Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXXV Intan Sadar Dari Komanya
Intan sudah dirawat selama satu bulan, segala usaha sudah dilakukan oleh Seno untuk memerintahkan para dokter agar menangani Intan dengan semaksimal mungkin, baik dari peralatan yang canggih maupun obat-obatan yang mahal.
Masa kritis Intan sudah lewat, kini tinggal menunggu dia sadar.
Tiba-tiba pak Wawan melihat tangan intan bergerak-gerak, pak Wawan langsung mendekatinya.
“Bu….! Intan sadar Bu.”
“Benarkah.”
“Intan, kamu sudah sadar Nak, bangun Nak, ini Bapak dan Ibu.”
Pelan-pelan mata Intan terbuka, dia seperti orang linglung, kenapa dia berbaring dengan tangan yang diinfus, dan ini dimana, banyak pertanyaan yang ada di otak Intan.
“Intan, Kamu baik-baik saja?” bu Asih langsung mendekati Intan,
“Ibu…, ini kenapa Intan begini?, ini dimana?, Ibu kenapa ada disini?”
“Intan Kamu istirahat dulu ya, jangan banyak bergerak dan berpikir dulu.”
“Intan kenapa Bu?”
“Sebulan yang lalu Kamu dan Ani diculik, Kamu diselamatkan oleh Sekar, pertama diselamatkan Kamu bukan berterima kasih, tapi Kamu malah kabur.”
“Kemudian anak buah Sekar sekali lagi menyelamatkan Kamu, naasnya kamu tertembak dan mengalami kondisi koma.”
“Untung papanya Sekar baik sekali, kamu diperjuangkan untuk bisa selamat, dan Ibu sama bapakmu ditanggung hidupnya selama menunggu Kamu disini.”
“Ibu, kak Sekar dan keluarganya sangat baik sama Kita, Intan menyesal sudah menyia-nyiakan kak Sekar waktu masih ikut keluarga kita.”
“Ibu juga merasa menyesal, nanti kita minta maaf ya kalau Kamu sudah sembuh.”
“Ya Bu.”
“Ibu, Intan jangan diajak ngomong terus, dia baru sadar, Bapak mau panggil perawat dulu untuk melaporkan kalau Intan sudah sadar.”
“Ya Pak, cepat panggil perawat.”
“Pak Wawan langsung keluar untuk memanggil perawat.”
Tidak lama Pak wawan masuk ke ruang perawatan Intan diikuti dokter dan perawat.
Dokter memeriksa kondisi Intan dengan teliti.
“Ibu, Bapak, kondisi nona Intan sudah baik, tinggal menunggu pemulihan tubuhnya saja, mungkin dirawat satu minggu lagi sudah boleh pulang.”
“Betulkah dokter?, alhamdulillah.”
“Betul Bu, sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.”
“Ibu, Bapak saya permisi dulu.”
“Silahkan dokter, terima kasih.”
Kemudian dokter meninggalkan ruang perawatan Intan.
“Bu, segera telepon ke tuan Seno atau Sekar, laporkan kalau Intan sudah sadar.”
“Ibu tidak punya nomor tuan Seno ataupun Sekar Pak.”
“Kalau gitu telepon Ani saja, suruh dia yang melaporkan.”
“Ya Pak, sebentar Ibu cari nomornya.”
Ani semenjak Intan koma, belum pulang ke kampungnya, Sekar menyuruh Ani untuk tinggal saja di Jakarta untuk meneruskan pendidikannya.
Sekar yang akan menanggung semua biaya sekolah maupun hidupnya, Ani bercita-cita menjadi dokter, Ani seorang anak yang pintar, sopan dan penurut, sehingga Sekar berencana untuk membantu Ani mencapai cita-citanya menjadi dokter, yang nantinya akan menjadi dokter di sindikat Teratai Putih.
Saat sekarang Ani juga sudah masuk menjadi anggota Teratai Putih, dia belajar segala macam ilmu bela diri setelah pulang sekolah, Sekar berpesan kepadanya, seorang wanita harus bisa menjaga dirinya sendiri, ilmu bela diri yang dia pelajari harus digunakan untuk kebaikan, untuk menolong orang.
“Hallo Bibi, ada apa telepon Ani?”
“Ani, Bibi minta tolong, tolong Ani laporkan kepada Sekar kalau Intan sekarang sudah sadar, kata dokter kondisinya sudah baik, seminggu lagi boleh pulang.”
“Sekar sudah sadar Bibi?, alhamdulillah, ya ini Ani lapor ke kak Sekar, nanti sore Ani ke rumah sakit.”
