NovelToon NovelToon
BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:913
Nilai: 5
Nama Author: Yuli Yanti

Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Langkah Awal

“Loh, kamu udah mau berangkat?” tanya ibu Widuri, memandangi putrinya yang sudah rapi di jam yang masih pagi.

“Aku hari ini mau ikutan olimpiade, Mah,” jawab Widuri santai sambil menggigit roti bakar.

“Yaudah, nggak mau sarapan yang lain? Kalau mau, Mama buatin. Masih pagi banget, ini,” tawar ibunya lembut.

“Nggak usah, Mah. Aku bawa bekal aja buat nanti istirahat olimpiade.”

Ibunya tersenyum sambil mengelus kepala Widuri. “Semangat, ya. Mama doain kamu sukses!”

Widuri hanya mengangguk kecil. Dalam hati, dia merasa tenang karena setidaknya ada satu orang yang selalu mendukungnya tanpa syarat. Dia mengambil tas dan bergegas ke sekolah, berharap hari ini berjalan lancar.

Di perjalanan menuju sekolah, angin pagi terasa sejuk. Langit cerah, seolah memberikan semangat baru untuk Widuri. Namun, jauh di dalam hatinya, masih ada sedikit rasa gugup. Ini adalah olimpiade pertamanya, dan dia tidak ingin mengecewakan tim atau dirinya sendiri.

---

Sesampainya di sekolah, suasana sudah ramai. Beberapa murid terlihat sibuk mempersiapkan diri, termasuk Damar, teman sekelas Widuri yang juga satu tim dalam lomba debat. Damar adalah salah satu orang yang bisa membuat Widuri merasa nyaman, meskipun mereka tidak terlalu dekat.

“Widuri! Ke sini sebentar,” panggil Damar sambil melambaikan tangan.

Widuri mendekat dengan langkah santai. “Ada apa, Dam?”

“Urutan tampil kita udah ditentukan. Tim kita tampil kedua,” jelas Damar. Wajahnya terlihat tenang, meski Widuri bisa merasakan sedikit kegugupan darinya.

Widuri mengangguk. “Oke. Kita harus maksimalin persiapan.”

“Setuju. Eh, kamu udah siap banget, kan? Aku tahu kamu bisa,” kata Damar sambil tersenyum penuh keyakinan.

Mendengar itu, Widuri merasa sedikit lebih percaya diri. Dia tahu bahwa Damar adalah salah satu orang yang selalu memberi dukungan tanpa menghakimi.

“Jangan lupa bagian aku, ya. Nanti kalau aku lupa, kamu colek aja,” candanya, mencoba menghilangkan ketegangan.

Widuri tersenyum kecil. “Ya, tenang aja. Kalau kamu lupa, aku ingetin.”

---

Di aula perlombaan, suasana tegang. Tim pertama sedang tampil, sementara Widuri dan timnya menunggu giliran. Widuri menggenggam kertas catatannya erat-erat, mencoba menenangkan diri.

“Relax aja, Wid. Kita udah latihan berkali-kali,” bisik Damar.

Widuri mengangguk, meskipun tangannya tetap gemetar. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya.

“Selanjutnya, tim dari SMA Harapan Bangsa, silakan maju ke depan,” panggil pembawa acara.

Dengan langkah mantap, Widuri, Damar, dan anggota tim lainnya berjalan ke depan. Widuri memulai presentasi dengan tenang dan percaya diri. Setiap kata yang dia ucapkan terasa mengalir, seolah-olah dia benar-benar menguasai materi yang dibahas.

Damar dan anggota tim lainnya juga tampil dengan luar biasa, saling melengkapi argumen. Meski awalnya gugup, Widuri merasa lebih tenang saat melihat bagaimana Damar mampu menjaga tempo dan menyampaikan argumennya dengan jelas.

Setelah sesi debat selesai, Widuri merasa lega. Mereka telah memberikan yang terbaik.

Pengumuman hasil lomba pun tiba. “Pemenangnya adalah... SMA Harapan Bangsa!”

Ruangan bergemuruh dengan tepuk tangan. Widuri dan timnya saling berpelukan, merayakan kemenangan mereka. Untuk sesaat, Widuri merasa bebas dari beban-beban yang selama ini menghantuinya.

"Apa aku bilang, kita pasti menang,'' bangga Damar yang membuat teman-teman nya terkekeh kecil

---

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Saat keluar dari aula lomba, Widuri melihat seseorang yang tidak ingin dia temui: Galuh.

“Widuri, aku mau ngomong,” kata Galuh sambil melangkah mendekat.

Widuri memalingkan wajah. “Aku lagi sibuk, Gal. Jangan ganggu aku.”

“Tolong dengar aku dulu,” kata Galuh dengan nada memohon.

Widuri berhenti, menatapnya tajam. “Kamu nggak ngerti, ya? Aku udah bilang jangan ganggu aku lagi. Apa yang kamu lakuin sekarang cuma bikin aku makin yakin kalau aku udah ambil keputusan yang benar.”

Galuh terdiam, tapi dari tatapan matanya, Widuri tahu bahwa dia belum akan menyerah.

“Udah cukup, Galuh,” tambah Widuri sebelum berbalik dan melangkah pergi. Dia tidak ingin membiarkan masa lalunya menghancurkan kebahagiaan kecil yang baru saja dia dapatkan.

---

Setelah percakapan itu, Widuri mencoba melupakan kejadian tersebut. Dia tidak ingin membiarkan Galuh merusak hari baiknya. Widuri berjalan ke kantin bersama Damar, yang terus memuji kerja keras tim mereka.

“Kamu keren banget tadi,” kata Damar sambil tersenyum. “Aku yakin kita bakal lolos ke tingkat provinsi.”

Widuri hanya tersenyum kecil. Meski senang dengan pujian itu, pikirannya masih sedikit terganggu oleh pertemuan dengan Galuh.

“Wid, kamu baik-baik aja?” tanya Damar, menyadari perubahan ekspresi Widuri.

Widuri mengangguk. “Iya, aku cuma capek aja.”

Damar tidak mendesak. Dia tahu bahwa Widuri butuh waktu untuk berbicara, dan dia tidak ingin memaksa.

---

Malam harinya, di rumah, Widuri duduk di depan meja belajarnya. Buku-buku terbuka di depannya, tapi pikirannya melayang. Dia memikirkan bagaimana Galuh terus muncul dalam hidupnya, bahkan ketika dia sudah berusaha untuk menjauh.

“Kenapa dia nggak bisa ngerti?” gumamnya pelan.

Widuri mengambil buku catatan dan mulai menulis. Menulis adalah salah satu cara dia melampiaskan perasaan tanpa harus berbicara langsung dengan orang lain.

"Galuh, aku ingin kamu tahu bahwa aku sudah selesai dengan masa lalu kita. Aku sudah berusaha keras untuk melupakanmu, tapi kenapa kamu terus muncul? Kamu bilang mencintaiku, tapi aku tidak melihatnya dalam tindakanmu. Aku hanya ingin hidup tenang, tanpa bayang-bayangmu."

Setelah menulis itu, Widuri merasa sedikit lega. Dia menutup bukunya dan memutuskan untuk tidur lebih awal, berharap esok hari membawa suasana yang lebih baik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!