haha haha ..." Elis tertawa lepas menertawakan Yudha, yang cengo di tempatnya.
"Elis. Meski kau tertawa, itu tak akan merubah imagemu sebagai wanita patah hati." ucap Yudha telak.
"Kau benar."
Tak lupa Elis membawa nasi kotak yang di berikan oleh Yudha.