Pengganti Adik Ku

Sepeninggalannya Asisten itu, Lea semakin tidak nyaman saat berada di dalam rumah besar itu.

Jika Lea berada di rumah itu, Arta pun harus ada bersamanya.

"Mas ? Perjanjian itu tinggal dua hari lagi. Mas harus cepat bertindak Mas jangan diam saja, aku khawatir. " Ucapan itu tiba-tiba terdengar dari mulut Lea yang baru saja membaringkan tubuhnya di samping Arta.

"Jika kamu keberatan dengan surat perjanjian itu, aku bisa melupakannya. Kamu bisa tinggal di sini selamanya. Menjadi istri ku selamanya. "

"Mas ini memintaku atau sedang bernegosiasi ? " Tanya Lea. " Aku tidak akan menyuruh Mas untuk melupakan surat perjanjian itu, dengan adanya surat perjanjian itu aku tahu Mas sebenarnya tidak menginginkan aku. Jadi biarkan surat perjanjian itu berjalan sampai waktunya tiba. "

Lea yang terlentang membelakangi Arta, kini Arta menarik perut Lea. Agar dekat dengannya. " Aaaahhhh .... " rintih Lea.

"Loh kenapa ? " biasanya kamu tidak merasakan sakit jika aku menyentuh perut mu.

Lea terdiam.

"Mas ? Bagaimana kalau aku hamil ? " Tanya Lea yang di anggap bercanda oleh Arta.

Arta memeluk tubuh Lea, " Jika kamu hamil kamu wajib mencari siapa ayah dari janin itu. "

Lea sudah menduga jika Arta memang tidak mempercayai adanya anak dalam rahim Lea.

"Kenapa seperti itu Mas ? " Tanya Lea " bukan kah selama ini kita sering melakukan hubungan suami-isteri ?"

Arta menyiapkan rambut Lea, dan mendekati daun telinga Lea. "Aku belum mengatakan tentang kekurangan ku padamu. "

"Apa itu ? " tanya Lea dengan nada datar.

Arta sendiri sebenarnya ragu dengan apa yang di vonis oleh dokter 4 tahun silam, saat Dokter memvonisnya kala itu Arta mengeluhkan sakit di bagian perut bawahnya. Saat ia dan mendiang ibunya memeriksakan diri ke Dokter dengan cepat melakukan cek lab, dan hasilnya seperti yang ia lihat. Ia akan susah mendapatkan keturunan.

"Aku mandul Lea, jadi karna itu kamu tidak mungkin hamil. " Jelas Arta.

Deggg ...

"M-mas, apa tidak ingin memeriksakannya lagi ? " saran Lea yang berharap sarannya langsung di pakai oleh Arta.

"Tidak usah, itu salah satu alasan ku membuat surat perjanjian itu. Aku tidak mau membuat masa depan mu tidak berwarna dengan ketidak ada nya anak dalam rahim mu itu. " jelas Arta, baru kali ini Lea mendengar lemahnya ucapan Arta.

Lea membalikan tubuhnya dan menghadap ke arah Arta. " Mas kenapa kamu meragukan aku, apapun kekurangan kamu aku pasti akan menerimanya. Tapi itupun kalau benar itu alasannya, tapi jika alasannya karna Sherin ya mending aku mundur saja. "

"Sherin sudah tidak ada di hatiku Lea, Sherin sudah memutuskan jalannya sendiri. " jelas Arta membuyarkan rasa cemburu dalam hati Lea.

Sherin sudah mengakui kesalahannya kala ia ingin menjebak Arta dengan kehamilannya, Arta yang tidak bodoh menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan Sherin. Arta tidak mau gegabah melepaskan Sherin kalau bukan Sherin yang melakukan kesalahan.

"Sherin hamil ? " Tanya Lea dengan kedua alisnya bertemu itu tandanya Lea tak percaya.

Arta mengusap wajah Lea, " Sudahlah Sherin bukan hal yang penting. "

"Kamu pernah tidur dengannya Mas ? " Pertanyaan itu seakan mengintimidasi Arta.

"Pernah dulu, waktu aku sangat tergila-gila padanya. " Jawab renyah Arta.

"Kenapa bukan Sherin yang Kamu nikahi ? "

"Sudah jangan banyak bertanya, waktu istirahat akan habis jika kamu terus berbicara. " Ketus Arta.

"Massssss .... Tapi Sherin hamil Loh. "

Arta berekpresi biasa saja tidak ada rasa cemas sama sekali, " Ya kalau dia hamil berarti ada orang lain selain aku. "

"Tapi kamu pernah menidurinya Mas. "

"Itu kan dulu, satu tahun yang silam. Lagian sudah ku bilang aku mandul Lea tidak mungkin aku mempunyai anak. "

"Tapi aku hamil anak mu Mas, aku tidak pernah tidur dengan siapapun selain kamu Mas. " Batin Lea.

"Mas, jangan tidur dulu. Bagaimana dengan perjanjiannya ? "

"Perjanjian itu di perpanjang lagi sampai akhir hidup ku, kamu besok tinggal menandatanganinya lagi. " Jawab Arta memejamkan matanya.

Lea mencubit lengan Arta, "Massss ... Aku tuh capek memikirkan surat perjanjian itu, kamu malah seenaknya begini. "

"Aku melakukannya karna aku tahu kamu pantas di pertahankan, jika tidak aku sudah mengirimkan mu kembali pada Ayahmu yang licik itu. "

"APAAAA ? "

Arta lupa jika Lea belum tahu akan permasalahannya, walaupun sebenarnya ia sudah mengetahuinya.

"Kita bahas besok ya sayang, aku sudah lelah. besok Mas harus ke kantor polisi menanyakan hasil otopsi Bibi. "

Lea pun mengalah, ia bisa melihat gurat lelah di wajah Arta.

"Kalau begitu aku akan ikut, Mas Arta pasti akan mengurus kepulangan jenazah Bibi di rumah sakit. Aku akan memanfaatkan kesempatan ini. " Batin Lea, Lea tersenyum kala melihat suaminya sudah mulai terlelap karna belayan dari tangganya.