Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jacky Amarhosea, Sang Tuan Pertama
"Bagaimana kejadian nya? Kenapa bisa terjadi? ", tanya Marissa dengan panik.
" Tadi sewaktu Mbak Ratih keluar dari minimarket usai jam istirahat siang, ada mobil vans yang yang melaju kencang. Mbak Ratih tertabrak dan terlempar hampir 15 meter jauhnya. Setelah menabrak, mobil itu langsung kabur Nona Muda. Saya ada di luar minimarket itu dan melihat mobil vans itu gak ada plat nomor nya.. ", lapor Hamzah dari seberang telepon.
Jay yang mendengar semua obrolan Marissa dengan Hamzah anak buahnya, langsung panik seketika.
" Ba-bagaimana keadaan Ratih sekarang, Ham?", sela Jay segera.
"Sudah di bawa ke ICU RS Dr. Soetomo Mas Jay. Ini saya ada di luar ruangan gawat darurat", balas Hamzah dengan suara gugup.
" Aku akan pulang ke Surabaya segera. Tolong kabari jika ada perkembangan lebih lanjut ", pungkas Jay yang membuat Marissa segera menutup panggilan telepon.
Marissa segera menggandeng tangan Jay untuk secepatnya mendatangi Teddy yang sudah bersiap. Sindy tak tinggal diam dan segera menghadang mereka.
" Eits eits eits, mau kemana kau? "
Marissa menggeram gusar karena ulah staff administrasi Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri ini.
"Minggir kau, Ulat bulu!! Kalau sampai terjadi apa-apa pada Mbak Ratih karena ulah mu ini, aku akan membuat perhitungan dengan mu! Minggir..!! "
Bentakan keras Marissa rupanya membuat Sindy keder juga. Aura nona muda Keluarga Wijaya ini memang mengagumkan, sanggup membuat orang segan kepada nya. Segera Sindy minggir dan membiarkan Jay dan Marissa menuju mobil Pajero sport putih yang parkir di ujung parkiran. Segera setelah keduanya masuk, Teddy langsung tancap gas ke arah Surabaya.
Butuh waktu sekitar 4 jam bagi mobil Pajero sport putih milik Marissa yang dikemudikan Teddy sampai di RS Dr. Soetomo. Tak cuma jarak jauh, kemacetan di salah satu ruas tol Jombang Surabaya akibat kecelakaan lah yang menjadi biang kerok.
Tanpa mempedulikan rasa letih setelah perjalanan jauh, Jay dan Marissa langsung bergegas menuju ICU RS Dr. Soetomo dimana Ratih sedang menjalani perawatan intensif akibat kecelakaan fatal yang ia derita. Dua orang perawat yang berjaga di ruang operasi langsung menghadang saat Jay mencoba masuk.
"Silahkan tunggu di luar. Tidak diperbolehkan masuk", tegas sang perawat.
Jay terus mondar-mandir di depan kamar operasi dengan tidak sabar. Bagaimanapun juga ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Ratih. Melihat sikap Jay begini, Marissa tidak tahan untuk tetap diam.
"Sudahlah, tenang dulu Mas. Dokter disini sedang berusaha untuk menyelamatkan Mbak Ratih. Mas Jay harus berpikir positif dan berdoa untuk keselamatan Mbak Ratih.. "
"Tapi Sa, aku... "
"Gak ada tapi-tapian. Mas Jay harus tetap tenang, oke? Jangan semakin bertingkah seperti itu, nanti aku nya juga ikut panik gara-gara polah Mas Jay.. "
Belum sempat Jay menjawab omongan Marissa, lampu kamar operasi padam yang menjadi tanda bahwa operasi telah selesai. Dari arah pintu, dua dokter keluar sambil menyeka keringat yang membasahi dahi mereka. Jay pun segera mendekat.
"Bagaimana nasib tunangan saya, Dokter? ", tanya Jay dengan penuh harap.
Heeehhhhhhh...
