NovelToon NovelToon
Cinta Kita Belum Usai

Cinta Kita Belum Usai

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Anak Genius / Anak Kembar / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:6.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yoyota

Raisa memiliki prinsip untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Awalnya Edgar, suaminya menerima prinsip Raisa itu. Tapi setelah 6 tahun pernikahan, Edgar mendapatkan tekanan dari keluarganya mengenai keturunan. Edgar pun goyah dan hubungan mereka berakhir dengan perceraian.

Tanpa disadari Raisa, ternyata dia mengandung setelah diceraikan. Segalanya tak lagi sama dengan prinsipnya. Dia menjadi single mother dari dua gadis kembarnya. Dia selalu bersembunyi dari keluarga Gautama karena merasa keluarga itu telah membenci dirinya.

Sampai suatu ketika, mereka dipertemukan lagi tanpa sengaja. Di saat itu, Edgar sadar kalau dirinya telah menjadi seorang ayah ketika ia sedang merencanakan pernikahan dengan kekasihnya yang baru.

Akankah kehadiran dua gadis kecil itu mampu mempersatukan mereka kembali?

Follow Ig : @yoyotaa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 24

"Aku pulangnya sama kamu aja deh, lagian kamu juga nggak bakalan lama kan? Emang mau minta apa sih sama dokter?" tanya Tamara yang tiba-tiba tak mau jika harus pulang sendirian.

"Ada hal penting pokoknya, kamu nggak harus tahu dulu. Lebih baik kamu pulang sekarang, biar bisa langsung istirahat di rumah supaya lukanya cepet sembuh," ucap Edgar sambil melihat ke luka yang ada di tangan Tamara akibat kecelakaan kecil saat syuting.

"Tapi ... "

"Nggak ada tapi-tapian, Tam."

Pada akhirnya, Tamara pun menurut. Hujan sudah mulai mereda tapi rintik-rintiknya masih ada. Edgar mengantar Tamara sampai masuk ke dalam taksi.

"Pak, bawa mobilnya pelan aja ya, tolong antar dengan selamat sampai tujuan," pinta Edgar ke supir taksi.

"Aduh, aduh, Mas nya perhatian sekali. Tenang aja Mas, pacarnya akan saya antar dengan selamat."

"Terima kasih Pak."

Edgar pun memberikan ongkosnya lebih awal ke supir taksi.

"Walah, nggak kebanyakan toh ini, Mas?"

"Buat Bapak, rezeki harus diterima."

"Terima kasih banyak Mas. Semoga kebaikan selalu menyertai langkah Mas nya."

"Aamiin, terima kasih doanya Pak."

Taksi pun melaju dengan lambaian tangan Tamara yang mengarah ke Edgar. Ketika tak terlihat lagi dari pandangannya, Edgar mulai masuk lagi ke dalam ruang sakit. Hal penting yang ingin ia lakukan bukanlah menemui dokter melainkan melihat kondisi Raisa.

Jujur saja, dirinya begitu cemas melihat Raisa terluka. Ia pun menanyakan ke petugas administrasi mengenai pasien yang bernama Raisa.

Setelah mengetahui di ruangan mana Raisa dirawat, Edgar langsung menuju kesana. Tepat di depan pintu, sayup-sayup ia mendengar obrolan kedua orang itu dari luar.

"Mau aku hubungi siapa dari keluarga kamu, biar ada yang nemenin disini?"

"Nggak usah, kalau kamu mau pergi, pergi aja. Terima kasih sudah menolongku dan langsung membawaku ke rumah sakit."

"Mana bisa begitu, aku tidak bisa meninggalkan kamu sendirian disini. Rasanya aku seperti laki-laki yang tidak bertanggungjawab," ucap Bian yang malah membuat Raisa geleng-geleng kepala.

"Tidak ada yang perlu kamu pertanggungjawaban, yang nabrak aku bukan kamu."

