Please, Marry Me!

SANDIWARA YANG BAGUS

[“Iya! My love, my darling, my sun, my pale baby...! Setelah Noah menikah, aku akan kembali ke sana.”] Suara Tiara terdengar begitu lembut. Tentu saja, dia sedang menelepon sang kekasih.

[“ya, aku akan menunggumu dan sampaikan ucapan selamat ku untuk Noah! ”]

[“Baiklah. Muachh!! Bye, sayang!!”] balas Tiara dengan suara manja.

Setelah selesai bicara dengan sang kekasih yang berada di Inggris, Tiara kembali masuk ke ruangan Noah. Betapa terkejutnya dia saat melihat dua orang yang baru saja ia tinggal sebentar, kini sudah kembali bertengkar.

Melihat itu Tiara geram sendiri, berjalan cepat menghampiri dua temannya tadi.

“Ada apa lagi?” kesal Tiara sedikit memutar kepalanya lelah.

“Tanyakan pada dia, kenapa aku harus menjadi pembantunya, dan— kontrak ini harusnya selesai sampai tujuan masing-masing selesai ' kan??” kesal Hari hingga napasnya naik turun. Sedangkan si pirang masih bersandar dengan penuh kuasa dan senyuman tipis seakan puas.

Tiara menunduk, menarik nafas panjang lalu melihat ke arah Noah dan Hari. “Lebih baik kau setujui saja Hari. Apa salahnya jika mengalah sedikit?” Tiara yang sudah kenal akan si Noah, memilih meminta Hari yang mengalah saja.

“Iya, benar! Jika tidak mau ya sudah!” Noah meraih kertas-kertas itu dan hendak merobeknya.

“Tunggu sebentar.” Dengus kesal Hari.

Wanita itu melirik ke arah Noah yang malah tersenyum ke arahnya. -'Dia benar-benar pria menyebalkan.' Kesal Hari, pasrah juga.

“Baiklah, aku menyetujuinya." Wajah dan ucapan Hari sangat berbeda jauh. Tiara merasa senang mendengarnya tanpa harus mendengar perdebatan mereka. Segera mereka saling memberikan tanda tangan di masing-masing kertas, memasukannya ke dalam map cokelat dan memberinya sebuah matre.

“Dengar. Tidak ada yang boleh tahu tentang isi map ini, mengerti!” jelas Noah menatap tajam Hari.

“Cih! Palingan juga dia yang membuka lebih dulu!” sindir Hari tersenyum remang. Sebisa mungkin Noah menahan map yang dia bawa agar tidak terlempar ke kepala wanita aneh itu.

“Sudah. Sekarang, biarkan aku mengambil foto kalian berdua!” pinta Tiara mulai menyiapkan ponselnya dan tersenyum lebar.

“Untuk apa?” pertanyaan tak terima baru saja keluar dari mulut Noah.

“Aku tidak sudi berfoto dengannya.” Sambung Hari, membuat Noah sontak meliriknya tak enak.

“Jangan berpikir aku akan bahagia dan kegirangan saat berfoto dengan mu.” Sindiran tak terima dari si rubah jelek.

“C'mon guys! Ini untuk menutupi kebohongan kalian sebelum pergi menemui keluarga masing-masing!” kasihan Tiara yang selalu melerai dan berusaha memperjelas agar dua anak itu mau di tipu.

Keduanya terdiam, ada benarnya juga pikiran Tiara, tidak mungkin mereka langsung pergi dan menikah tiba-tiba tanpa adanya hubungan atau perjodohan' kan.

“Baik, hanya untuk rencana” Titah Noah. Tiara kembali tersenyum lebar, setelah itu menyuruh Hari segera duduk di samping Noah sementara Tiara duduk di tempat Hari.

Benar! Keduanya duduk di satu sofa, tapi masih ada jarak di tengahnya. “Ayooo!! Lebih dekat lagi, tempelkan sedikit tubuh kalian seperti sepasang kekasih!” tangan kanan Tiara sudah siap dengan ponselnya.

Perlahan, Hari mulai bergeser sedikit demi sedikit tentu dengan ekspresi malasnya.

Noah yang mulai lelah sendiri, tangan kanannya tiba-tiba merangkul pundak Hari, menarik wanita itu hingga sedekat mungkin dengannya, bahkan punggung Hari menempel ke dada Noah. Ckrik! Satu gambar sudah terambil.

“Bagus!” puji Tiara saat ia mengambil gambar yang pas dengan sekali jepret, ya! Itu harus, karena mendapatkan gambar dari dua anak kecil itu harus cekatan.

