Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3 : Edgar Nggak Playboy Kayak Papinya
Tubuh Dira terasa kaku, darah didalam tubuhnya seperti tidak mengalir saat berada di ruangan ini, terlebih saat tuan Edgar berjalan mendekatinya setelah mendengar jawabannya yang kurang sopan.
Dira semakin dalam menundukkan kepalanya.
''Kau tau adab dalam berbicara dengan lawan bicaramu?!'' bentak Edgar.
''Ma-maaf Tuan..'' ucap Dira pelan-pelan mengangkat wajahnya.
Dira bisa melihat dengan jarak yang sangat dekat bagaimana tampannya bos baru.
Suasana hening, Edgar pun juga terdiam menatap bola mata indah milik Dira, tiba-tiba wajahnya mendekat dengan mata terpejam.
''Maaf.'' ucap Dira lirih lalu mundur satu langkah.
''****!!'' umpat Edgar dalam hati karena terpana dengan Dira dan hampir saja menciumnya.
''Duduk! ada yang mau saya bahas.'' suruh Edgar lalu kembali ke tempat duduknya.
Dira langsung nurut.
''Kau tau kan jika saya yang menggantikan ayah saya disini, so..'' ujar Edgar dengan tatapan tajam.
''Saya mengerti Tuan, saya akan tetap rutin seperti biasanya.'' jawab Dira.
''Dan untuk soal kerusakan mobil Tuan, akan saya bayar terlebih dahulu. Boleh saya meminta nomor rekening Tuan?'' ujar Dira hati-hati.
Edgar mengernyitkan dahinya mendengar apa yang dikatakan oleh Dira.
''Polos sekali..'' batinnya.
Namun, ia tetap mengabulkan apa yang diminta oleh Dira. Edgar ingin melihat apakah Dira benar-benar serius terhadap ucapannya.
Dira meraih kertas yang sudah dituliskan nomor rekening Edgar dan langsung mengambil ponselnya yang berada di saku.
Dengan cepat, Dira membuka aplikasi sebuah bank untuk melakukan transaksi secara online dan mengetik nomor rekening tujuan serta nominal.
Setelah memastikan tidak ada kesalahan, Dira menekan tanda kirim.
''Sudah Tuan, bisa di cek.'' ucap Dira.
Edgar tak menjawab, ia langsung mengambil ponselnya sendiri dan benar saja sebuah pesan masuk berisikan dana masuk ke rekeningnya.
''Dasar bodoh! bisa-bisanya enak banget dibohongi.'' umpat Edgar dalam hati.
Ehm!
''Kenapa kau bisa berurusan langsung dengan ayahku? bukankah seharusnya tidak perlu?'' selidik Edgar.
''Saya juga tidak tau, Tuan.. ketika saya membuat pengajuan peminjaman dana, tuan Erick memanggil saya ke ruangan ini.'' jawab Dira.
''Oh!''
''Apa jangan-jangan ada sesuatu antara papi sama perempuan ini?'' selidik Edgar dalam hati.
Edgar menatap Dira dengan tatapan yang merendahkan.
''Silahkan keluar dari ruangan ini.'' perintah Edgar tanpa menatap Dira.
''Baik Tuan.''
Dira langsung beranjak dari kursi.
''Mentari!''
''Mentari!''
''GHADIRA MENTARI!!''
Dira langsung berbalik arah setelah menyadari namanya dipanggil oleh suara Edgar yang menggema di ruangan itu.
''Maaf Tuan, maaf..'' ucap Dira.
''Kau itu budeg ya!'' seru Edgar.
''Maaf Tuan, lebih baik panggil saya Dira saja, karena itu panggilan saya.'' jelas Dira tidak berani menatap Edgar.
''Terserah saya dong!'' bantah Edgar, ntah kenapa ia lebih menyukai memanggil nama itu dengan sebutan Mentari.
''Baik Tuan.'' kata Dira tak berani membantah.
''Ada yang bisa saya bantu, Tuan?'' tanya Dira.
''Jangan sampai nunggak dari perjanjian, dibawah kepemimpinan saya, saya terapkan bunganya!''
''Loh kok gitu? tuan Erick saja tidak pernah memberlakukan bunga kepada saya, beliau ikhlas membantu, kenapa anda yang cuma anaknya bisa seenak jidat!'' omel Dira tanpa sadar, sesaat kemudian ia langsung menutup mulutnya karena mendapat tatapan tajam dari Edgar.
''Saya Edgar Raymond, pewaris sah dari Erick Raymond! apa kau lupa?''
Dira langsung menggeleng cepat.
Sedangkan Edgar menyunggingkan senyumnya melihat ekspresi ketakutan dari Dira yang terus menunduk.
''Kerjakan pekerjaanmu dengan baik agar hutangmu segera lunas!''
''Keluarlah!''
