Alvaro dan Liona telah menikah selama 4 tahun,Alvaro mempunyai kekurangan yaitu mengalami sperma encer.Liona selalu mencoba bertahan hidup bersama Alvaro karena suaminya itu memperlakukannya bagaikan ratu,Liona juga mempunyai toko butik yang telah dia buka selama 2 tahun,dan Liona adalah seorang perancang busana,Liona juga mempunyai sahabat bernama Sara,dan Alvaro suami Liona mempunyai seorang adik perempuan yang sangat cantik namanya Elvira dan telah menikah dengan seorang pria bernama candra.hubungan Elvira dan Liona sangat baik,bagaikan saudara kandung. suatu ketika Liona bertemu dengan teman masa lalunya yang bernama Cakra,dan Cakra ini adalah teman dekat Liona semasa kuliah dulu yang menyukai Liona,namun Cakra tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Liona sampai mereka lulus kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Pertemuan Alvaro Dan Elvira
Setelah mengisi perutnya, Alvaro melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya. Dengan perasaan tenang, Alvaro sudah mempersiapkan keputusannya untuk Liona. Dengan kecepatan sedang Alvaro terus melaju dengan mobilnya. Di tengah perjalanannya, tiba-tiba Alvaro menghentikan mobilnya. Alvaro melihat kerumunan orang-orang di jalan raya sedang memandangi tubuh seorang wanita yang tergeletak di tengah jalan. Karena penasaran, Alvaro keluar membuka pintu mobil dan keluar dari mobilnya untuk melihat apa yang sedang terjadi,sehingga jalanan itu penuh dengan kerumunan orang banyak.
"Maaf Pak, apa yang sedang terjadi?" tanya Alvaro kepada salah seorang warga yang ada di situ.
"Wanita ini korban tabrak lari, Mas." sahut bapak itu sambil menunjuk ke arah wanita yang sedang tergelatak itu. Alvaro masuk di tengah kerumunan orang-orang dan melihat wanita itu. Betapa kagetnya Alvaro saat melihatnya, ternyata wanita itu adalah adiknya Elvira.
"Elviraaa! Ya Allah!" teriak Alvaro. "Pak, tolong bantu saya angkat masuk ke dalam mobil. Dia adalah adik saya." pinta Alvaro kepada sebagaian warga yang masih berdiri memandangi tubuh Elvira yang terluka. Para warga itu lalu membantu Alvaro mengangkat tubuh Elvira masuk ke dalam mobil Alvaro.
"Terima kasih, bapak sekalian. Saya akan membawa adik saya ke rumah sakit terdekat." ucap Alvaro dengan penuh kecemasan yang melihat kepala Elvira terluka.
"Sama-sama, Mas." sahut salah seorang warga. Alvaro langsung melaju dengan mobilnya membawa Elvira ke rumah sakit terdekat. Kecemasan dan kegelisahan meliputi hati dan pikiran Alvaro melihat adik satu-satunya terluka dan pinsan. Selama ini selain Liona, hanya Elvira yang Alvaro miliki. Kehilangan kedua orang tuanya membuat Alvaro selalu menjaga dan melindungi Elvira, karena Elvira satu-satunya keluarga yang dia miliki saat ini. 20 menit kemudian, Alvaro sampai di rumah sakit. Alvaro langsung membuka pintu mobilnya, lalu menggendong tubuh Elvira yang sedang pinsan masuk ke dalam ruangan rumah sakit itu.
"Suster... Tolong adik saya. Dia terluka dan pinsan." pinta Alvaro, memanggil salah seorang perawat yang kebetulan sedang berjalan di depannya. Suster itu lalu menolong Alvaro untuk membawa tubuh Elvira ke ruangan IGD. Sesampainya di dalam ruangan itu, suster dan Alvaro meletakkan tubuh Elvira di atas Bed pasien.
"Saya akan memanggil dokter, ya, Mas." ucap suster muda itu. Alvaro mengangguk, dan menatap tubuh Elvira yang masih tidak sadarkan diri. Beberapa detik kemudian seorang dokter masuk bersama suster. Dokter itu memeriksa tubuh Elvira dan menyuruh suster membersihkan sisa kotoran dan mengobati beberapa luka yang ada di kening dan kepala Elvira.
"Bagaimana dengan adik saya, dokter?" tanya Alvaro dengan penuh kecemasan.
"Sepertinya, adik Mas korban tabrak lari. Dia mengalami luka di kepala dan keningnya." sahut dokter itu.
"Apakah lukanya parah, dokter?" tanya Alvaro lagi dengan rasa penasaran.
"Di bagian kepala, tidak apa-apa. Hanya saja di sekitar kening harus dijahit. Karena ada yang sobek." kata dokter itu sambil menatap kening Elvira yang sobek.
