Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.
Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)
Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Hari ini benar-bener kacau bagiku. Fikiranku kalut, tubuhku juga seakan lelah.
Aku yang secara agama sudah di nikahi oleh pak Aril, artinya aku adalah ibu sambung Naka dan Hazel, sungguh tidak bisa mengabaikan Airin membalas dendam kepada keluarga pak Nunu, apalagi sampai menghancurkan hidup anak-anak yang tidak berdosa.
Mereka sudah cukup menderita karena kehilangan bundanya, tidak akan aku biarkan kehilangan ayahnya juga.
Ngomong-ngomong soal ponsel, ternyata Airin sudah mengambil memory card yang ada di ponselku.
Ku pikir tadi dia mengembalikan tanpa ada yang kurang. Ya, meski Airin sudah menghapus video itu, aku sedikit ada harapan jika memory card masih tersisip di tempatnya, sebab biasanya ada fitur untuk mengembalikan data yang telah terhapus.
Tapi tidak, dia memang sangat cerdik dan licik.
"Mau"
Aku menoleh karena mendengar suara pak Aril memanggilku.
"Iya, pak" Sahutku. Aku yang baru saja selesai membantu Hazel memakai baju setelah mandi, kini masih ada di kamar Hazel..
"Ini ponsel baru buat kamu"
Pandanganku beralih menatap godiebag yang pak Aril sodorkan.
"B-buat aku?"
"Hmm.. Untuk ganti ponsel kamu yang hilang"
"Kenapa repot-repot!" Ujarku menatap pak Aril.
"Anggap saja hadiah dari suamimu" Mendengar kalimatnya itu, sungguh membuat hatiku menghangat. Sepele, tapi cukup menguatkanku.
Ya begitulah wanita, mereka hanya butuh diperhatikan dan didengar oleh pasangannya, supaya kembali mendapatkan kekuatan.
"Tapi ponselku sudah ketemu"
Pria itu mengangkat salah satu alisnya. Mungkin dia heran kenapa bisa ketemu.
"Tadi mbak Airin yang mengembalikannya"
"Loh, kok Airin?" Tanyanya bingung.
Aku diam, menimbang-nimbang apakah akan lebih baik menceritakan ketakutan Hazel padanya.
"Mau!" Panggilnya lembut.
"Kamu sekarang jadi hobi melamun, ya? Apa masih belum percaya kalau aku ternyata adalah ayah dari anak-anak yang kamu asuh? Masih belum percaya karena ternyata selama ini kamu tinggal di rumah pria yang menikahimu"
"Ada hal lain yang membuatku lebih dari sekedar tidak percaya. Ini bahkan di luar nalar"
"Apa maksudmu?"
"Ehmm..." Belum sempat ku respon ucapan pak Aril, Airin tiba-tiba berdehem dan langsung masuk ke kamar Hazel. Dia mengatakan kalau pak Nugraha, atau biasa di sapa pak Nunu, memangil pak Aril untuk segera menemuinya.
"Ini ambil, ponsel yang lama di musiumkan saja, sudah ada sim cardnya juga di situ" Pungkasnya.
Pak Aril pergi setelah menyerahkan godiebag berisi ponsel baru ke tanganku.
Sampai kemudian kulihat Airin yang sebelumnya tersenyum lebar, senyumannya seketika pudar seiring dengan tatapannya yang tertuju pada godiebag bertuliskan mobile store.
Ku pastikan dia sudah bisa menebak kalau isinya adalah sebuah ponsel.
"Ternyata kalian sudah sedekat itu?" Cicitnya setelah kepergian pak Aril.
"Kan sudah ku bilang, aku disini memiliki tempat terindah meski aku bukan siapa-siapanya pemilik rumah ini.
"Jadi begini ya, kelakuan babu tak tahu malu jaman sekarang" Wanita itu tersenyum miring, terkesan sinis juga seperti ada amarah tertahan.
"Seperti kamu yang memiliki rahasia, aku dan pak Aril juga memiliki rahasia" Kataku bermaksud meledeknya.
Seketika wajahnya memerah usai mendengarku mengatakan hal itu. Tapi sedetik kemudian ia berusaha menyembunyikan wajah terkejutnya, dan kembali dengan gestur tenang.
"Ku peringatkan satu hal, nona Airin!" Kataku tajam. "Jangan fikir hanya kamu yang bisa mengancam seseorang, dan bau busuk yang ada dalam dirimu, sebentar lagi akan tercium"
"Jangan macam-macam denganku, Maula!"
"Kamu yang jangan macam-macam denganku, Airin. Kamu berbahaya, aku lebih dari ular berbisa"
"Lihat saja, tak ada seorangpun yang bisa menghalangi rencanaku untuk membunuh Faril. Mengerti!"
Ah mendengar kata membunuh, keberanianku yang tadi menyala-nyala, persekian detik lenyap seketika.
Sungguh aku benar-benar tidak siap jika harus kehilangan pak Aril.
****
Lagi mode males, maaf kalau misal berhari-hari nggak update.
semoga cepet ada petunjuk buat menjebloskan Airin ke penjara
biar ga makin banyak korban dari keiblisan Airin
semoga kebusukan Airin cepet ke bongkar