NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Reyhan

Simpanan Tuan Reyhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Nikah Kontrak
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nova Diana

Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesedihan Tania.

“Tania.”

Reyhan menghampiri Tania yang sedang duduk di atas tempat tidur menatap keluar jendela dan memeluk lututnya. Reyhan masih melihat kesedihan yang mendalam di mata Tania.

“Mas, kau datang.”

Suara lemah Tania menambah kesedihan Reyhan, gadis yang biasanya akan menyambutnya dengan suara riang dan wajah yang ceria kini hilang.

“Ada apa, Tania? Kau sakit?” Pilihan terakhir Reyhan, berpura- pura tidak tahu dan memilih bertanya langsung kepada Tania.

Dengan senyum yang di paksakan untuk menutupi kesedihannya Tania menjawab “tidak, aku sehat. Kenapa? Memang aku terlihat sakit?”

“Bahkan orang buta, pun akan tahu jika kau sedang tidak baik- baik saja, Nia.”

Tania tertawa mendengar perkataan Reyhan yang aneh dan cendrung tidak masuk akal.

“Mas, bohong pun harus ada batasnya, lah. Masa iya orang buta ngeliat.”

Memukul bahu Reyhan, Reyhan melirik tangan Tania yang asik memukuli bahunya.

“Maaf, maaf.” Menarik tangannya dan mengelus- elus bekas pukulannya.

“Benar, kau tidak apa?” Kembali bertanya untuk memancing Tania bicara.

“Benar, aku baik- baik saja.” Meyakinkan Reyhan dengan wajahnya yg di buat ceria.

“Baiklah, sudah makan? Mas bawa makanan kesukaanmu.”

“Apa, Mas?” Tania terlihat agak bersemangat mendengar Reyhan membawakannya makanan kesukaan. Tania menebak- nebak, palingan hanya roti isi daging dan salad.

Reyhan menarik tangan Tania menuju meja makan.

Mata Tania membulat dan senyumnya menjadi lebar saat melihat bungkusan yang Reyhan bawa.

“Bakso?” Tania berlari mendekat ke arah bungkusan.

“Yey, beneran bakso. Makasih, ya, Mas.”

Tania menghambur ke pelukan Reyhan dan segera mengambil mangkok untuk bakso.

Tania menuangkan satu persatu bungkusan ke mangkuk, dari plastik isi bakso, sausnya dan sambal yang menurut Reyhan itu terlalu berlebihan.

“Tania, bagaimana bisa kau makan dengan sambal sebanyak itu?” Mulai protes dengan sambal yang Tania makan.

“Mas, makan bakso jika tidak begini bukan makan bakso namanya!” Tidak mau kalah dengan protesnya Reyhan.

Tania makan dengan sangat lahap, seakan melupakan masalah yang sedang ia tanggung saat ini. Ataupun hanya ingin melupakan sejenak dan menikmati semangkuk bakso pedas.

Meskipun Reyhan tidak suka melihat Tania memakan makanan terlalu pedas seperti ini, tapi kali ini Reyhan mengalah, mungkin saat ini hanya dengan semangkuk bakso bisa menyenangkan hati Tania.

Makanlah, Nia. Kali ini akan ku biarkan kau makan pedas sepuasmu. Semoga hati mu menjadi lebih baik.

Tania menghabiskan bersih sampai kuahnya tidak tersisa setetes pun.

“Mas, minum.” Tania baru terasa pedasnya bakso yang ia makan setelah selesai.

Reyhan yang panik langsung mengambil botol minum di dalam kulkas dan menyerahkan pada Tania.

“Pelan- pelan. Pedas ‘kan. Ini terakhir, besok- besok tidak boleh lagi makan yang pedas berlebih seperti ini.”

Mengomel panjang lebar, Tania tertawa mendengar omelannya. Di kuping Tania, omelan Reyhan seperti burung berkicau yang lucu.

“Haha. Tidak, Mas, aku tidak kepedesan, hanya ingin minum.” Berbohong demi bisa terus makan bakso.

Tentu Reyhan tidak percaya, bibir Tania yang sudah terlihat sangat merah dan matanya yang berair membuktikan betapa pedasnya bakso yang Tania makan.

Ternyata air putih tidak bisa menghilangkan rasa pedas di lidah Tania. Ia berjalan ke kulkas, mencari es kopi yang ia beli melalui ojek online.

“Tania.” Nadanya sudah terlihat kesal. Kenapa susah sekali mengatakan padanya itu tidak bagus untuk dirinya. Dan juga kenapa harus makan sambal sebanyak itu.

