Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Puncak Menara
Fraynilin, mengusap lembut bahu,Zi. Menatap ke arah perempuan yang baru saja menghampiri mereka berdua. "Efaylin. Ini,adalah teman kecilku. Jangan besarkan matamu agar dia tidak takut saat melihat wajahmu!" Tegur Fraynilin dengan suara lembut dan santai. "Jangan takut,nak. Dia adalah saudariku,"ulas Fraynilin agar Zi kembali seperti sebelumnya.
"Jika dia saudari Bibi Nil, kenapa memanggil dengan sebutan Master?" Celetuk Zi dengan heran. Harusnya kan memanggil kakak,atau adik.
Fraynilin, kembali tersenyum lembut pandangi wajah Zi yang memicingkan matanya menyelidiki,Efaylin. "Itu sebutan formalnya karena Efaylin ikut bekerja membantu penyembuhan terhadap orang-orang yang sakit." Jelas Fraynilin, yang di angguki oleh Zi.
Zi, meninggalkan Fraynilin dan Efaylin di tempat mereka bertemu tadi, mungkin Efaylin ingin berbicara dengan saudarinya tanpa ingin ada yang mengganggu, Zi, yang mengerti lebih baik untuk pergi dan mengitari ruangan tabib tersebut.
"Wah. Mereka menggunakan alat-alat yang tidak aku ketahui. Mungkin nanti aku akan kembali lagi kesini untuk bertanya kepada,Bibi Nil. Tidak janji sih, karena aku juga banyak urusan!" Tegas Zi,di ujung kalimatnya berbicara dengan dirinya sendiri.
Zi, kembali melangkah ringan untuk melihat-lihat hal lainnya yang ia sendiri belum mengetahui apa saja benda-benda yang teronggok rapi di dalam ruangan ini. Tapi dirinya yang penasaran terus melangkah dan memperhatikan dengan seksama.
"Hai.." Zi, melambai singkat pada pekerja yang tidak sengaja menoleh ke arahnya. Pekerja yang notabenenya perempuan itu tersenyum lembut ke arahnya,dengan bibir bergerak berkata,"Hai.." Zi, menangkap gerakan mulut perempuan itu membalas sapaannya, Zi,juga membalas senyumannya. Tidak lama karena di detik kemudian perempuan itu kembali fokus pada apa yang tengah di kerjakannya.
Lama berkeliling akhirnya Zi sampai kembali di titik awal ia dan Efaylin bertemu,dan ternyata Fraynilin sudah selesai berbicara dengan saudarinya, sekarang perempuan bak seorang Dewi itu,sedang duduk di sebuah kursi di dekat bingkai pintu masuk , tersenyum ke arah Zi. Fraynilin kini sedang menunggu Zi kembali dari langkah penasarannya.
"Bagaimana sayang? Apa kamu menyukai tempat-tempat seperti ini?" Sambut Fraynilin dengan suara selembut sutra yang paling lembut.
"Ya. Bibi Nil,aku menyukainya." Balas Zi, tersenyum manis. Fraynilin berdiri dari duduknya dan menghampiri Zi yang berdiri di depan meja penghalang kursi. "Sekarang kita,ke ruangan perpustakaan." Tiba-tiba Fraynilin terdiam sejenak dan pandangi tubuh Zi dari atas sampai ke bawah. "Apa kamu lelah sayang? Kalau kamu lelah kita kembali saja ke kamar. Nanti.. setelah kamu bangun dan makan, kita lanjutkan lagi jalan-jalannya, bagaimana?" Fraynilin, mencondongkan wajahnya ke depan Zi, bertanya dengan penuh kelembutan dan sangat pengertian.
Zi, merasakan adanya kehangatan yang menjalar di seluruh aliran darahnya dan berhenti pada jantungnya, memompa dengan tenang namun sedikit adanya degupan yang sangat di rindukannya.
"Kita lanjutkan saja, Bibi Nil. Aku masih kuat untuk berjalan meskipun berpuluh-puluh ribuan mil lagi." Jawab Zi sambil nyengir lebar, menampilkan deretan giginya yang putih bersih ke,Fraynilin.
"Baiklah, kamu ingin kemana sekarang? Perpustakaan,taman bunga,atau melihat pemandangan indah dari puncak Menara yang berada di lantai paling tinggi." Fraynilin, tidak langsung melangkah, tetapi ia kembali memberikan tiga pilihan kepada Zi,agar gadis itu bisa memilih sendiri kemana tempat yang paling diinginkan olehnya sekarang.
Zi, tentunya ber oh..senang. Tanpa berpikir panjang yang membuat Fraynilin akan menunggu jawabannya dengan lama. "Melihat pemandangan indah dari puncak Menara saja, Bibi Nil." Zi, memutuskan untuk melihat pemandangan indah saja, sekaligus ia ingin melihat situasi dan kondisi yang kini terjadi di luar Menara.
•••
Zi, berdiri di bagian ujung pembatas puncak Menara. Menatap ke sekitar yang terlihat sangat indah dan udaranya yang sejuk dan di bawah sana terlihat tenang,dan damai. Kini, pandangan matanya jatuh ke arah hutan lebat yang berada jauh di ujung sana."Apakah itu hutan lebat yang menjebak-ku kemarin?" Batin Zi masih dengan tanpa suara.