"lakukan, apa yang menurut dokter baik. Tolong adik saya, dokter." pinta Alvaro sambil menatap wajah dokter itu dengan penuh harap. Dokter itu menganggukkan kepalanya, suster memerintahkan Alvaro untuk meninggalkan ruangan IGD. Agar Elvira bisa ditangani dengan cepat. Alvaro menunggu di depan pintu ruangan IGD sambil berdoa. Sedangkan, di dalam ruangan IGD dokter dan suster sedang melakukan tugasnya. 30 menit kemudian, dokter keluar dari ruang IGD. Alvaro yang melihat dokter keluar, langsung menghampiri Sang dokter.
"Bagaimana kondisi adik saya, Dokter?" tanya Alvaro.
"Kening adik Mas sudah selesai kami obati. Adik Mas juga sudah sadar dari pinsannya." kata dokter itu sambil tersenyum kepada Alvaro.
"Bolehkah saya masuk ke dalam, Dokter?" tanya Alvaro yang penasaran dengan kondisi Elvira.
"Boleh, silahkan." sahut dokter itu,sambil tersenyum kepada Alvaro dan melangkah kembali ke ruangannya. Alvaro langsung membuka pintu ruang IGD itu dan masuk menemui Elvira.
"Elvira, bagaimana dengan keningmu? Apakah masih sakit?" tanya Alvaro sambil memegang tangan adiknya. Elvira sangat kaget, karena tidak menyangka akan bertemu dengan kakaknya di rumah sakit.
"Kak Alvarooo! Teriak Elvira sambil menangis dan memeluk kakaknya. "Kak Alvaro ke mana saja?" tanya Elvira dengan mata berkaca-kaca. Alvaro lalu menceritakan tentang kepergiannya. Dan pengalamannya bertemu dengan kakek jenggot dan nenek Puri.
"Aku sangat kecewa dengan Mbak Liona. Karena telah menyakiti kak Alvaro." ucap Elvira dengan mata yang masih berkaca-kaca. Elvira juga mengatakan pada Alvaro,bahwa dirinya telah keluar dari rumah Alvaro, dan mengontrak sebuah rumah dari uang pemberian Alvaro kepadanya. Alvaro menghela nafas panjang, seolah mengeluarkan segala beban yang ada di dalam hatinya.
"Di mana kamu tinggal sekarang?" tanya Alvaro dengan rasa ingin tahu. Elvira memberikan alamatnya kepada Kakaknya, dan juga mengatakan tentang kedua anaknya yang sedang dijaga oleh seorang ibu tua yang tidak punya keluarga juga.
"Kenapa kamu bisa kecelakaan?" tanya Alvaro dengan penasaran.
"Aku baru keluar dari sebuah toko bunga, Kak. Aku melamar pekerjaan, lalu aku menyebrang jalan dan terjadilah kecelakaan itu." ucap Elvira.
"Setelah kamu sembuh, kita tinggal bersama. Aku akan memberimu modal usaha untuk berjualan." sahut Alvaro sambil mengelus pipi Elvira. "Kakak, tidak ingin melihatmu hidup menderita lagi. Kamu harus bangkit." ucap Alvaro lagi. Elvira menatap Kakaknya dengan penuh kasih sayang.
"Bagaimana dengan Kakak sendiri?" tanya Elvira dengan rasa ingin tahu. Alvaro menghela nafas panjang, lalu mengatakan niatnya untuk berpisah dengan Liona.
"Apakah, Kak Alvaro yakin dengan keputusan Kakak?" tanya Elvira dengan perasaan ragu. Elvira yakin bahwa Kakaknya itu masih mencintai Liona.
"Iya Elvira. Kakak yakin dengan keputusan Kakak." sahut Alvaro dengan penuh keyakinan.
"Tapi, Kak Alvaro masih mencintai Mbak Liona, kan?" tanya Elvira.
"Kakak selalu mencintai Liona. Tapi, Kakak tidak bisa menerima penghianatan Liona." sahut Alvaro sambil mengangkat kepalanya dan membayangkan Liona bercinta dengan pria lain.
"Aku hanya berdoa, semoga Kak Alvaro dan Mbak Liona mendapatkan kebahagiaan." ucap Elvira dengan penuh kebijaksanaan. Seorang suster masuk ke ruang IGD dan hendak memindahkan Elvira ke ruangan pasien.
"Maaf, Mas. Mbak ini akan dipindahkan ke ruangan pasien." kata suster itu.
"Apakah Adik saya belum boleh pulang, suster?" tanya Alvaro.
"Dokter menyarankan agar adik mas dirawat dulu sampai lukanya sembuh." ucap suster itu. Alvaro mengikuti perkataan suster itu. Suster itu lalu memindahkan Elvira ke ruangan pasien yang tersedia. Alvaro terpaksa menunda kepulangannya di rumah. Karena harus menemani dan menjaga Elvira di rumah sakit. Setelah Elvira dipindahkan ke ruangan pasien, Alvaro keluar mencari makanan untuk Elvira dan dirinya, karena hari sudah malam.
***