Dira menahan rasa kesal didalam hatinya, dadanya terasa sesak melihat keputusan bos barunya.
--
Didalam kamar mewah milik Edgar, ia teringat dengan sosok Dira.
''Aku bisa menjadikannya alat permainanku haha.'' Edgar menyeringai senyumnya.
Tok tok tok
''Maaf Tuan, makan malam sudah siap, nyonya dan tuan besar sudah menunggu anda.'' panggil pelayan dari balik pintu.
''Iya sebentar!'' seru Edgar.
Tak lama kemudian, Edgar turun ke lantai bawah dan segera menghampiri kedua orangtuanya yang beberapa hari lagi akan bertolak ke luar negeri mengurus bisnisnya disana dan juga adik satu-satunya Edgar berada disana.
''Kau lama sekali!'' cela mami Neeta.
''Ketiduran Mi.'' jawab Edgar ngasal.
Mami mendengus kesal dan langsung mengambil makanan.
Hanya bertiga di meja makan, mereka menikmati makan malam tanpa obrolan.
Beberapa menit kemudian mereka sudah menyelesaikan.
''Ada yang perlu Mami bicarakan sama kamu, Edgar.'' ujar Mami.
Edgar merasa malas mendengar hal itu, pasti ujung-ujungnya pembahasan yang tidak pernah berubah sejak beberapa bulan yang lalu, sangat membosankan.
Namun, demi menjaga perasaan maminya, ia tetap nurut.
''Bicara aja Mi..'' kata Edgar.
''Nak, mau sampai kapan kamu terus-terusan sendiri seperti ini? besok-besok kalau kami menyusul adikmu, kamu akan sendirian di meja makan, kamu tidak punya teman ngobrol sayang.'' ujar Mami.
Pembahasan yang sudah ditebak oleh Edgar, ia menarik nafasnya dalam.
''Jadi maunya Mami apa?'' tanya Edgar.
''Lupakan mantan istrimu, move on..'' pinta mami lirih.
Sementara tuan Erick tidak berani menimpali, semenjak kejadian beberapa waktu yang lalu, ia lebih pendiam terharap problema keluarga, ia hanya akan tegas terhadap pekerjaan.
''Mi.. biarkan perasaanku lupa secara alami, tolong jangan dipaksa, nanti kalau sudah waktunya, aku pasti menikah.'' jawab Edgar.
Mami menarik nafasnya perlahan, ia tau bahwa putranya itu sangat mencintai mantan istrinya.
Mereka berpacaran sangat lama, namun, pernikahan mereka hanya bertahan sebentar, tidak sampai dua tahun setelah Edgar menjatuhkan talak dan meresmikan perpisahan mereka di pengadilan.
Bukan tanpa alasan, Edgar baru mengetahui kebobrokan mantan istrinya setelah mereka sudah terikat pernikahan, mungkin selama ini dirinya terlalu buta.
Hal yang membuatnya kecewa adalah disaat mereka harus menjalani hubungan jarak jauh karena sang istri meminta kembali ke Indonesia karena hamil, ternyata ia malah pesta di tempat hiburan malam dan menenggak alkohol yang sangat banyak.
Hal itu bukan hanya membuat mantan istrinya mabuk berat, tetapi anak yang tengah dikandung tidak bisa diselamatkan.
''Aku belum bisa melupakan kejadian itu Mi, kehilangan anakku, berat..'' ucap Edgar sedih.
''Mami ngerti, paham.. tapi, jangan karena satu wanita itu, lantas semua disamaratakan. Mantan istrimu memang tidak menginginkan anak, dia tidak mau hamil, apalagi melahirkan karena takut badannya rusak..'' ungkap mami ikut terbawa emosi mengingat waktu itu.
''Iya Mi..''
''Biarkan putra kita menemukan waktunya sendiri Mi, barangkali besok atau lusa ketemu jodohnya..'' timpal papi.
''Edgar nggak playboy kayak papinya, nggak mungkin secepat itu..'' sungut mami kesal.
''Ahh itukan dulu sayang..'' goda papi sambil mencubit hidung istrinya.
Edgar merasa pandangannya buram melihat pasangan orangtua itu bermesraan.
''Aku mau istirahat dulu Pi, Mi..'' ujar Edgar.
''Mami belum selesai bicara sayang..'' seru mami.
''Besok aja Mi..'' serunya lalu setengah berlari menaiki tangga.
Edgar menutup kembali pintu kamarnya dan langsung menuju balkon kamar yang menjadi tempat favoritnya sejak dulu karena terdapat kolam renang pribadi.
''Oh ****!! kenapa KTP anak itu belum gue kasihkan..'' gumamnya.
Edgar langsung kembali ke dalam kamar dan mencari KTP Dira yang ia sita.
''Hah? cerai mati?'' tanya Edgar yang tidak percaya dengan apa yang baru ia baca.
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,