Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Sementara itu di saat yang sama, di sebuah sekolah sma, di kelas 11-2, Rei yang sekarang sudah menjadi sangat tampan berhidung mancung dengan mata yang biru, bertubuh atletis dan kekar, sedang duduk di kursi paling belakang sambil menopang dagunya menatap ke papan tulis,
“Status,”
“Bwuung,” sebuah layar hologram merah terbuka di depan wajahnya, dengan santai dan mata terbuka setegah, dia membaca layarnya.
***************************************************
Name : Reihan Santosa.
Race : Half Reaper.
Level : 30 (2200/20.000)
Power : 6.000.
Active skill : Brain control, illusion, vanish, surgery, soul drain.
Passive skill : Low presence, hyper regeneration, scythe mastery.
Weapon : Death Scythe.
Debt : 8.000.000.000.
Soul partner : None.
***************************************************
“Haah belum naik level lagi, kapan kelarnya nih utang gue,” gumam nya.
[Sabar sabar paling tidak hutang mu sudah berkurang 2 miliar.]
“Quest,”
“Bwuung,” sebuah layar hologram yang lebih kecil terbuka di depan layar statusnya, dia membacanya.
**************************************************************************
Target : Teddy Jauhari.
Age : 50
Ocupation : Language teacher.
Evil deeds : Rape, abuse, extortion
Victim : Tania Soebandio (16), Cindi Regina (17), Maria Hartono (16), Widia Restu (18), Gina Wijaya (16).
Status : Deceased.
Reward : 2000 exp poin.
**************************************************************************
Applicant data :
Name : Gina Wijaya.
Age : 16.
Soul value : 300.000.000.
Payment : Soul.
Status : Paid off.
Life status : Deceased.
Debt : 8.300.000.000 – 300.000.000 \= 8.000.000.000,-
Quest completed.
**************************************************************************
“Lo yakin 300 jutanya udah motong ?” tanya Rei.
[Jangan coba coba di dobel ya.]
“Hehe sori,” ujar Rei.
[Karena klien kita tidak bisa bayar dan sesuai perjanjian dia mau menyerahkan jiwanya karena dia sudah tidak punya harapan hidup, jadi kita terima pekerjaan nya dan di bayar, jadi kalau lama wajar, tidak semua orang berani mengorbankan jiwanya seperti dia, sabar saja, lama lama juga hutang kamu lunas.]
“Iya gue ngerti, hanya sayang saja, padahal orangnya cantik,” balas Rei.
[Napa, kamu mikir mau di jadiin partner ?]
“Haha kalau bisa ya kenapa enggak kan,” jawab Rei santai.
Rei menoleh melihat ke arah jendela, dia mengambil smartphone nya dan membuka nya, dia menatap sebuah aplikasi terpasang yang bernama “Instant Revenge : success guarantee,”
“Hehe banyak orang rusak di dunia ini, tinggal tunggu notif dari aplikasi ini lagi, sabar saja, untung kepikiran bikin aplikasi beginian, distribusi ke pemakai nya si SS langsung hehehe,” ujar Rei dalam hati.
******
Pulang sekolah, Rei keluar kelas dan berjalan di koridor, di depannya ada seorang siswa berkacamata tebal, pendek dan banyak jerawat di wajahnya.
Dia sedang di giring oleh seorang pria bertubuh besar, berambut cepak, memakai anting dan seragam berantakan bersama tiga orang lainnya yang setipe dengan nya.
Wajah siswa culun itu nampak ketakutan walau memaksakan diri tersenyum,
“Heee di buli ya,” ujar Rei.
[Seperti nya ya, coba saja tawarkan jasa kita.]
“Sip duit lagi,” balas Rei.
Dengan santai, Rei mengikuti kemana gerombolan siswa preman membawa siswa culun itu, ternyata mereka membawa sang siswa ke belakang sekolah yang sepi. Rei mengintip dari sisi bangunan.
“Mana duit lo, hari ini lo belom setor ama gue,” ujar siswa preman berambut cepak dan beranting.
“So..sori, gue lagi ga ada duit, gue baru bayar spp tadi soalnya,” balas sang siswa culun.
“Alasan lo,”
“Plak,” telapak tangan besar mendarat di wajah sang siswa culun sampai kacamatanya terlepas, dia langsung jongkok untuk mencari kacamatanya, kemudian siswa preman beranting itu menggerakkan kepalanya memberi kode pada teman temannya, langsung saja “buaak,’ “buk,” “duakk,” para siswa preman itu menendangi sang siswa culun yang sedang mencari kacamata nya sampai sang siswa bersujud melindungi kepalanya.
Rei dengan santai berjalan menghampiri mereka yang sedang asik menendangi siswa culun yang tidak berdaya, Rei mengangkat jarinya,
“Brain control,”
Terlihat seperti ada petir hitam yang menyambar ke arah para preman dari jari Rei. Para preman itu langsung berhenti bergerak tapi mata mereka masih bisa melirik ke kanan dan kiri, wajah para preman itu terlihat ketakutan dan mereka ingin berbicara namun mulut mereka kaku.
Siswa culun itu bingung karena tendangan para preman terhenti, dia menoleh melihat para preman di sampingnya terlihat seperti patung yang bergetar dengan mata yang melirik ke kiri dan kanan.
“Tap,” sang siswa culun menoleh melihat Rei jongkok di depan sang siswa culun,
“Hai, lo kelas 10 ?” tanya Rei.
“I..iya kak, me..mereka kenapa ?” tanya sang siswa culun.