" Kami sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Nyawa pasien terselamatkan, hanya saja...", dokter itu menghela nafas panjang.
Hanya saja apa, Dok? Cepat katakan.... ", ujar Jay setengah tak sabar.
"Ada pendarahan pada otaknya. Kami sudah berhasil mengeluarkan nya. Ada, kemungkinan ia akan kehilangan sebagian besar ingatan nya, saat bangun nanti. Tapi sekarang pasien sedang dalam keadaan koma, aku tak tahu kapan ia bisa sadar.. "
Mendengar jawaban dokter yang melakukan operasi pada Ratih itu, Jay langsung lemas seketika. Hampir saja ia jatuh tetapi Teddy dan Hamzah yang berada di belakangnya dengan sigap menangkap tubuh Jay dan memapah nya ke kursi tunggu.
Sekalipun jiwa nya adalah sukma Prabu Jayabaya, tetapi pemilik raga sejatinya adalah tetap Jay yang asli. Apalagi kenangan masa lalu pemilik tubuh menyatu dengan sukma Prabu Jayabaya yang membuat Jay sekarang tak bisa seteguh dan seperkasa Prabu Jayabaya pada masa lampau.
"Kenapa? Kenapa ini bisa terjadi..?"
Ratapan memelas Jay pun segera terdengar. Dia hampir tak percaya dengan apa yang terjadi baru saja. Tadi pagi, Ratih masih sempat menelponnya untuk memberikan ucapan selamat atas keberhasilan nya menyelesaikan ekskavasi Situs Kunjang dan sekarang perempuan itu sedang terbaring tak sadarkan diri dengan badan penuh selang dan monitor.
"Yang sabar ya Mas Jay.. Kita do'akan agar Mbak Ratih cepat sadar dan sembuh seperti sediakala. Aku akan mencarikan dokter terbaik untuk merawat nya. Mas Jay jangan sedih ya.. ", hibur Marissa sembari menepuk-nepuk pundak Jay. Jay hanya menganggukkan kepalanya lemah menanggapi omongan Marissa.
Dengan cepat Marissa menggelandang tangan Teddy untuk menjauh dari Jay.
" Ada apa Non? "
"Selidiki peristiwa ini.Aku yakin ini bukan kecelakaan tabrak lari biasa. Temukan pelakunya secepat mungkin", bisik Marissa yang membuat Teddy mengangguk cepat.
" Baik Non... "
*****
Di sebuah resort mewah di dekat Pantai Kuta, Arnold Waseso sedang berbincang seorang lelaki seumuran dengan nya.
Lelaki ini berpenampilan biasa saja. Mengenakan kaos oblong warna hitam dengan tulisan Semeton Kuta, dia berpenampilan sangat casual. Tetapi jika diperhatikan dengan baik, dari ujung lengan bajunya nampak sebuah tatoo warna hitam yang melingkar seperti ekor macan di lengannya.
Bagian tubuh lainnya tidak bisa dikatakan menarik. Dengan kain sarung ikat khas Bali dan bunga kamboja menghias di telinga, lelaki tua ini bisa dikatakan sebagaimana orang pada umumnya.
Meskipun banyak senyum, sesungguhnya ada sesuatu yang tersembunyi dalam setiap tatapan matanya yang tajam seperti mata harimau sedang mengincar mangsanya. Mata yang lapar melihat darah dan kematian.
"Jadi ini alasan mu mencari ku, Arnold?!"
Terdengar suara serak namun menakutkan dari mulut lelaki tua yang rambutnya hampir sepenuhnya putih ini. Arnold Waseso, sang CEO dari PT Semesta Biru Perkasa yang biasanya garang menghadapi siapapun, hanya menganggukkan kepalanya, mirip dengan kucing kecil ketemu anjing di gang sepi.
Hemmmmmmmmm...
"Aku mempercayakan semua urusan keuangan hasil kerja kita pada mu, sudah tentu banyak menghasilkan uang. Apakah masalah ini juga tidak bisa diselesaikan dengan uang itu?! ", nada suara lelaki tua itu sedikit meninggi.