“Next!” seru Tiara menyadarkan Hari dan Noah yang masih berada di posisi mereka.

Wanita bersurai gelap itu langsung mendorong kasar Noah, berusaha membenarkan pakaiannya.

Melihat tingkah itu, Noah berpaling karena senyuman kecil terukir di bibirnya. “Sekarang tempelkan wajah kalian seperti sepasang yang romantis!” makin ngaco saja keinginan Tiara.

Namun, mereka mulai berdekatan lagi, tiba-tiba jantung Hari berdetak bak jam dinding.

.

.

.

Sesi foto sudah selesai, rasanya begitu lega sekali untuk Noah dan Hari, kini mereka bisa duduk secara berpisah lagi.

“Aku akan memperbaiki foto kalian, mungkin nanti malam akan selesai.” Jelas Tiara.

“Kalau begitu, besok aku dan si aneh akan menemui kakek setelah fotonya jadi.” Tiara mengangguk.

“Si aneh? Aku punya nama, dasar Rubah jelek.” Seolah tak mau berdebat lagi, Noah hanya mendengus faham.

“Jadi sekarang— ”

“Pergi ke rumahku." Potong Hari. Kakak dan bibinya juga harus tahu akan pernikahan ini.

Tiara dan Noah menoleh bersamaan, melihat ekspresi Hari yang kini terlihat sendu penuh keyakinan.

“Kita bisa pergi besok setelah fotonya selesai.” Saran Noah bernada santai.

“Tidak perlu.”Jawab singkat Hari. Wanita itu benar, meskipun dia membawa foto pun kakak dan bibinya tetap akan tahu kalau Hari berbohong. Kalian tahu sendiri, Hari memiliki kelebihan dimana dia tidak akan bisa berbohong.

Tiara yang tahu, mulai tersenyum lebar mengangguk faham menatap ke arah Hari.

Sementara Noah masih heran dan menurut saja. Tak lama, Tiara pamit lebih dulu karena dia harus mengurus foto tersebut.

Tak berselang lama juga, Hari dan Noah juga mulai keluar dari ruangan, berjalan sejajar bak sepasang kekasih. Tiba-tiba saja Noah mengulurkan tangannya di hadapan Hari yang masih bingung.

“Untuk apa?”

“Rencananya di mulai dari sekarang.”

Sebenarnya sangat merepotkan, tapi wanita itu meraih tangan Noah dan sama-sama menggenggam nya. Dapat mereka rasakan satu sama lain, rasa hangat saat telapak tangan mereka saling bersentuhan. -'Ini sangat memalukan.' Batin Hari saat menyadari tatapan dari para pekerja di sana.

Tentu saja, mereka menjadi pusat perbelanjaan di sana, banyak yang tahu kalau bos mereka itu sungguh keras terhadap wanita. Sudah berapa kali kakeknya selalu mendatangkan wanita seksi, cantik dan kaya untuk cucunya! Tapi pria itu malah menolak mentah-mentah, dan kini— tiba-tiba saja dia bergandengan tangan dengan seorang wanita?

Langkah mereka masih melewati tantangan di sana, saat memasuki lift— baru Noah dan Hari melepaskan tangan mereka dan bernapas lega. Setelah lift terbuka, mereka akan kembali bergandengan dengan senyuman palsu mereka.

Brruusss! Leo menyemburkan kopi yang baru saja masuk ke mulutnya, saat melihat pemandangan di depan mata sungguh mengejutkan dirinya. “No-Noah? Sejak kapan?” tanya-nya bingung.

“Mungkin dia malu! Melihat dari wajah kekasihnya, sangat cantik!" jelas Lee salah satu karyawan di sana juga.

Sampai di luar perusahaan, langkah keduanya mulai tergesa-gesa dan masuk ke dalam mobil, tawa geli keluar dari mulut Noah dan Hari saat tahu akan ekspresi terkejutnya dan melongo dari para pekerja di perusahaan tersebut.

“Hahaha / hihihihi!!!” tawa kecil melanda keduanya, merasa seakan mereka tengah melakukan peran palsu yang menyenangkan.

Saat keduanya mulai menoleh menatap satu sama lain, tawa berhenti tiba-tiba. “Ehem!” deham Noah balik menatap depan dan mulai menyetir. Sedangkan Hari juga menatap lurus sambil menyelipkan surai-nya di belakang telinga. Rasanya begitu canggung.

...🛫📍🛬...