Pertemuan di suatu peristiwa yang cukup menegangkan. membuat sang pria yang ditolong jatuh hati pada penolongnya.
Aland Rey Dewantara menklaim bahwa Sera Swan adalab miliknya.
Hai.. readers..
Karya pertama ku dan pengalaman pertamaku..
Semoga suka ya. mau tes duku nih ombaknya.. hehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunavery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27 : Hari yang Sial
Sera tidak kembali ke apartemen melainkan ke mansion Atmajaya. Saat ini Sera tak ingin bertemu dengan Aland. Dirinya memilih untuk menjauh sebentar untuk menata hatinya.
Sera tau dirinya juga salah jika tidak mendengarkan penjelasan Aland namun hatinya mengatakan untuk menjauh sebentar.
Sedangkan Aland yang mengikuti Sera hingga tiba di mansion Atmajaya memilih untuk diam sebentar di luar. Cukup masalah ini dia yang tahu dan membiarkan Sera memiliki waktu untuk menenangkan dirinya sendiri dulu.
Aland menghubungi Davin dan mengajak untuk bertemu. “Aku harus segera menyelesaikan masalah ini..” gumam Aland lalu meninggalkan mansion Atmajaya.
Dari dalam jendela Hatta melihat hal itu dan penasaran dengan yang terjadi.
Keesokan paginya Sera bangun dan bersiap untuk lari pagi. Dirinya bertemu dengan Nadin dan Hatta yang sedang menyantap sarapannya.
“Lho mau kemana kamu pagi begini?” tanya Nadin.
“Mau joging ma. Udah lama kayaknya Sera gak latihan fisik. Pegal semua rasanya.” Sera mengambil posisi duduk di sebelah kiri Hatta.
“Apa kamu sedang ada masalah dengan Aland?” tanya Hatta. Nadin menyenggol lengan papanya itu bermaksud untuk tidak ikut campur.
“Ya dan aku ingin tinggal disini dulu Kek. Boleh kan?”
“Mansion ini akan jadi milik kamu kapanpun kamu mau datang silahkan tapi kakek minta jangan terlalu lama untuk berlari dari masalah. Jika kamu butuh bantuan Kakek akan siap memberinya pelajaran.” Ucap Hatta menatap teduh Sera.
Sera mengangguk dan menghabisi susu di gelasnya lalu berpamitan. Karena hari ini weekend tentunya Sera tidak akan ke kantor dan Sera bermaksud untuk mengambil libur.
Saat sudah di taman terlihat sudah cukup ramai oleh orang orang yang juga menghabiskan waktu paginya bersama keluarga. Sepertinya keputusan untuk menunda pernikahan adalah yang terbaik. Pikir Sera.
Setelah lari hingga beberapa putaran Sera pun bermaksud untuk membeli bubur ayam di sana. Saat akan memesan terdengar sekelompok geng motor berhenti tak jauh dari tempat bubur ayam itu.
“Bang bubur ayam 5 gak pake lama. Gue tunggu 5 menit disini.” Sera hanya melirik dari sudut matanya lalu memainkan kembali ponselnya dengan earphone di telinganya.
Tukang bubur itu pun membuatkan pesanan itu dan memilih acuh awalnya. Tak lama tukang bubur itu memberikan pesanan Sera dan Sera menghampirinya untuk membayar.
Saat akan mengeluarkan dompetnya pria yang memesan bubur ayam itu menyenggol bahu Sera dari belakang dan membuat Bubur ayam ditangannya terjatuh.
Sera berhenti dan memutar ke belakang melihat Pria itu acuh dengan kejadian yang terjadi. “Minta maaf gak?” Sera menghampiri Pria itu yang sedang tertawa bersama teman geng motornya.
“Aduh Non saya buatkan baru saja..” ucap tukang bubur itu karena sudah tau kelakuan geng motor itu dan dia tak ingin Sera terkena masalah.
“Bukan salah abangnya. Memang dia yang salah menyenggol saya..” ucap Sera.
Pria yang dimaksud dan temannya menatap Sera menyelidik. “Maksud lo apa?” tanya pria itu menantang Sera.