" Sebenarnya, aku sudah menyewa salah seorang pembunuh kelas internasional untuk membunuh nya, Bang Jack..
Tetapi dia malah berakhir di tong sampah usai babak belur di hajar olehnya dan langsung mengembalikan uang yang ku berikan pada nya. Dia sendiri bilang tak mau lagi berurusan dengan nya karena tidak mau mati sia-sia", ujar Arnold Waseso penuh kekecewaan.
"Memangnya siapa yang kau bayar? "
Tatapan tajam lelaki yang dipanggil dengan sebutan Bang Jack itu terasa tajam menusuk hati Arnold Waseso. Dia sungguh sungguh menakutkan.
"Si Iblis Cantik bang.. ", mendengar jawaban Arnold Waseso, Bang Jack mendengus geram.
" Dasar bego!! Kalau urusan bunuh membunuh, jangan libatkan perempuan, Arnold!! Perempuan itu bisanya cuma nyinyir, bukan berkelahi. Kalau kau perang adu mulut, kau boleh menyewa seorang perempuan tapi jika untuk urusan ini, kau salah besar Arnold. Kau ini tetap saja memandang reputasi orang tanpa menyelidiki lebih dulu..
Kau cari orang lain untuk membunuh orang itu sedangkan aku akan menggunakan cara lain untuk menjajal kemampuannya.. ", seringai lebar terukir di wajah Bang Jack.
Asal tahu saja, orang yang dipanggil sebagai Bang Jack adalah Jacky Amarhosea, seorang lelaki keturunan Ambon dan Belanda yang menetap di Bali usai mengakhiri masa petualangan nya di Jawa. Masa mudanya sangat kelam dengan sejuta lakon jahat dan keji. Berkali-kali mendekam dalam penjara membuat dia kemudian menjelma menjadi seorang mafia kejam dan bengis yang ditakuti oleh banyak pengusaha dan pejabat pemerintah.
Selain menguasai segala jenis praktek kejahatan mulai dari perdagangan narkoba hingga senjata dan manusia, Jacky Amarhosea juga pintar melakukan pencitraan hingga mampu secara perlahan menyulap uang kotor nya menjadi dana legal bagi perusahaan perusahaan milik Geng Macan Hitam.
Sepak terjang Jacky Amarhosea ini juga tak lepas dari dukungan dari Tuan Besar yang memiliki dana tak terbatas hingga selalu bisa menjadi tameng pertahanan terakhir jika Jacky Amarhosea dalam masalah besar. Selain Tuan Besar, Arnold Waseso yang juga seorang akuntan bisnis dan pelobi ulung mampu mengelola dana yang didapat oleh Geng Macan Hitam hingga menciptakan raksasa raksasa perusahaan yang berkembang di beberapa daerah.
Begitu Jacky Amarhosea memasuki usia 50 tahun, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari segala bisnis Geng Macan Hitam dan menyerahkan kuasa sepenuhnya pada Arnold Waseso. Dia tidak secara langsung mengendalikan Geng Macan Hitam meskipun setiap ada masalah besar, Jacky Amarhosea pasti akan turun tangan. Hingga anak anak Jacky Amarhosea, Serafina dan Adam Amarhosea bisa hidup normal tanpa harus terlibat dalam dunia hitam ayah mereka.
Tetapi meskipun demikian, dia masih memegang 28 persen saham bisnis Geng Macan Hitam, 8 persen lebih tinggi dibandingkan dengan Arnold Waseso yang hanya 20 persen saja. Penguasa terbesar Geng Macan Hitam tetaplah menjadi hak milik Tuan Besar yang memegang 52 persen saham mereka.
Melihat senyum Jacky Amarhosea yang tidak biasa, Arnold Waseso tidak tahan untuk bertanya kepada lelaki tua itu,
"Cara lain..??!! Apa itu Bang Jack?! "
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja