Dendam, cinta, dan kebohongan. Sebuah permainan yang berbahaya dan tak terduga. Amanda, seorang wanita yang memiliki tujuan yang jelas, mendekati suami Selena, Reagan, seorang pria tampan dan sukses.
Namun, Amanda tidak tahu bahwa Reagan memiliki rahasia yang tersembunyi di balik pernikahannya dengan Selena. Amanda terus beraksi tanpa menyadari bahwa dirinya sudah terlibat dalam permainan dan konflik yang besar.
Apa yang sebenarnya tersembunyi di balik pernikahan Reagan dan Selena yang terlihat sempurna itu? Dan apa yang akan terjadi ketika dendam dan cinta berbenturan?
Pleas yang baca dan gak suka skip aja🙏
Jangan tinggalkan jejak buruknya🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCS 4. Bekerja di Perusahaan.
Di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Sepertinya pepatah itu kini tepat untuk Amanda. Semalam, ia langsung menghubungi nomor yang telah temannya berikan. Dan mendapatkan kabar baik jika ada lowongan pekerjaan yang kosong di sana.
Amanda bangun pagi-pagi sekali untuk bersiap. Ia segera menuju alamat perusahaan yang bibi temannya kirimkan melalui pesan singkat. Amanda sama sekali tidak kesulitan saat menemukan gedung perusahaan yang dimaksud. Sebuah bangunan yang begitu tinggi, memiliki banyak lantai. Amanda sampai harus mendongakkan kepala untuk memperhatikan keseluruhan bangunan.
Berdiri di luar perusahaan, Amanda meraih ponsel dan langsung menghubungi bibi temannya. Ia belum melangkah masuk karena bingung harus pergi ke mana untuk mencari bibi temannya itu, Amanda belum mengenal baik tempat ini.
Cukup lama Amanda menunggu di luar, ia sampai merasa jenuh dan Amanda memilih berjongkok. Para karyawan yang bekerja di perusahaan itu juga terlihat mulai berdatangan. Amanda memperhatikannya, pria maupun wanita semuanya tampak berpakaian rapi dan keren.
Sikap Amanda itu berhasil mencuri perhatian pihak keamanan di sana. Salah satu satpam mendekat pada Amanda. Amanda dengan cepat menjelaskan jika ia tengah mencari pekerjaan dan sekarang sedang menunggu temannya.
Bersamaan dengan itu, seseorang yang Amanda tunggu akhirnya datang juga. Bibi dari temannya yang bernama Luna itu segera mengajak Amanda masuk ke dalam perusahaan melalui pintu khusus, berbeda dengan akses masuk para karyawan maupun bos pemilik perusahaan ini.
Belum jauh melangkah, bibi Luna terlihat berhenti ketika sebuah mobil mewah melintas. Wanita paruh baya itu sedikit menundukkan kepala sampai mobil itu berlalu. Amanda yang berdiri di belakang dengan gerakan refleks mengikuti apa yang bibi Luna lakukan.
"Sudah. Angkat kepala mu, Amanda. Mobil Tuan Slade sudah berlalu."
Amanda mengangkat wajahnya dan segera kembali mengikuti langkah bibi Luna. Ia masuk ke dalam perusahaan dan masuk ke dalam ruangan yang berisi banyak alat kebersihan.
"Ini seragam mu. Kau bisa menggantinya di sana." Bibi Luna menunjuk sebuah ruangan khusus untuk berganti pakaian.
"Aku harus menyerahkan ini ke mana, Bibi Luna?"
"Panggil aku Bilun saja, Amanda. Semua orang di sini memanggil ku seperti itu, termasuk para karyawan perusahaan. Setelah berganti pakaian kau bisa mengantar berkas data diri mu ke HRD. Aku akan meminta OG lain untuk menunjukkan ruangannya, karena aku masih memiliki pekerjaan yang belum selesai."
Amanda lagi-lagi mengangguk. Ia pun segera berganti pakaian dengan seragam office girl yang telah bibi Luna berikan. Ditemani salah satu wanita yang kini akan menjadi rekan kerjanya, Amanda menuju ruangan HRD. Ia akan menyerahkan data dirinya.
Huft, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan juga hari ini. Amanda begitu bersyukur, ia hanya sempat menjadi pengangguran selama setengah hari saja.
"Kau lihat wajah Tuan Slade tadi? Aku sungguh merinding dibuatnya. Lihatlah sampai sekarang aku masih merinding."
"Wajahnya tidak sehoror itu. Tuan Slade malah terlihat semakin sexy jika ia sedang marah. Aku bahkan semakin menggilai wajah dingin itu." Seraya membayangkan wajah tampan sang pemilik perusahaan, karyawan itu terus tersenyum-senyum sendiri.
Amanda yang belum beranjak sepenuhnya dari ruangan itu, tentu bisa mendengar gosip para karyawan. Ia sudah menyerahkan data dirinya pada salah satu karyawan HRD.
"Kalian digaji bukan untuk bergosip."
Suara seorang pria terdengar dari pintu. Membuat semua yang berada di dalam ruangan terkejut, termasuk Amanda dan rekan sesama OG.
"Jika Rey sampai mendengarnya. Aku yakin kalian akan segera menerima gaji terakhir."
Para karyawan seketika bungkam, menutup rapat mulut mereka dan semuanya langsung memilih kembali bekerja dari pada mendapatkan masalah. Apa yang dikatakan pria itu bukan ancaman semata. Dia adalah Lucas Ryder. Pria berkuasa nomor dua setelah Reagan Slade di perusahaan.
Amanda juga terpaku dibuatnya. Bukan karena wajah tampan Lucas, tapi karena mendengar kata gaji terakhir. Amanda sedikit takut sekaligus kesal jika mengingat gaji terakhir yang ia terima sekaligus penyebabnya.
"Kalian berdua." Lucas menatap Amanda dan rekannya. "Kenapa tidak ada yang menerima sambungan telepon di ruangan office? Rey sudah menunggu kopinya dan ruangannya kembali minta dibersihkan."
"Maaf, Tuan Lucas. Kami masih kekurangan orang. Tapi hari ini Bilun sudah membawa satu yang akan membantu." Rekan kerja Amanda yang bernama Maya itu segera memberi tahu seraya menunjuk pada Amanda. "Kami akan segera membersihkan ruangan President, Tuan."
"Segera kerjakan. Dan jangan lupakan kopinya." Lucas meninggalkan ruangan HRD. Sebelum pergi, pria itu sempat memperhatikan Amanda yang juga tengah menatapnya.
Amanda dan Maya segera melakukan tugas mereka. Maya sempat menanyakan apakah Amanda bisa meracik kopi, karena Tuan Slade sedikit rewel perkara kopi jika tidak sesuai dengan seleranya. Amanda langsung mengangguk. Pengalaman kerjanya di bagian catering ternyata berguna juga. Meski ia ditempatkan pada bagian pelayanan, tapi Amanda begitu lihai dalam mengolah beberapa masakan dan minuman.
Maya mempersiapkan alat kebersihan untuk ia bawa ke ruangan pemilik perusahaan itu. Sedangkan Amanda pergi ke ruangan lain dan membuat kopi spesial di sana. Ia terlihat begitu serius. Maya sudah memberi tahu kopi seperti apa yang harus ia buat.
"Selesai. Hmm. Wangi sekali. Aku jadi ingin mencicipinya." Amanda mengendus aroma kopi tersebut. Setelah mengantarkan kopi ini, Amanda berniat akan meraciknya lagi untuk ia nikmati sendiri.
Amanda sedikit tertawa karena niatnya itu. Tapi ia tidak berbohong, aroma kopi ini sangat menarik, membuat ia penasaran dan ingin mengetahui bagaimana rasanya.