Fraynilin, berdiri di sampingnya, Zi. Pandangannya juga berlabuh pada hutan lebat yang terlihat aman-aman saja. Tidak ada terlihat tanda-tanda yang berbahaya di hutan itu.
"Dimanakah kamu pertama kali bertemu dengan Algeria,nak?" Fraynilin, tiba-tiba bertanya guna menghalau keheningan yang cukup panjang. Membuat Zi menghentikan aktivitas matanya dan menoleh ke arah Fraynilin yang tidak bergeming dari tempatnya berdiri.
"Di dalam ruangan hampa yang sangat panas, Bibi Nil. Dia membawaku saat tengah beristirahat di ruangan rumah kaca yang berada di kediaman Graysen." Lirih Zi, dengan suara kecil, tapi masih sampai dengan jelas ke indera pendengaran, Fraynilin.
"Apakah Graysen yang kamu maksud, orangnya baik?" Eh.. Zi tersentak saat mendapatkan pertanyaan itu dari Fraynilin. "I-iya, tentu saja Bibi Nil. Mereka yang berada di istana kerajaan Aestherlyn semuanya baik, termasuk yang mulia Raja Muchen." Jawab Zi tanpa di pikir-pikir dulu karena memang itulah yang di rasakannya selama berada di istana kerajaan Aestherlyn.
Fraynilin, mengangguk kecil, membuang napas panjang secara perlahan dan tidak lupa tersenyum manis. "Mereka pasti sangat meratukanmu,iya kan,nak?" Fraynilin, mengusap lembut pucuk kepala Zi dengan perlahan dengan penuh sayang.
Tanpa sadar Zi mengangguk singkat."Benar, Bibi Nil. Mereka begitu baik padaku,sama seperti yang Bibi Nil lakukan." Ulas Zi membalas senyuman manis Fraynilin, yang selalu membuatnya merasa nyaman dan membuat Zi candu.
Fraynilin, mengusap lembut wajahnya. Membenarkan anak rambutnya yang berantakan, wajahnya ditengadahkan ke atas sambil memejamkan matanya. Seakan ada sesuatu yang menyakiti perasaannya saat ini,namun dia tidak berkata apapun pada,Zi.
"Apa yang terjadi sebelum kami menemukanmu tidak sadarkan diri di taman belakang Menara,nak? Rasanya kita perlu membahas tentang itu. Jika kamu ingin mengalahkan Algeria,kamu bisa mencari tau siapa sebenarnya perempuan itu, dari Efaylin. Saudari Bibi yang satu ini sangat mengenal bagaimana sosok dari Algeria." Seulas kecupan singkat di berikan oleh Fraynilin secara tiba-tiba. Pipi Zi memerah karena sedikit terkejut dan malu-malu.
"I-itu..aku di jebak ke dalam hutan lebat yang sangat gelap dan lembab, Bibi Nil." Karena merasa sangat terharu Zi sampai terlihat tergugu dan berkata dengan gugup.
"Itu adalah lembah Mysthaven,nak. Tempat Bibi di kurung dan bertarung dengannya selama puluhan tahun." Fraynilin mengungkapkan sedikit permasalahan dengan Algeria, seperti cerita Fraynilin akan sedikit menarik bagi Ziqiesa.
"Jadi Bibi Nil juga pernah bertarung dengan Nenek sihir jelek, itu?" Seru Zi sedikit terkejut. "Dia Nenek sihir sialan,memang." umpat Zi tanpa sadar, membuat tawa Fraynilin terdengar begitu jelas.
"Kamu ternyata juga lucu,nak. Oia Bibi Nil sampai lupa menanyakan namamu sebelumnya, mungkin efek Bibi yang begitu senang karena akhirnya kamu sadar juga."
Kini mereka berdua duduk di kursi yang tersedia di puncak Menara tersebut. Dengan hidangan kudapan dan buah-buahan segar yang teronggok di atas meja kaca yang berkilauan.
"Ziqiesa, Bibi Nil. Ayah, Ibu, dan yang lainnya biasanya memanggil namaku dengan panggilan,Zi. Jadi Bibi Nil,juga bisa memanggil dengan sebutan,Zi." Zi, mengambil sepotong buah apel dan memasukkannya ke dalam mulut. "Biar lebih simpel,Ibu,bilang." Ulas Zi di sela-sela kunyahannya. Terlihat tidak sopan memang,tapi Zi merasa biasa saja. Tidak peduli dengan unggah-ungguh sopan atau pun tidak, yang penting tetap makan. Aturan harus di langgar! Pikirnya.
"Baiklah, Zi. Itu panggilan yang bagus, cocok dengan tubuhmu nak." Fraynilin tertawa kecil, sedikit terhibur dengan sosok Zi yang menurutnya lucu dan menggemaskan. "Ibumu pasti sangat cantik,sama sepertimu. Bibi juga tiba-tiba merindukan sosok seorang Ibu." Sambung Fraynilin setelah menarik napas, untuk menukar pasokan oksigen di paru-parunya.
"Memangnya dimana orang tuanya, Bibi Nil?"
"Entahlah,nak. Bibi juga tidak tau, dimana orang tua Bibi,tapi pastinya mereka masih hidup, itu yang Bibi pernah mimpikan saat sedang sakit." Zi, manggut-manggut kecil mendengar ucapan Fraynilin.