"Meski begitu, akulah orang yang membawa kamu kesini."

"Sudah, pergi aja, kamu pasti ada banyak urusan."

Pada akhirnya, Bian pun pergi. Edgar yang tadi menguping dari pintu, kini berpura-pura sedang menelpon orang di depan ruangan Raisa.

"Ah, iya, terima kasih Pak, iya, iya, nanti saya akan segera kesana," ucap Edgar sebagai alibinya.

Bian pun tak curiga dan langsung pergi begitu saja.

Edgar langsung masuk ke ruangan Raisa dan melihat Raisa yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan tangannya yang diperban karena terluka. Sementara untuk bagian kakinya, pun sudah diperban juga tapi tertutupi oleh pakaian pasien.

"Edgar?" Raisa begitu terkejut melihat Edgar yang sudah berada di hadapannya. Raisa langsung menggerak-gerakan kepalanya untuk mengamati keadaan luar. Takutnya, Tamara mencari Edgar dan menemukan laki-laki itu berada disini.

"Kamu kok bisa kecelakaan?" tanya Edgar dengan tatapan yang sangat mengkhawatirkan kondisi Raisa.

"Kemana Tamara? Bukankah tadi kamu sedang bersamanya?"

Ditanya apa, Raisa malah berbalik tanya. Sungguh, saat ini yang lebih Raisa pikirkan adalah ketenangan dirinya.

"Jangan tanya soal orang lain di saat aku sedang mengkhawatirkan kamu, Ca."

Mendengar panggilan Edgar yang kembali memanggil dirinya 'Ca', Raisa langsung membetulkannya.

"Raisa bukan Ca. Aku sudah katakan itu, kan?"

"Hm," jawab Edgar sambil menarik kursi untuk duduk di samping ranjang Raisa.

"Selama 8 tahun tanpa kamu, aku selalu bertanya-tanya gimana keadaan kamu. Apa kamu baik-baik aja? Apa kamu sudah bahagia? Apa keputusan aku di saat itu memang sudah tepat?"

Tiba-tiba saja, Edgar memulai pembicaraan yang menjurus ke hubungan mereka di masa lalu. Raisa langsung tidak suka dan meminta Edgar untuk keluar saja dari ruangan.

"Sudah bukan waktunya lagi membicarakan hal yang sudah berlalu. Lebih baik kamu keluar daripada dicari oleh Tamara."

Edgar tersenyum sinis setelah mendengar ucapan itu.

"Hidup itu rasanya nggak adil ya, Ca. Kamu bisa tahu kabarku dari media sosial, sementara aku, aku tidak bisa."

"Jangan bicara tentang keadilan di depanku, Edgar. Karena tak ada keadilan di dunia ini bagiku. Segalanya tak pernah sesuai dan selalu tak sejalan."

"Kenapa kamu tidak menghubungi keluarga kamu? Apa suamimu sedang sibuk?"

"Bukan urusan kamu, jadi jangan banyak bertanya."

Edgar tahu, dirinya memang tak berhak untuk bertanya lebih jauh. Hanya saja, ia benar-benar penasaran dengan suami Raisa.

"Ternyata kamu kembali jadi wanita yang cuek ya, Ca. Aku jadi teringat kembali pertemuan kita dulu."

"Tak ada yang perlu diingat tentang kita dulu, karena kenangan itu sudah lama menghilang di kepalaku."

Nyatanya, bukan menghilang, justru kenangan itu langsung tergambar dengan sangat jelas di ingatan Raisa. Kenangan dimana dirinya yang selalu jadi figuran dimana pun ia berada, atau bahkan orang-orang tak begitu peduli padanya. Namun, Edgar tiba-tiba datang ke dalam hidupnya, mengulurkan tangan untungnya, merangkulnya sampai Raisa merasa keberadaannya ternyata terlihat. Tak hanya itu saja, Edgar malah selalu jadi penolongnya, ketika ia dalam kesusahan.