“Ya Ani, terima kasih.”
Ani langsung pergi mencari Sekar, kebetulan hari ini Sekar tidak ada kegiatan, dia sedang ada di rumah.
"Kak boleh Ani menghadap?”
“Ada apa Ani?, kok kaya serius gitu mukamu.”
“Ini Kak, melaporkan, Intan sudah sadar, kata bibi Asih tadi kondisi Intan sudah baik, mungkin seminggu lagi boleh pulang.”
“Alhamdulillah.”
“Ani mau minta ijin nanti sore untuk menengok Intan.”
“Silahkan, nanti Kamu biar ditemani Mawar ke rumah sakit.”
“Terima kasih Kak, saya kembali ke kamar.”
“Ya silahkan.”
Kemudian Sekar memerintahkan Mawar untuk menemani Ani sore nanti ke rumah sakit.
Selama Sekar kembali ke rumah Seno, Mawar lah yang diperintah untuk menjadi asisten pribadi Sekar, apapun urusan Sekar, Mawar lah yang mengurusnya.
Mawar adalah anak yatim piatu, dia diketemukan Seno ketika keluarganya mengalami kecelakaan antara bis yang ditumpangi keluarganya dengan truk, ibu bapak dan adiknya meninggal di tempat, sehingga ketika dia dirawat dirumah sakit, Seno dan Sandra lah yang mengurusinya, umur Mawar dan Sekar hampir sama, tua Mawar tiga bulan.”
Mawar adalah salah satu anggota Teratai Putih yang handal dalam ilmu bela diri, dan mahir dalam menggunakan segala macam persenjataan, Mawar adalah anak yang cerdas.
“Mawar, nanti sore temani Ani ke rumah sakit, sekalian tanya dokter keadaan yang sesungguhnya tentang kesehatan Intan.”
“Siap Nona, ada perintah lain?”
“Tidak, sudah itu saja.”
“Baik Nona.”
Sorenya Mawar dan Ani berangkat ke rumah sakit dengan mobil Sekar, Sesampainya di rumah sakit Ani langsung menuju ruangan Intan, sedangkan Mawar langsung ke ruangan dokter.
“Dokter, bagaimana kondisi Intan?”
“Sudah membaik Nona, tinggal pemulihan saja, mungkin seminggu lagi sudah boleh pulang.”
“Apakah kondisi fisik dan yang lainnya tidak ada masalah?”
“Ada sedikit masalah, sementara dia tidak boleh berpikir terlalu keras, tidak boleh terlalu capek.”
“Tapi tidak ada yang membahayakan kan dokter?”
“Sementara ini tidak ada, tapi harus control, setelah keluar dari rumah sakit seminggu kemudian, dilanjutkan sebulan sekali control.”
“Kalau sudah dinyatakan dokter kondisinya benar-benar baik, boleh diberhentikan kontrolnya.” jawab dokter
“Mungkin dia habis ini pulang kampung, rumahnya di Temanggung dokter, apa boleh kontrol di rumah sakit terdekat dengan rumahnya?”
“Ga apa-apa Nona, nanti saya kasi rekomendasi untuk kontrol ke rumah sakit cabang kita yang di Semarang.”
“Berarti sudah tidak ada yang membahayakan?” kata dokter.
“Intan bisa sembuh seperti sediakala kan dokter?”
“Insya Allah bisa’ alat-alat rumah sakit kita sangat canggih.”
“Baik dokter terima kasih.”
Kemudian Mawar keluar dari ruangan dokter. Dia menuju ruangan rawat inapnya Intan.
“GImana kondisimu Intan?”
“Alhamdulillah sudah baikan Kak.”
“Baik, jaga diri baik-baik, Ani ayo kita pulang.”
‘Ya Kak,”
“Bibi, Ani pulang dulu ya, jaga kesehatan Bibi sama paman.”
“Ya Ani, terima kasih ya.”
“Sama-sama Bibi.”
“Intan cepat sehat ya, Ani pulang dulu, nanti ada kesempatan Ani nengok kamu lagi.”
“Ya Ani, hati-hati di jalan, terima kasih ya.”
“Nona Mawar, hati-hati di jalan, terima kasih sudah menyempatkan menengok Intan.” kata Asih
Mawar hanya diam tidak menjawab, dia langsung keluar tanpa pamit.
Mawar tidak suka dengan keluarga Intan yang mulutnya sangat kurang ajar, dia tida mau berbasa -basi pura-pura suka, orang kurang ajar ya harus diberi pelajaran, meskipun dia lebih tua darinya, biar mereka sadar dengan kesalahannya.