Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Aditya tampak tidak mempedulikan kepulangan Rani sama sekali, Aditya malah sedang bersama dengan Siska di depan televisi sambil menonton film.
Siska berbaring di atas paha Aditya dan tanpa mereka sadari Vania turun dari lantai dua dengan kondisi setengah sadar dari tidurnya.
"Ayah." Panggil Vania.
"Itu bunda?." Kata Vania melihat samar seorang wanita tidur di pangkuan Aditya.
Aditya yang mendengar suara Vania sontak terkejut dan berdiri dari duduknya, Siska tampak terjatuh dari sofa.
"Sakit mas." Kata Siska memegang kepalanya yang terbentur sementara Aditya mengabaikan Siska yah tampak merengek.
"Sayang kamu bangun" Kata Aditya pada Vania.
"Bunda mana ayah?." Kata Vania sambil sesekali mengerjapkan matanya.
"Bunda lagi mandi sayang, ayo kita tidur lagi." Kata Aditya tampak menggendong Vania yang masih mengantuk.
Aditya memilih untuk berbohong pada putrinya daripada kedepannya Vania menangis mencari ibunya.
"Sialan tuh anak." Kata Siska kesal.
Aditya segera membaringkan tubuh kecil Vania di atas ranjang sambil sesekali menepuk-nepuk punggung Vania.
"Dimana sih si Rani heran banget." Kata Aditya tampak kesal.
"Gila ni orang gue telfon hp nya nggak aktif." Kata Aditya sambil berusaha menelpon Rani.
...----------------...
Sementara itu Daniel yang baru saja berganti pakaian segera menuju kamar rawat Rani.
Daniel membuka pelan pintu kamar tersebut, Daniel kemudian mendekat ke arah Rani yang masih dalam kondisi pingsan.
Daniel duduk di samping ranjang Rani, sambil menggenggam tangan Rani yang diinfus, Daniel tampak sangat mengkhawatirkan Rani.
"Terima kasih Ran kamu sudah bertahan." Kata Daniel.
"Maafin aku, karena nggak bisa jaga kamu." Sambung Daniel.
Daniel tampak tertidur sambil menggenggam tangan Rani.
Keesokan harinya Rani tampak membuka matanya, dan melihat Daniel ada disampingnya.
"El." Panggil Rani.
Daniel mendengar suara yang memanggilnya segera mengangkat kepalanya dan mengerjapkan mata beberapa kali.
Menyadari yang memanggilnya adalah Rani, Daniel segera bereaksi.
"Kamu sudah bangun Rani, sebentar aku panggilkan dokter." Kata Daniel bangkit dari duduknya.
"Apa yang terjadi El?." Kata Rani sambil menarik tangan Daniel yang hendak pergi.
Daniel yang merasa tangannya ditarik oleh Rani segera kembali duduk.
"Kamu kecelakaan Ran." kata Daniel.
"Kamu yang bawa aku kesini?." Tanya Rani dan dibalas anggukan oleh Daniel.
"Makasih El, kamu sudah kabarin mas Aditya?." Kata Rani.
"Aditya lagi." Batin Daniel.
"Belum Ran, ponsel kamu nggak tau kemana sepertinya jatuh pas kamu di tabrak lari, ponsel aku juga entah kemana." Kata Daniel menjelaskan dengan lembut.
"Tolong pena El." Kata Rani.
"Buat apa?." Kata Daniel sambil menyerahkan sebuah pena.
Rani tampak menulis sebuah nomor kontak tangan Daniel.
"Ini nomor mas Aditya, tolong kabarin dia." Kata Rani, Daniel mengangguk dan segera bangkit dari duduknya.
"Iya Ran, sebentar aku kabarin dia dulu ya." Kata Daniel.
Daniel keluar dari ruangan dan tak berselang lama seorang pria tua masuk ke ruangan Rani.
"Om Gilang?." Kata Rani melihat ayah Daniel.
"Gimana Ran, kamu sudah mendingan?." Kata Gilang.
"Om yang rawat aku?." Kata Rani dan dibalas anggukan oleh Gilang.
"Sebenarnya om sudah lama tidak mengoperasi pasien, tapi karena Daniel datang sambil memohon dan menangis jadi om ambil keputusan untuk merawat kamu." Kata Gilang sambil mengecek kondisi Rani.
"Jadi Daniel lagi." Batin Rani.
"Terima kasih banyak ya om." Kata Rani.
"Iya Ran, Kalau sudah sembuh kapan-kapan main ke rumah om sama Tante Tiara ya soalnya Tante katanya pengin lihat wajah kamu." Kata Gilang.
"Iya om." Jawab Rani.
Sementara itu di meja resepsionis Daniel meminjam salah satu ponsel suster di sana, untuk mengabari Aditya.
...----------------...
Sementara itu di rumah Aditya tampak membantu Vania bersiap, Vania sedari pagi menanyakan keberadaan Rani dan Aditya kembali berbohong Dnegan mengatakan bahwa Rani sudah berangkat pagi-pagi sekali.
"Vania sudah siap ya."
"Ayah turun dulu, nanti Vania menyusul ayah ya." Kata Aditya pada putrinya dan segera keluar dari kamar.
"Wahh parah cape banget." Kata Aditya sambil meregangkan tubuhnya yang terasa pegal.
Untungnya Bibi datang lebih awal pagi ini, jadi Aditya tidak terlalu repot menyiapkan sarapan.
Aditya yang sedang menyantap sarapannya tampak terganggu panggilan dari nomor tak dikenal.
Aditya tampak bangun dari duduknya dan menuju ke ruang tamu untuk menjawab panggilan tak dikenal tersebut.
"Halo siapa?." Kata Aditya.
"Hah apa? Kecelakaan." Kata Aditya.
"Sekarang dimana istri gue El?." Kata Aditya.
"Gue kesana sekarang." Kata Aditya.
Aditya nampak sangat terkejut, Aditya segera menelepon Ibu Rani Kasih.
"Halo ibu." Kata Aditya.
"Rani kecelakaan Bu." Kata Aditya, dari telepon kasih terdengar sangat terkejut.
"Ibu yang tenang, ibu siap-siap dulu kita otw ke rumah sakit, aku nanti jepit ibu ke rumah."Kata Aditya.
"Iya Bu." Kata Aditya setelah itu menutup teleponnya.
Aditya segera berlari ke arah ruang makan dia segera mengambil jas dan tasnya yang masih berada di dekat kursi.
"Bi saya titip Vania ya." Kata Aditya buru-buru.
"Iya den." Jawa bibi.
"Vania, ayah berangkat dulu ya, nanti Vania berangkat sama pak Toto ya." Kata Aditya terlihat sangat panik.
"Ada apa den?." Kata bibi melihat wajah Aditya yang pucat.
"Gapapa bi, Aditya berangkat dulu." Kata Aditya sambil mengenakan jasnya.
Siska yang penasaran bertanya pada Aditya.
"Ada apa dit?." Kata Siska tak ditanggapi oleh Aditya.
Aditya segera berlari tak mempedulikan pertanyaan dari Siska.
"Mas aditya, ada apa?." Kata Siska reflek berteriak sambil berdiri melihat Aditya berlari.
Bibi yang terkejut mendengar Siska memanggil Aditya 'Mas' sontak menoleh ke arah Siska. Mata keduanya bertemu dan Siska tampak tersenyum canggung.
"Maksudnya Aditya bi." Kata Siska kembali duduk dengan canggung.
...----------------...
Aditya mengendarai mobilnya Dnegan kecepatan di atas rata-rata. Aditya menuju ke rumah Kasih.
"Kenapa Rani sampai bisa kecelakaan? dia sama Daniel kok bisa?." Kata aditya mengoceh sendiri.
Setelah beberapa menit Aditya sampai di depan rumah dan membunyikan klakson beberapa kali.
Kasih tampak keluar dari rumah dengan mata uang sembab. Kasih segera mengunci pintu dan masuk ke mobil Aditya.
"Nak Aditya, sebenarnya Rani kenapa?." Kata Kasih sambil diiringi tangisan.
"Rani kecelakaan Bu, Aditya juga baru tahu tadi pagi, inipun karena diberi kabar oleh Daniel Bu." Kata Aditya sambil terus mengendarai mobilnya.
"Ya Allah Ran."
"Gimana kalau Rani kenapa-napa nak Aditya, Bapak sudah tidak ada, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Rani? Ibu tidak akan bisa hidup." Kata Kasih sembari terus menangis.
"Tidak akan terjadi apa-apa Bu sama Rani." Kata Aditya meyakinkan ibu mertuanya.
Setelah beberapa menit akhirnya Aditya dan kasih sampai di rumah sakit. Aditya dan kasih segera masuk ke rumah sakit dan menuju meja resepsionis.
"Suster kamar pasien atas nama Rani Sandira dimana?." Kata Aditya.
"Sebentar pak, kami cek terlebih dahulu."Kata suster.
"Kamar atas nama Ibu Rani Sandira ada di ruang VIP no.1 Pak, ruangannya ada di sebelah sana nanti bapak lurus nanti belok kanan." Kata Suster.
"Terima kasih." Kata Aditya.
Aditya dan Kasih bergegas menuju kamar tersebut.
Setelah sampai di kamar bertuliskan VIP 1, tanpa mengetuk Aditya langsung masuk ke kamar tersebut.
"Mas Aditya." Kata Rani.
Bersambung,,,,