“Oh gue pakai jurus brain control gue dan mematikan fungsi gerak mereka, ga usah di pikirin,” jawab Rei santai.
“Ka..kakak siapa ?” tanya sang siswa culun.
“Nama gue Reihan, kelas 11-2, kalo lo ?” tanya Rei.
“Jimmi Santoso, kelas 10-1,” jawab Jimmi.
“Nah gini Jim, lo mau bales dendem ama mereka ga ?” tanya Rei.
“Bales dendem ? maksudnya ?” tanya Jimmi.
“Ya balas dendam, biar mereka ga buli lo lagi, ya di bunuh aja kan, tapi sebelum di bunuh mereka harus rasakan apa yang lo rasakan akibat mereka, itu namanya balas dendam, bener ga,” ujar Rei.
“Bu..bunuh ?” tanya Jimmi.
“Iya, cepetan, mau ga ?” tanya Rei.
“Mau sih, tapi gimana caranya ?” tanya Jimmi.
“Nah pertanyaan selanjutnya, mau gue yang kerjain langsung kelar sekarang tapi bayar, apa kerjain sendiri cuman resiko tanggung sendiri, tenang aja gue ajarin cara nya, pilih mana ?” tanya Rei.
“Bayar ? emang bayar berapa ?” tanya Jimmi
“Hmm pokoknya seharga jiwa lo, kalau lo ga ada duit ya terpaksa jiwa lo yang gue ambil,” jawab Rei.
“Ji..jiwa gue ? berarti gue mati dong kak ?” tanya Jimmi.
“Ya, tapi kalo lo ada duit, ya gue minta di bayar pake duit dong,” jawab Rei.
“Oh..gitu, emang berapa ?” tanya Jimmi.
“Bentar ya,” ujar Rei.
[Hmm...harga jiwa dia 220.000.000.]
“Bayar 220 juta atau jiwa lo, itu aja,” ujar Rei.
“Waduh mahal banget ya, boleh ga gue tanya bokap dulu ?” tanya Jimmi mengulur waktu sambil melirik ke para preman yang ketakutan.
“Hmm ya silahkan aja, kalau lo ok gue yang kerjain, dijamin besok lo kaga bakal ketemu mereka lagi,” jawab Rei melirik para preman sambil tersenyum sinis.
Dengan tangan gemetar Jimmi mengangkat smartphone nya dan menelpon ayahnya, tapi tak lama kemudian, terdengar Jimmi di bentak bentak oleh ayahnya. Telepon di tutup, Jimmi menoleh ke arah Rei dengan wajah pucat.
“Ga boleh kak, ga jadi deh,” ujar Jimmi.
“Hmm gitu, yakin nih, lo di buli mereka terus loh ?” tanya Rei.
“Iya yakin, lagipula kasihan juga kalau mereka di bunuh,” jawab Jimmi sambil melirik para preman yang masih kaku.
“Haaah....ya udahlah, bye (berdiri dan menoleh melihat para preman) kalian selamet, baiklah silahkan teruskan ya,” ujar Rei sambil menatap mereka dan tersenyum.
“Ctak,” Rei menjentikkan jarinya dan berbalik kemudian berjalan pergi, para preman itu langsung bergerak lagi namun mereka terlihat takut dan gemetar,
“Ji...Jim, barusan siapa ?” tanya preman beranting.
“Ga tau, dia kelas 11 sih, tapi kok gue lupa nama nya ya ?” tanya Jimmi.
“Iya, gue juga denger tadi dia sebut nama, tapi gue ga inget sama sekali (menoleh melihat teman temannya) lo pada inget ga ?” tanya preman beranting.
“Kaga bos, sumpah kaga inget,” balas seorang teman nya.
Dua teman lainnya hanya bisa mengangguk sebab kaki mereka masih gemetar dan berpegangan kepada teman yang berbicara barusan. Sang preman beranting langsung menatap Jimmi di sebelahnya sampai membuat Jimmi kaget,
“Makasih ya Jim, lo udah nolongin gue dan temen temen gue, gue janji gue ga akan buli lo lagi, kalau ada yang buli lo, bilang ama gue atau lo sebut Oki, nama gue, kalau masih macem macem, gue yang turun tangan hajar mereka,” ujar Oki sang preman beranting.
“Iya Ki, santai aja, makasih ya,” balas Jimmi.
“Orang tadi beneran berbahaya.....tatapannya bukan tatapan manusia, dia keliatan udah biasa bunuh orang, cuman di lirik aja ampe merinding gue,” ujar Oki.
“Sama Ki, gue juga merinding, mau ga mau gue telepon bokap gue jadinya buat kamuflase, sekarang aja gue masih gemeter,” ujar Jimmi.
“Enteng amat dia nyebut harga jiwa cuman 220 juta, beneran psikopat tuh orang, lo kelasnya inget ga ?” tanya Oki.
“Kaga, gue cuman inget dia kelas 11, asli serem, ada ya yang kayak gitu di sekolah kita,” ujar Jimmi.
“Dah lah yu, balik, lo mau kemana ? kita jalan dulu aja mau ?” tanya Oki.
“Tapi gue ga ada duit,” jawab Jimmi.
“Tenang aja, masih ada duit duit lo yang kemaren, gue yang bayar, ayolah,” ajak Oki sambil merangkul Jimmi.
Oki berjalan merangkul Jimmi di ikuti oleh tiga orang temannya yang juga masih merinding, keluar dari gerbang sekolah.
mampir juga ya kak di cerita akuu