Reyhan kesal sendiri, padahal bakso itu dari dia juga.

“Iya, iya, Mas. Besok- besok Tania nggak makan pedes lagi.”

Mengah juga akhirnya, dari pada ia kena amuk. Lebih baik mengalah.

“Nia, kemari lah.” Reyhan berjalan duluan menuju balkon di ikuti Tania yang masih menghilangkan rasa pedas dengan minum es kopi.

Reyhan duduk terlebih dahulu disusul, Tania duduk di samping Reyhan. Bimbang Reyhan, ingin memulai bicara dari mana, karena sepertinya, Tania tidak akan bercerita tentang masalahnya jika ia tidak bertanya.

“Tania,” mengusap lembut kepala Tania, gadis itu menoleh dengan tersenyum.

“Iya, Mas, kenapa?” Wajah murungnya sudah hilang setelah makan tadi, kini wajahnya sudah menjadi ceria.

Aku tahu, kau kuat, Tania! Tapi aku tidak menyangka kau bisa setegar ini.

Reyhan masih tidak habis pikir, bagaimana cara Tania meredakan marahnya, bahkan ia tidak memberi tahu Reyhan tentang masalahnya.

“Apa yang kau lakukan hari ini? Kenapa tidak mengirimkan pesan.”

Reyhan memilih menggunakan cara halus untuk memancing Tania.

“Eh, iya, hehe. Maaf, Mas. Aku tidak jadi kuliah, aku hanya menghabiskan waktu di kamar. Tidak keluar juga untuk membeli makan, aku pesan melalui ojek online.”

Panjang lebar Tania menjelaskan, tapi tidak ada mengarah ke masalahnya.

“Kenapa tidak kuliah? Apa kau sakit?” Reyhan menempelkan punggung tangannya ke dahi, Tania, mengecek suhu badannya.

“Tidak, aku tidak sakit.”

“Hemm, baiklah. Lalu apa saja yang kau lakukan di kamar, karena tidak mungkin rasanya jika kau hanya berdiam diri, itu bukan kamu.”

Tania tergelak mendengar pertanyaan Reyhan, Memangnya aku se petakilan itukah, pikir Tania.

Tapi jika di ingat-ingat memang aku tidak bisa berdiam diri lama di apartemen, sih. Bahkan aku akan turun hanya untuk mencari kuaci di swalayan bawah. Tania makin tergelak.

“Hei!” Reyhan mencolek hidung, Tania, bukannya menjawab malah ia tertawa puas.

Tapi baguslah, mungkin resah dihatimu bisa sedikit terobati sedikit. Reyhan tersenyum tipis.

“Benar, tadi aku hanya berdiam diri.” Masih meyakinkan Reyhan, bahwa ia memang tidak melakukan apapun hari ini selain duduk dan tidur saja.

Bahkan saat petugas kebersihan datang Tania hanya diam melihatnya, biasanya jika petugas datang dan Tania di apart, mbak petugas akan diajak bicara sepanjang membersihkan apartemennya.

Ya, meskipun mbak siti terlihat khawatir tadi dan menanyakan kondisiku karena melihat barang- barang yang berserakan di lantai, tetap saja aku enggan berbicara.

“Baiklah. Tania, apakah kau tahu, Mas akan selalu ada untukmu, ceritakan masalahmu, berbagilah keluh kesahmu seperti, Mas yang selalu berbagi cerita padamu.”

Tania terlihat terdiam, menggigit bibir bawahnya terharu dengan penuturan Reyhan, hatinya tersentuh.

“Jika bukan dengan, Mas lalu dengan siapa kamu ingin berbagi keluh kesahmu.”

Mata Tania mulai berembun, rasa sesak di dadanya datang kembali, membuatnya ingin menangis lagi.

Reyhan menyadari, dan langsung memeluk Tania, membuat wajah gadis itu berada di dadanya.

Tania sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, tangisnya pecah, meluapkan rasa sesak yang muncul di hatinya.

Reyhan membiarkan tangis Tania, membiarkan Tania meluapkan emosi di hatinya, ia hanya memberi sentuhan lembut di rambut Tania.

Cukup lama Tania menangis, baju Reyhan sudah basah oleh air mata dan air hidungnya. Tangisnya pun sudah berhenti tinggal menyisakan isakan kecil.

Bersambung…

1
Nova Diana
Hallo Readers. Mohon dukukangan untuk pemula seperti aku, ya. Tinggalkan Like dan komentar kalian. Jika ada yang kurang mohon di sampaikan untuk aku perbaiki, ya. Terima kasih. 🫶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!