“Bubur gue jatoh gara gara lo nabrak gue. Sekarang lo minta maaf dan ganti bubur gue.” Ucap sera bersedekap.
Pria itu tertawa sarkas begitu teman temannya. “Salah lo yang halangi jalan gue disitu.” Jawabnya santai.
“Mata lo buta ya? Jalan selebar gitu lo masih nabrak gue. Apa namanya kalo gak buta.” Sera sudah mulai terpancing emosinya. Sedangkan si tukang bubur tadi menyerahkan pesanan mereka.
Pria itu mengambilnya dan langsung pergi untuk menaiki motornya tanpa membayar.
“Ternyata selain buta lo juga miskin ya sampe gak bisa bayar tuh makanan?” Ejek Sera.
Pria itu kembali memutar tubuhnya dan menatap Sera kesal. “Maksud lo ngomong itu apa?”
“Gue minta lo ganti bubur gue.” Jawab Sera santai.
Terlihat beberapa pengunjung melihat kejadian itu. “Cabut aja Ge..” ajak temannya.
Pria yang dipanggil Ge itu lalu berbisik ke telinga Sera. “Ikut gue dan gue akan bayar setelah lo layanin guedi ranjang.”
Sera tersenyum tipis. Lalu meminta pria itu kembali mendekat. Pria itu tersenyum senang karena dia berpikir Sera akan mau.
“Jangan mimpi lo!”
PLAAAKKK
Tamparan keras mengenai pipi pria itu. “Geo!” Seru temannya dan menahan pria bernama Geo itu menjauh.
“Bitxh!! Berani lo nampar gue!!” Geo berusaha melepaskan pegangan temannya.
“Kita cabut sekarang.” Ajak temannya karena melihat orang orang mulai berkumpul dan mengarahkan ponsel untuk merekam kejadian itu.
“Habis lo nanti!!” ancam Geo lalu mereka pergi dari tempat itu.
****
Sera kembali ke mansion dengan wajah kesal. Bukannya ingin resfreshing malah bertemu dengan orang berandalan tadi.
Nadin yang melihat itu mendekati anaknya. “Kenapa? Kok pulang joging mukanya kusut gitu?”
“Ketemu geng motor gila di taman tadi.” Jawab Sera asal.
“Ada kejadian apa memangnya?” Sera menggeleng dan tak ingin menceritakannya dengan Nadin.
“Ma. Shopping yuk ntar siang!” Nadin memaklumi anaknya yang tak ingin menceritakan apapun termasuk permasalahannya dengan Aland.
“Boleh. Mandi dulu sana siap siap. Mama mau keluar sebentar. Satu jam lagi kita pergi.”
Sera mengangguk dan bersiap siap di dalam.
****
Setelah berkeliling mall dan membeli beberapa barang Nadin mengajak Sera untuk makan siang.
Saat akan memesan makanan seseorang menjatuhkan dompetnya di samping Sera.
“Mbak dompetnya jatuh.” Panggil sera.
Orang itu pun menoleh dan Sera merubah raut wajahnya datar. Orang itu pun menatap Sera terkejut.
“Bianca?”
“Sera?”
Mimik wajah Sera menjadi dingin saat memberikan dompet yang ternyata milik Bianca itu.
“Dompet lo jatuh!”
Bianca pun tak ingin berbasa basi lalu mengambilnya dan segera meninggalkan tempat itu.
Sera berusaha untuk acuh namun salahkan matanya yang tak ingin lepas kemana arah Bianca melangkah.
Yah saat akan keluar Sera menangkap sosok yang tadi malam memohon untuk bisa bicara dengannya namun kini sosok tersebut mengulanginya.
Bianca hanya melirik ke arah Sera dan berusaha memegang lengan pria yang tak lain adalah Aland lalu keluar dari tempat itu.
“Sial banget hari ini..” gumam Sera.
seharusnya,
"Berhenti disana atau kami tembak?"
kamu harus tau arti sinopsis dan prolog. dan itu pengenalan tokoh lebih baik dibedakan bab lainnya, biar enggak campur begini.