Edgar bagaikan dewa penolong untuknya, datang di waktu yang tepat, ketika dia memang membutuhkan. Yang membuatnya mengenal cinta, ya itu Edgar. Yang membuatnya merasakan bagaimana indahnya cinta, ya Edgar. Tapi pria itu juga lah yang memberikan luka hebat untuknya.

Hanya saja, daripada luka hebatnya, kebaikan Edgar kepadanya jauh lebih besar.

"Apa kau bersungguh-sungguh mengatakan itu? Apa kau benar-benar tak mengingat kenangan kita?" tanya Edgar dengan tatapan penuh selidik.

Ingin rasanya Raisa mendorong Edgar untuk keluar saja dari ruangannya. Tapi, tidak bisa, karena kalau begitu, lukanya akan semakin lama sembuhnya. Padahal, Edgar berpikir kalau dia telah memiliki suami. Namun mengapa dia masih tenang-tenang saja berada di hadapannya? Padahal dia pun sudah memiliki calon istri. Apa ada yang salah dengan isi kepalanya?

"Jangan bahas masa lalu, karena yang aku ingat hanya lukanya."

"Sesakit itukah, Ca? Tapi kenapa sekarang kamu mau memiliki anak dari pria lain? Bahkan lebih dari satu, kenapa denganku tidak?"

Mereka bukan anak pria lain, mereka anak-anak kamu, Edgar.

Sayangnya, kata-kata itu hanya bisa Raisa ucapkan di dalam hatinya. Ia tak cukup berani dan siap untuk menghadapi masalah apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Percuma, mau kamu bertanya apapun, aku tak akan menjawabnya. Karena aku punya hak untuk tidak menjawab."

Edgar tersenyum kecut mendengarnya.

"Kamu benar-benar jadi Raisa yang dulu."

Raisa sudah tak ingin mendengarkan kalimat apapun lagi yang diucapkan oleh Edgar. Ia memalingkan wajahnya ke samping untuk berpura-pura tidur supaya Edgar cepat keluar dari ruangannya.

"Kalau kamu mau istirahat, istirahatlah, aku tidak akan mengganggu."

Yang niatnya cuma mau pura-pura, nyatanya, Raisa benar-benar ketiduran. Edgar masih ada disana. Ia ingin melihat wajah Raisa lebih lama.

Dering ponsel terus berbunyi dari ponsel Raisa yang ada di meja. Edgar langsung mengambil ponsel itu dan terkejut ketika melihat foto layar kunci ponsel Raisa.

"Kenapa mereka terlihat mirip denganku?"

*

*

TBC

1
DozkyCrazy
Luar biasa
Chandralia
TBC tapi tamat.../Casual/
desi aryaradensi
maju mundur cantik...
Risna Wati
aku suka cerita nya,
Mazree Gati
endingya ga asik
Mazree Gati
bahagia tak harus memiliki,,,ga setuju klo rujuk
Mazree Gati
jgn sampai rujuk ya,, klo sampai rujuk unsubcrib
Esananda
thor pliss jgn buat aku semakin nangis..😭😭😭😭
niktut ugis
hallo Bimo emang kamu lupa siapa ortu si kembar ya...si papi pengusaha si mami koki handal
niktut ugis
Pamela lebih suka bunga deposito dari pada serbuk bunga...Bimo harus tau hal ini
Ani Basiati
lanjut
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
EDGAR RAISA
Julham Simatupang
iya dong
Julham Simatupang
bagus
Julham Simatupang
saya suka cerita nya
Julham Simatupang
lanjut
Syifa Shofia
seruuuu
2llOlO85_Maria Krisna wea
☺️☺️
Rinamaryana 29
cerita nya seru, jadi ikut deg degan
Regita Adelesmana
semoga Edgar tak berubah pikiran untuk menikahi Tamara
Mazree Gati: setuju biar pembaca ga kecewa klo sampai rujuk sama raisa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!